Karena rasa bersalahnya, Diana bersikap sedikit lebih bijaksana dari pada sebelumnya. Dia mencoba membujuk Tyas. Tapi tidak berhasil. Tyas kelihatannya saja jinak dan penurut, padahal dia juga pemberontak! “Saya yang harusnya dipanggil mama oleh anak saya sendiri. Bukan orang lain!” seru Tyas tidak terima dengan lontaran kata Genta yang barusan ingin menikah. Tidak banyak berkata, dia lantas keluar dari mobil dengan cepat. Bukan masuk ke dalam hotel, tapi tidak tahu akan ke mana. “Haduh gawat!” ujar Genta, mau langsung mengejar Tyas, tapi dia melirik ke arak mamanya. Keduanya sudah keluar dari mobil. “Sudah, coba kamu kejar dulu dia. Mami yang nanti cek in kamar,” ujar Diana, cemas dalam hatinya. Diana mengerti, ketika Tyas berkata, lima tahun lebih dia menunggu. Jadi, wajar saja kala

