Bab 2 Hari pertama bekerja

1569 Words
#Pembaca yang baik hati, bila menyukai cerita ku ini, jangan lupa follow nya ya...terimakasih.# Tekad kuat kepindahannya dari Jogjakarta ke Jakarta tiada lain karena sudah diterima bekerja diperusahaan kontraktor PT.Multi Karya tbk. Sebuah perusahaan yang sedang berkembang walau belum dikatakan jadi besar tapi prospeknya lumayan menjanjikan. Mila teman satu kelas saat kuliahnya dulu, yang memberitahukan ada lowongan diperusahaan di mana dia bekerja. Mereka sangat membutuhkan seorang desain interior yang sesuai dengan keahliannya setelah menimba ilmu dengan susah payah selama ini. Ganis tidak ingin untuk terus jadi penata dekorasi disebuah EO , selain gajinya yang tak begitu besar, biar hampir mirip tapi tetap saja itu bukan bidangnya. Pertama masuk kerja, ia di perkenalkan pada CEO yang bernama pak Felix, seorang yang masih muda, tampan dan punya kharisma. Ia disambut dengan senyum ramahnya, tidak ada kesan seram sedikitpun. Ia dibawa ke sebuah ruangan besar dengan masing-masing orang yang memiliki meja kerjanya, di tengah-tengahnya ada meja besar, mungkin untuk rapat kecil yang mereka adakan. Pak Felix memperkenalkan Ganis kepada mereka, tak ada yang Ganis kenal kecuali satu orang, yaitu Mila. Mila langsung memelukya. "Selamat bergabung dengan kita Nis." ucapnya dengan senyum manis tampil di wajahnya yang memang manis. "Terimakasih Mil, berkat kamu, aku di terima diperusahaan ini." "Karena aku membutuhkan teman Nis, aku sudah keteteran mengerjakan tugas proyek yang seabrek, jadi aku merayu Felix untuk menerima kamu." dalihnya ringan, melirik Felix dengan tersenyum. Kemudian Mila menguraikan pelukannya dan menatap wajah sahabatnya dengan bahagia. "Kamu makin cantik Nis." tatapnya menilai-nilai karena sudah dua tahun tidak bertemu sejak mereka menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta. "Terimakasih Mil, telah mengingatku." wajah cantik Ganis menunjukan rasa terimakasihnya yang tak terkira, membuat Mila kembali tersenyum. ”Sama-sama Nis, karena kamu sahabat terbaikku. Aku akan memperkenalkan kamu pada para ahli di sini. Yuk .... " Mila membawanya berkeliling untuk mendatangi setiap meja, memperkenalkan Ganis ke rekan-rekan yang ada di ruangan itu. Satu persatu Ganis menyalaminya, wajah-wajah yang ramah, mungkin sekitar tujuh orang tidak begitu banyak. "Aku Aldy, selamat bergabung distaff Site Engineer, tempat berkumpulnya para desainer perusahaan. Ada tiga orang arsitektur bangunan, satu orang arsitektur lanskap, drafter dan surveyor." tunjuknya ke meja orang-orang yang di sebutkan profesinya. "jangan takut kepada wajah-wajah seram mereka, Mila yang satu-satunya wanita yang ada di sini aja, merasa aman dan sentosa." gurau Aldy dengan wajah jenakanya, hingga semua tersenyum, tidak aneh dengan sikap orang yang satu ini. "Lo gak pernah buang-buang kesempatan ya Al, ingat aja bini lo yang di rumah." seloroh Felix sambil menyenderkan tubuhnya ke meja yang ada di tengah itu. "Di sini gue bujangan, di rumah laen lagi, lo gak perlu ribut-ribut Fe." kilahnya sambil terkekeh. "Udah deh, kalian kalau udah becanda gini gak bakalan ada selesainya." Mila mengingatkan mereka. "Ayo Nis, ini mejamu di sebelahku." ia menarik Ganis ke meja sebelahnya yang masih kosong. "Terimakasih Mil." tatapnya pada Mila. "terimakasih semuanya, semoga saya tidak mengecewakan bekerja di sini, mohon kerjasama dan bimbingannya." Ganis berdiri sebelum duduk di kursinya, sedikit membungkukkan tubuhnya dan tersenyum. "Felix menatapnya, merasa ada sesuatu yang menarik di diri wanita ini, bukan karena cantiknya tapi ia menangkap sesuatu hal lain yang bagi dirinya sendiri belum tahu apa itu. "Ya sudah, kita sudah mengenal Bu Ganis, semoga betah bekerja di sini, kalau butuh bantuan kita siap membantu. Selamat bekerja Bu Ganis." kata Felix sopan, sebelum berlalu dari ruangan itu. "Jadi ini Mil, yang di ceritakan itu?" seorang lelaki yang baru datang keruangan, menghampiri Ganis sambil mengulurkan tangan. Lumayan ganteng, berkulit agak gelap dengan tinggi sedang, tidak seperti Felix yang kaya tiang listrik karena tinggi dan kurusnya. Mila langsung menoleh pada sumber suara itu. "Iya Bram, perkenalkan temanku Ganistra Yunata biasa di panggil Ganis." jawabnya gembira. Ganis mengulurkan tangan, dengan senyuman. "Bram." terdengar suara basnya. "Ganis." balasnya. "Semoga betah ya." kemudian meneruskan langkahnya ke meja sebelah Aldy tanpa basa-basi lagi dan duduk di sana. "Perusahaan kita belum bisa dikatakan besar seperti perusahaan lain yang sudah terlebih dahulu bergerak dalam bidang ini, Nis. Namun, proyek yang kita pegang sudah lumayan banyak, jadi siap-siap saja kita akan sangat sibuk, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. "Mila sedikit memberi penjelasan dengan penuh semangat. Mata Ganis berbinar, sudah bisa langsung bergabung dengan mereka. "Kamu sudah lebih berpengalaman Mel, tolong bantu aku ya." "Untuk orang sepintar kamu, aku tidak merasa kuatir Nis. Pasti kamu bisa." "Aku dengar dari iklan Mila kalau kamu lulus dengan nilai c*m laude ya." tanya Bram. Ganis meliriknya, "Duh, pak Bram ke makan iklan Mila jadinya." jawabnya sambil tertawa. "Tapi itu memang kenyataannya, makanya aku berani merekomendasikan nama kamu, ke teman-temen." jawab Mila sambil memberikan sebundel dokumen pada Ganis. "Kamu bisa mempelajari ini dulu Nis, sebelum rapat kita nanti." ucap Mila sambil mengedipkan sebelah matanya. Aldy berdecak. "Katanya temen, tapi begitu masuk sudah dikasih sebundel dokumen yang harus dipelajari. Temen apa temen nih." Mila mendelikkan matanya ke Aldy. "Sudah sebulan ini sejak Reno mengundurkan diri, aku bekerja sendirian, wajar saja pekerjaanku jadi seabrek. Beruntung Felix mendengarkan keluhanku untuk mencarikan pengganti Reno." Aldy hanya terkekeh di belakang meja kerjanya. Setahu Ganis, Mila belum menikah. Dulu semasih kuliah sempat berpacaran dengan seorang laki-laki, sempat bertemu beberapa kali tapi setelah berpisah lama dan hanya memberi kabar sekali-kali saja. Mila tidak pernah menyinggung-singgung lagi soal pacarnya itu. Dan mengenai pernikahan Ganis sendiri tak pernah diinformasikan kepada Mila, entahlah Ganis melakukan pernikahan yang dilakukan karena keluarga itu, merasa tidak harus di gembar gemborkan. Ganis mulai merasa nyaman dihari pertama ia bekerja. Walaupun langsung disuguhi dengan pekerjaan yang cukup menyita perhatiannya, tidak patah semangat karena memiliki tim yang sangat handal dibidangnya masing-masing. __________ Seminggu berlalu, ia semakin akrab dengan rekan kerjanya. Mulai mengenal pribadi dari orang-orangnya, Aldy yang tukang becanda namun sangat serius bila sedang bekerja, Bram yang agak pendiam tapi sangat perhatian bila ia butuh pendapatnya dan Mila cukup andal terlihat profesional dalam melakukan tugasnya. Begitupun dengan Felix yang sering bergabung dalam rapat-rapat kecil yang diadakan dalam tim mereka, karena Felix juga merangkap jadi salah satu arsitek di 4 serangkai persahabatan mereka sejak kuliah. "Nis, sepertinya Felix agak menaruh perhatian lebih loh sama kamu." bisik Mila setelah rapat, disaat ruangan kosong sambil membereskan kertas-kertas kerjanya. "Kamu selalu ngayal dari dulu, seolah laki-laki selalu tertarik padaku kenyataannya tidak kan?" "Kamu yang tidak berubah dari dulu, selalu bersikap dingin yang membuat laki-laki disekelilingmu jadi penasaran tapi tak seorangpun yang dapat perhatian lebih darimu. Mengapa sih Nis, emang kamu tak pernah tertarik gitu? Jangan-jangan kamu gak normal lagi. "Mila menatapnya dengan heran. "ish! aku normal lah, aku 100% perempuan, hanya waktu kuliah aku terlalu fokus sama kuliahku hingga tak sempat berpikir ke hal lainnya." kelit Ganis. "Satu tahun kamu sempat cuti kuliah dan akhirnya ketemu aku di kelas. Sebenernya aku ingin tanya dari dulu, kenapa kamu ambil cuti waktu itu? Tapi aku belum berani menanyakannya." Benar saja Ganis sepertinya enggan untuk menjawabnya. Mila siap-siap untuk pergi. Karena sudah tiba pada jam istirahat. "Waktu itu, aku lagi ada masalah Mil, tapi aku belum bisa menceritakannya padamu." ungkapnya serius. "Maafkan aku yang kepo ini ya Nis, bukan mau ikut campur tapi hanya penasaran aja sama pribadimu yang agak misterius itu." "Misterius? Kamu bilang ??." Ganis malah tertawa. "Tanpa kamu sadari, orang-orang yang di dekatmu menganggapnya begitu. Kamu penuh misteri." "Aku sendiri merasa biasa-biasa saja Mil." Ganis keluar dari ruangan dan Mila mensejajarkan langkahnya. "Karena kamu cantik Nis, tapi tak ada yang bisa mendekatimu karena sikapmu itu." "Kamu juga cantik Mil dan bagaimana hubunganmu dengan cowok yang waktu itu jadi pacarmu? Ku tidak dengar lagi namanya disebut." "Tidak berlanjut Nis, dia ke luar negri tepatnya ke Jepang untuk berkarier di sana, awal-awal masih memberi kabar tapi kemudian semakin jarang, hubungan pun jadi semakin dingin dan akhirnya kuputuskan untuk berpisah. Tidak ada keberatan dari pihaknya jadi ya sudah berakhir begitu saja." Dan belum berpacaran lagi sampai sekarang?" tanya Ganis berani mengorek pribadi sahabatnya ini. "Nah mulai kepo kan?" Mila menatapnya jenaka, kemudian menyambung kalimatnya lagi. "kita ini memang cukup aneh, bersahabat tapi tidak pernah mengungkapkan tentang masalah pribadi kita. Aku sendiri merasa takut untuk bertanya padamu, mungkin kamu juga begitu. " "Karena mungkin, kita Terlalu menenggang perasaan kita masing-masing Mil, tapi hubungan kita tetap baik." "Bener Nis, mulai sekarang kita tidak harus sungkan lagi karena kita sudah dalam satu pekerjaan tim." "Kamu sahabat yang sangat baik Mil, aku sangat menghargai persahabatan kita ini." mereka saling menatap kemudian sama-sama tersenyum. "kita akan makan dimana nih." sambung Ganis. "Tempat biasalah, biar hanya warung nasi, tapi tempatnya bersih dan gak bikin bolong kantong kita." tawa Mila, menggandeng Ganis ke warung nasi yang tidak begitu jauh dari perusahaan tempat mereka bekerja. Selama makan, mereka terus mengobrol. "Perlu kamu tahu Nis, kalau Direktur Utama kita sedang tugas di luar kota, jadi kamu belum bisa bertemu dengannya. Pasti kamu akan melihatnya nanti, aku tidak akan menjelaskannya sekarang gimana orangnya." “Memang kenapa dengan orangnya Mil?” Ganis malah jadi penasaran. "Tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata." ungkapnya tersenyum penuh misteri. "namun, perlu aku jelaskan kalau Perusahaan ini terbentuk dari persahabatan antara Direktur utama dan Felik sebagai CEO-nya, Aldy juga Bram, mereka berempat berteman sejak kuliah." "Perusahaan ini baru berjalan tiga tahun lebih, perkembangannya cukup pesat. Beberapa proyek besar diantaranya proyek yang sedang kita kerjakan itu, proyek pembangunan gedung perkantoran dan proyek pembangunan Jembatan di Kalimantan." "Aku tambah semangat jadinya, desainku sudah hampir jadi, aku siap mempresentasikannya nanti, yang lainnya baru berupa konsep saja." "Mantap! semangat terus ya Nis." ujar Mila, sumringah. Ah, seandainya Ganis bisa meramal apa yang terjadi dikemudian hari, mungkin ia akan lari sejauh mungkin, sebelum terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD