3. Si Mulut pedas

1075 Words
Aiko memperhatikan dengan seksama, bagaimana sang CEO secara mantap mempresentasikan hasil kerjanya. Aiko jadi salut, apalagi Lihat pak Ceo yang wibawanya bikin pangling. Tanpa sadar, Pak Ceo yang Aiko lagi puji-puji dalam hati, menoleh sekilas kearahnya lalu memberikan senyum tipisnya. Setelah meeting selesai, Aiko kira tugasnya akan sampai disini. Tidak disangka, Tugasnya akan semakin banyak. Karena meetingnya bukan cuma sekali ma men, tapi 4 kali hari ini. Aiko sih gak masalah, cuma dia bingung aja. Setahu dia, Aiko belum membuat bahan atau sesuatu yang dipersiapkan untuk presentasi ini. "Kamu jangan pusingin masalah itu." Aiko tampak terkejut, ketika Pak Ceo tiba-tiba berhenti ditengah jalan, membuat Aiko tak sengaja menabrak punggungnya. "Saya sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari." Tukasnya yang kembali melangkah. Aiko sempat terdiam sejenak, sebelum akhirnya melangkah menyusul langkah kaki si pak Ceo. Mereka sudah berada disebuah ruangan privat didalam gedung. Aiko yakin, kali ini meeting special. Terbukti ketika Aiko hanya melihat beberapa diantara mereka. Aiko tampak mengernyit melihat bapak-bapak yang pake setelan jas rapi, tapi corak dasinya kaya corak badut. Aiko bukannya terkesima, jadi agak cringe sendiri. Ceo itu sempat menoleh sekilas kearah Aiko, yang tampak tak mengalihkan pandangannya dari si bapak-bapak tadi. "Ekhem..." Aiko terkejut, dan segera menoleh kearah Pak CEO. "Ada apa pak?" "Tidak ada, saya hanya ingin kamu fokus pada pekerjaan kamu dan jangan pernah menilai orang sembarangan." Ucap Pak Ceo, ketika hendak duduk dikursi yang sudah disediakan. Aiko menghela nafas, Dia sepertinya serba salah sekarang. Baru pertama hari aja udah kemusuhan begini, apalagi hari-hari berikutnya? Aiko diminta tolong membeli minuman yang menurut Aiko, namanya terlalu asing. Sepertinya minuman mahal yang biasa diminum pak Ceo. Aiko melangkah keluar dari ruang meeting. Dia memilih untuk segera mencari apa yang diinginkan oleh bosnya itu. Aiko mencari diberbagai kafe terdekat, namun tidak menemukan apa yang ingin dia cari. Nama minumannya juga kadang bikin lidahnya keseleo. Gak taunya dia udah bolak-balik mencari minuman yang dimaksud pak Ceo. Tapi apalah daya, sepertinya itu minuman dari mars. Karena udah 3 kali bolak balik kafe yang sama dengan jarak yang lumayan. Aiko rupanya bisa capek juga, mana dia langsung duduk senderan. Gak apa-apa pesen ice americano dulu, Pak Ceo juga meetingnya lama. Aiko istirahat bentar, gak apa-apa kan? Semoga gak kena pecat aja sih sebenarnya. Apalagi pekerjaan ini adalah pekerjaan yang di idam-idamkan dan sangat dia butuhkan. Kalau bukan karena kakaknya yang asli tukang pamer itu, Aiko mungkin gak akan betah berada disamping pak Ceo yang menurutnya aneh itu. "Aiko?" Wanita yang tengah menikmati indahnya memejamkan mata sejenak itu, menoleh ketika terdengar seseorang memanggilnya. "Tita?" Aiko tersenyum kecut, kenapa dia bisa ketemu rivalnya merebut Aldo waktu jaman SMA? Tita adalah teman beda kelas yang memang menjadi rival Aiko mendapatkan hati Aldo, dulu. Tapi kalau diingat-ingat sekarang, Aiko merasa aneh. Kenapa dulu dia suka banget sama bentukan manusia playboy macam Aldo ya? Padahal menurutnya, Aldo itu type manusia yang gak bisa diuntung. "Eh, kamu tumben keliatan." Ucap Tita. Aikonya terkekeh, "Iya nih, udah lama didalam gua, dan baru keluar dari gua dalam waktu yang cukup lama." "Ada-ada aja kamu, jadi gimana? Kamu berhasil pacaran gak sama Aldo?" Aiko hanya memberikan senyum memaksanya, "Gak ada yang pacaran kok, lagian aku muak sama dia. Ternyata banyak manfaatin cewek." Jawabnya. "Syukur deh kalau kamu sadar, Oh ya sekarang kamu kerja dimana?" "Di perusahaan, Big Milk." Jawab Aiko. Yang sempat berusaha mengingat nama perusahaannya. "Wah, itu perusahaan besar. Kamu jadi apa disana?" "Sekretaris, Maybe?" Tukas Aiko, yang memang bingung jabatannya di perusahaan itu sebenarnya. "ANJIR! Parah sih kamu lucky banget. Itu kan perusahaannya Leo Zhao." Aiko tampak mengernyit, Leo Zhao itu siapa? "Jadi sekretarisnya lagi, aduh gak kebayang gimana bisa lihat orang ganteng tiap hari." Aiko tersenyum... Ganteng sih, tapi gak tau aja dia kalau Ceonya itu aneh, Dan jangan lupakan Aiko yang baru tau nama Pak CEOnya. "Pantes mukanya kek sipit-sipit gitu." Gumamnya. *** "Pak, maaf saya tidak menemukan minuman yang bapak maksud." Ucap Aiko penuh penyesalan. Dia memang sengaja masang wajah pura-pura menyesal, padahal aslinya dia kesel banget sama tugas dari Pak Leo. Udah berhenti manggil Pak Ceo, dia udah tau nama bosnya sekarang. Kalau tadi-tadi dia gak tau. "Kamu keterlaluan, kenapa baru sekarang kamu mengetahui nama saya?" Mendengar hal itu Aiko, melongo tak percaya. Bukankah dia hanya berpikir, tapi kenapa Pak Leo bisa mengetahui apa isi pikirannya? "Apa jangan-jangan pak Leo itu, cenayang?" Batinnya. "Sembarangan! Saya bukan cenayang. Kalau memang kamu tidak berniat bekerja di perusahaan saya, kamu bisa kirim surat pengunduran diri kamu." Mendengar hal itu Aiko lantas terkejut dan langsung menunduk menyesal. "Maaf pak, maaf, gak lagi deh saya mikirin bapak dalam hati." Ucapan Aiko malah membuat Leo mengernyit. "Maksud kamu?" "Ya, maaf kalau bapak digibahin sama pikiran saya. Maklum, saya kadang gak bisa kontrol." Aiko malah cengengesan. Pak Leo gak menjawab dan gak kunjung mengucapkan sepatah dua patah kata. Aiko hanya diam, menanti intruksi dari sang pak Bos. Tanpa berucap, Pak Leo pergi gitu aja. Meninggalkan Aiko yang cengo daritadi dan segera menyusul langkah pak Leo. "Pak, kalau mau lanjut jalan bilang dong. Saya kan jadi kaget pas pak Leo tiba-tiba jalan." Cicit Aiko, setengah takut menatap wajah Pak Leo yang mendadak berhenti melangkah. Astaga... Astaga... Mampus kamu Aiko, siapa suruh membangunkan singa yang lagi tertidur. "Saya gak peduli!" Jawab Pak Leo dengan sorot mata yang tajam dan tegas. Aiko menarik nafas dalam lalu mengikuti dan menahan untuk tidak mengumpat. Karena Aiko yakin pak Leo pasti punya kelebihan khusus, misalnya bisa baca pikiran orang? Semua kegiatan yang dilakukan oleh Leo akhirnya selesai. Ketika Aiko melirik jam dinding yang ada diruangan pak bossnya itu, dia cukup terkejut melihat sudah jam 6 malam. Bukankah, Aiko harus segera pulang kerumah? Bisa gawat kalau dia pulang sebelum jam 8. Papanya tidak akan membiarkannya masuk. "Untuk hari ini, kinerja kamu sudah bagus. Hanya saja, jangan pernah beropini didalam pikiran kamu. Karena jujur, saya terganggu dengan hal itu, paham?" Aiko sontak terkejut ketika mendengar suara Leo namun tidak melihat dimana wujudnya. "Saya dibelakang kamu." Aiko segera menoleh kebelakang dan menyengir lebar, "Aduh, maaf ya pak. Saya kira bapak gak lihat keberadaan saya." "Kamu yang gak lihat keberadaan saya!" Aiko cemberut, "Yaudah, saya boleh pulang gak pak? Nanti keluarga saya nyariin. Apalagi kalau pulang sebelum jam 8, bisa habis kena omel saya." Pak Leo tampak mengernyit, "Curhat?" Aiko segera menunduk dan merutuki dirinya yang banyak bicara, "Yasudah, kamu bisa segera pulang. Saya juga tidak mau menahan kamu disini terlalu lama." ###
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD