bc

Salah Kah Aku

book_age18+
1
FOLLOW
1K
READ
family
kickass heroine
confident
tragedy
bxg
enimies to lovers
widow/widower
like
intro-logo
Blurb

"Pramadi itu kaya tidak ada perempuan lain saja. Dia mau maunya menikah sama kamu! kamu cantik juga enggak! bisa masak juga enggak! kerja juga enggak! kamu itu hanya merepotkan anak saya saja!"Ini adalah kalimat yang entah ke berapa kalinya yang dikatakan mertuaku padaku. Aku sedang hamil lima bulan. Aku baru menikah dengan anaknya itu baru saja enam bulan. Banyak sekali yang aku alami setelah menikah dengan Pramadi. Dari awal aku datang ke sini, mertuaku enggak pernah tersenyum padaku. Lalu ketika menikah dengan ku pun hanya menyerahkan uang tiga juta saja. Bahkan ketika kami akad pun suamiku enggak menyematkan cincin ke jari manis ini, meski hanya satu gram. Sampai saat ini aku terus bertanya tanya. Apakah suamiku ini mencintaiku?

chap-preview
Free preview
Kepergian Ku.
"Kamu pilih mamah atau istimu, hah! apa yang sudah diberikan istrimu padamu? hah! kamu yang besarkan itu mamah, kamu yang biayai sekolah sampai kamu bisa kerja itu mamah! bukan istri kamu!" Ini adalah pertengkaran yang pertama kali aku dengarkan antara mertuaku dan suamiku. Masalahnya sangat spele. Masalahnya sebenarnya dengan ku, bukan dengan suamiku. Ceritanya dia sedang mengajari aku cara membuat sayur asem. Namun tiba tiba anaku menangis dan aku pergi ke kamar untuk mengambil anaku. Mungkin ia pikir, aku ini tidak mau mendengarkan apa yang sedang ia bicarakan. Sejujurnya aku tuh sudah tahu bagaimana caranya memasak sayur asem. Namun entah kenapa mertuaku itu tetap saja memberitahu seolah aku ini memang tidak tahu apa apa. Pernah suatu ketika, ketika aku sedang hamil lima bulan, ketika anaku masih belum lahir. Ceritanya aku disuruh memasukan kerupuk ke dalam plastik. Aku yang memang tidak pernah memasukan kerupuk ke dalam plastik lalu ujung plastik itu dibakar untuk untuk dirapatkan pun memang salah cara membakarnya. Aku harusnya melipat ujung plastik lalu membakar yang dilipatnya itu. Malah membakar ujungnya, sehingga aku malah menjadikan ujung plastik itu tidak rapi. Tiba tiba dia berkata bersama anak perempuannya, dia menertawakan ku. "Ternyata kamu enggak bisa apa apa, ya!" Dia menyindirku dan aku hanya bisa terdiam dengan kedua tangan ku yang gemetar. Aku di rumah itu hanya sendirian. Tidak ada satu pun yang berpihak padaku. Suami ku berangkat pagi, pulang sore. Sehingga dia tidak tahu apa saja yang terjadi di rumah. Aku ingin menangis pun tidak bisa menangis. AKu tahu, aku memang tidak bisa apa apa. Karena sebenarnya merapatkan plastik kerupuk untuk berjualan itu memang tidak pernah aku lakukan sebelumnya, karena ibuku memang tidak berjualan. Lalu bukan itu saja, yang dikatakan mertuaku padaku ketika aku masih hamil. "Si pramadi itu, apasih yang diharapkan dari kamu? kaya enggak ada perempuan lain saja!" jujur aku nyesek. Namun aku tetap tersenyum di depannya, seolah aku menganggap itu sebuah candaan semata. Namun sejujurnya itu menyakitkan sekali. Pada saat itu aku pun melupakannya karena memang tidak memiliki pilihan. Aku tidak mungkin pulang ke rumah ku, karena ibuku itu seorang janda. Aku tidak mau melimpahkan tanggung jawab hidupku pada ibuku. Kemudian aku juga sering mendengar mertua perempuan dan mertua laki laki membicarakan aku. Mereka bilang, bahwa suamiku itu seharusnya enggak menikah dulu. Tapi kerja lah dulu, bahagiakan lah dulu mereka. Aku merasa bersalah karena seolah aku merebut kebahagiaan mereka. Namun semuanya sudah terjadi, dan mungkin tidak akan bisa terulang lagi. Kembali lagi pada pertengkaran suamiku dan mamahnya itu. Suamiku tidak sedikit pun berbicara. Dia tetap diam ketika mertuaku memarahinya. Yang membuatku tidak enak, adalah banyak tetangga yang mendengarkan itu. Sehingga aku sungguh merasa sangat malu sekali. Setelah pertengkaran itu, kami tidak pernah melakukan komunikasi. Aku mungkin yang memang salah, sehingga aku akhirnya meminta maaf padanya. Aku berlutut di bawah kaki mertua aku dan meminta maaf padanya. Dan beruntungnya masalah pun selesai di situ. AKu sungguh tidak pernah menganggap bahwa mertuaku itu jahat. Mungkin saja karena dia lelah, atau apalah aku tidak tahu. Hari demi hari aku lalui menjadi seorang menantu di sana, dan rasanya memang berat banget. Mungkin ini dialami oleh semua perempuan yang menikah dan langsung pindah ke rumah meruanya. Aku hamil dan memang alhamdulilahnya aku kuat berpuasa. Pada saat itu usia kehamilan ku berada di tujuh bulan. Aku puasa seperti biasanya, namun ketika malam kami melakukan sahur. Tiba tiba mertuaku nyeletuk begini. "Hati hati ya, siapa tahu nanti siang ada yang makan siang." aku tidak tahu itu bercanda atau memang dia menyindirku. Hanya saja, hal itu sungguh membuatku merasa tersindir. padahal meski pun aku sedang hamil. Aku akan tetap berpuasa. Bayangkan saja, menikah dengan lelaki yang gajihnya hanya tujuh ratus per bulan. itu sungguh membuatku tidak memiliki apapun. Kami makan pun memang dikasih oleh mertua. Setiap hari yang aku makan ibaratnya sebuah batu yang aku telan. Tidak dimakan aku lapar, kalau dimakan maka rasanya menyesakan. kerjaan ku sangat banyak, sampai rasanya jari jemariku sakit disetiap bukunya. Aku yang hamil besar tujuh bulan itu sangat sibuk dengan kerjaan yang memang bukan hanya miliku saja. Tapi juga mertua dan kedua adik iparku. Aku mengerti, karena aku memang menumpang. Namun ... entah kenapa rasanya memang se nelangsa ini. Lalu ketika melahirkan dan aku menyusui. Rasanya memang haus terus, aku ingin minum terus. Namun di sana memang tidak disediakan air minum. Aku selalu merasa amat sedih dan menderita. Karena rasa haus itu tidak kunjung habis. Ketika aku minum air banyak, mertua malah bilang, "Jangan banyak banyak minum air, karena susah ngambilnya." hatiku sakit. Padahal ini hanya air minum saja. Aku selalu rindu ketika aku pulang ke rumah ibuku. Aku disediakan air minum sampai satu teko. Ibuku tahu, kalau menyusui itu sangat haus dan memang harus sering minum. Aku kadang membeli es agar aku bisa menghilangkan dahagaku. Lalu ketika malam malam anaku menangis, maka mertua akan marah marah dan membanting pintu karena merasa bahwa anaku itu sangat berisik. Aku kadang sedih, kenapa harus seperti ini. Berbeda dengan ibuku, ketika anaku malam malam menangis. Maka ibuku akan menggendongnya sampai ia tertidur lagi. Ah, maafkan aku ibu. AKu telah banyak merepotkannya. Aku sebenarnya sudah diberikan peringatan oleh ibuku. Kalau aku jangan dulu menikah dengan Pramadi. Karena dia belum mapan. Namun kala itu, aku merasa panas karena adiku yang telah terlebih dahulu menikah. sehingga aku ingin segera cepat cepat menikah dengannya. Iya. Ini mungkin salah ku. Maafkan aku ibu. Banyak sekali masalah yang terjadi antara aku dan mertuaku. semua itu semakin membuatku menderita lahir dan bathin. Bahkan adik ipar laki laki pun kadang menyindir nyindir padaku. Aku juga pernah mendengar adik ipar perempuan ku berkata bahwa aku ini adalah pembantu di rumahnya. Sakit hatiku. Anak kecil seperti dia, tidak mungkin mengatakan itu, kalau tidak ada orang dewasa yang mengatakannya. Aku tidak tahu siapa yang menyampaikan itu, namun ... itu sangat mengartikan bahwa keluarga ini tidak pernah menganggapku keluarganya. Melainkan seorang pembantu. Saat lahiran tubuhku sama sekali tidak terawat. Bahkan untuk mencuci muka pun tidak sempat. Anaku rewel, kerjaan ku banyak. Rumah, mencuci piring, masak dan juga mencuci baju. Aku seperti gelandangan. tubuhku bau, dan kutu di kepala ku banyak sekali. AKu seperti ... seperti orang gila. Entahlah ... apakah semua orang yang menikah akan seperti itu? Waktu berlalu, sampai dua tahun. AKhirnya aku memutuskan untuk kerja keluar negri dan meninggalkan suami juga anaku. Maafkan aku mas ...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
101.9K
bc

My Secret Little Wife

read
96.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook