“Kenapa?” Tyas hampir tidak mengerjap ketika menatap Genta. Mulut Genta menganga, ingin berkata, tapi ponsel Tyas keburu menjerit. “Sorry, itu dering dari Argo,” ucap Tyas dengan tegas. “Angkat saja, jangan bikin dia makin khawatir,” balas Genta tak kalah tegas juga. Dia memalingkan pandangan dari Tyas, tidak ingin mendengar percakapan Tyas dan Argo. “Hallo?” sapa Tyas pelan dan ragu. “Astaga! Kamu ada di mana? Belum pulang kerja? Hapeku mati, baterainya habis, tadi malam lupa aku charge. Apa kamu baik-baik saja?” seharian ini Argo cemas karena keadaan Tyas. Apakah kegiatan tadi malam mengganggu aktivitasnya? “Aku baik—” “Kamu diantar Kak Genta?” “I—iya, ini masih makan di restoran yang tadi. Kamu udah makan?” Tyas gelagapan serba salah, tidak mengerti apa yang seharusnya d

