4

1034 Words
Ketika aku turun kebawah sudah ada Devan dengan keluarga kecilnya, hal yang selalu mereka lakukan di akhir pekan. Aku mencari Via namun sepertinya semalam tidak pulang atau masih tidur dikamar. Kedua kakakku ini memiliki pribadi yang berbeda begitu juga denganku tapi banyak yang bilang jika aku sangat mirip mama atau mungkin karena aku terlalu dekat dengan mama dibandingkan mereka berdua. "Via masih tidur" ucap Devan ketika melihatku menatap sekitar. "Ada masalah apa di Kalimantan?" tanyaku langsung ketika mengingat masalah di Kalimantan. Devan menghembuskan nafas "senin aku kesana bersama Mas Bima menggantikan papa jadi jangan berbuat aneh-aneh" aku mengangguk karena malas berdebat "masalah dengan warga sekitar jadi tenang saja" jelas Devan seolah paham jika aku malas berdebat dan kembali dengan kesibukannya. "Aku yakin Om Bima bisa diandalkan" ucapku langsung "Mbak Tina dan anak-anak tidur sini?" Devan mengangguk "kalau begitu aku mau ke Bali boleh nyusul papa?" Devan menatapku dengan berbagai pertanyaan "ada masalah?" pertanyaan yang selalu tepat sasaran dengan tetap menatapku penuh selidik. "Kangen Bu Kadek dan Pak Putu" jawabku langsung sambil tersenyum menutupi semua dari Devan. "Liburan kamu kesana" ucap Devan langsung seolah sudah paham apa yang menjadi masalahku ini. "Ok, minggu depan aku sudah liburan" jawabku senang "aku berangkat jumat" Devan mengangguk "jangan lupa uang tiket" Devan mengangkat jari jempolnya "tapi seminggu ini bantuin kakak di kantor karena Mas Bima bimbing Via" aku mengangguk antusias. Aku menyetujuinya karena dengan begini waktu bersama Dodo tidak terlalu banyak dan menjadi alasan untuk berada di kantor papa tercinta, memang Devan adalah kakak tiada duanya dan selalu bisa aku andalkan dalam banyak hal sama seperti papa. Kampus hanya aku lalui dengan kelas dan kelas juga ujian dan ujian beruntung aku memiliki sahabat yang memahami diriku dan kami saling mengisi, senang ketika sahabat memiliki hubungan dengan prof di kampus ini jadi bisa tahu tentang karakter dosen dan membantu tugas kami yang menjadi sedikit terbantukan dengan bantuannya yang pasti dengan harga tidak murah yaitu kepuasan dengan sahabatku. Waktu berlalu cepat dan weekend ini setelah ujian yang menguras otak aku memutuskan mencari liburan sendiri dan langsung bersiap-siap ketika sudah semuanya, menikmati liburan tanpa adanya Dodo. Bicara mengenai Dodo selama seminggu ini berusaha untuk mendekatiku tapi karena permintaan Devan aku beralasan kantor papa walaupun terkadang tidak ada pekerjaan ya seperti tujuan awal agar tidak bertemu dengan Dodo karena aku sudah malas bersama Dodo. "Mau kemana?" tanya Tina ketika melihatku turun dengan pakaian rapi. "Jalan-jalan biasa" jawabku "Kak Via udah turun?" "Udah tapi langsung pergi lagi" jawab Tina "naik apa?" "Mobil sama supir online" jawabku sambil memainkan ponsel "Kak Devan kemana?" "Kaya gak tahu Devan aja pasti molor lah liburan gini sampai lupa sama anaknya" omel Tina membuatku tersenyum mendengar perkataan Tina “sibuk sampai lupa waktu juga dia” aku mengangguk karena memang perusahaan lagi banyak masalah dan sang pemilik yaitu papa lebih senang di Bali bersama Tania. "Tapi kakak cinta kan?" godaku membuat Tina menahan malu "udah aku berangkat sampaikan sama Kak Devan" aku mencium pipi Tina sekilas yang hanya dijawab anggukan kepala. Aku selalu menghabiskan waktu sendirian walaupun punya sahabat bahkan pacar, aku hanya ingin memanjakan diri dengan bersenang-senang. Bukan belanja atau salon atau bermain di timezone atau menghabiskan waktu di toko buku melainkan hanya keliling mall. Aku bukannya tidak bisa menyetir tapi memakai kendaraan di liburan pasti melelahkan jadi lebih baik aku menghabiskan waktu dengan di supiri orang lain menggunakan aplikasi online yang sekarang sudah menjamur dimana-mana dan anggap saja aku lagi berbaik hati dengan berbagi rezeki. "Ketemu lagi kita" ucap Tian menatapku membuatku terkejut "sendirian?" aku mengangguk pasrah "kalau begitu mau temani nonton?" Aku menatap Tian bingung "boleh tapi dibayarin" putusku kemudian lagipula tidak ada salahnya menonton dengan dibayari orang lain walaupun baru mengenal. Tian tersenyum "anaknya pengusaha sukses minta dibayarin nonton gak sekalian yang mahal?" goda Tian "Nanti dipikirkan" jawabku sambil tersenyum Tian langsung menggenggam tanganku menuju ke bioskop, orang melihat kami sebagai pasangan kekasih meski aku tahu jika kami baru mengenal dan dekat, baru kenal tapi sudah saling berciuman rasanya orang tidak akan percaya. Beberapa pasang mata menatap kami membuatku tidak malu untuk bersikap manja pada Tian, memegang lengan Tian selama berjalan setiap melihat gadis-gadis muda menatap Tian dengan penuh minat. Tian bahkan tidak malu memelukku dari belakang ketika menunggu pintu dibuka, aku mencium aroma Tian yang sangat berbeda dengan Dodo seketika aku menyukai aroma Tian dan tidak ingin melepaskan semuanya. Tangan Tian membelai perutku membuatku nyaris menjatuhkan makanan dan minuman yang kita beli, aku menatap Tian yang tidak peduli atas apa yang dilakukan depan banyak orang. Tian mengambil tempat diatas kedua namun duduk di paling pojok, ketika lampu sudah dimatikan dan film akan dimulai aku merasakan Tian semakin mendekat. Beberapa menit film diputar Tian menarik wajahku mendekatinya dan tanpa persiapan Tian menciumku lembut bahkan sangat lembut. Ciuman ini sangat berbeda dengan Dodo kemarin tapi Dodo juga menciumku lembut jika dalam keadaan normal, namun yang pasti ciuman ini tidak berbeda dengan ciuman ketika kami berada di dalam mobil yang merupakan ciuman pertama kami berdua dengan pertemuan dan perkenalan pertama kami berdua. Aku merasakan tangan Tian meremas payudaraku dengan pelan, rasanya aku ingin teriak tapi Tian menutup mulutku dengan ciumannya yang bisa aku lakukan hanya meremas lengan bajunya untuk mengalihkan desahanku dan mengekspresikan jika aku menikmati apa yang Tian lakukan saat ini. "Bibir kamu manis, aku suka" bisik Tian sambil membelai bibirku dengan jemarinya membuatku hanya bisa menatapnya menahan nafsu “kamu masih perawan?” aku mengangguk dalam gelap membuat Tian tersenyum samar “tapi sepertinya kamu sering melakukan dengan pacarmu walau tidak sampai masuk” aku terkejut dengan perkataan Tian “simpan itu untukku karena kamu hanya milikku” mencuri ciuman di bibir “kita nikmatin filmnya” Tian menatap layar setelahnya fokus dengan film yang diputar. Tian mengantarkanku pulang dengan berbagai drama yang kami buat di mana aku menolaknya dengan alasan aku masih ingin jalan-jalan tapi Tian tetap menemani langkah yang aku ambil dengan berjalan disampingku sambil menggandeng tanganku membuatku sedikit nyaman, akhirnya aku memutuskan untuk pulang karena tidak terlalu nyaman dan juga menyehatkan kondisi jantung yang berdetak kencang bersama Tian. Debaran yang berbeda ketika aku bersama Dodo selama ini dan Tian semakin membuatku memikirkan makna Dodo selama ini serta hubungan kami berdua. “Mimpi indah” ucap Tian ketika sampai di depan rumah. Tian menarik dan langsung mencium bibirku sekilas, setelahnya menatapku lembut sambil memberikan senyuman terbaiknya. Aku langsung turun dengan masuk ke dalam rumah tidak ingin tahu apa Tian masih ada atau tidak yang terpenting adalah aku menyelamatkan diri dari Tian saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD