Melanie tak henti-hentinya mendengus jengah dan kesal. Entah kenapa bayi bangkotan itu masih mengintil kemana ia pergi dan kemana ia bergerak, membuat Melanie pusing di buatnya.
Melanie sudah beberapa kali meminta Javier untuk duduk manis dan memakan sarapan paginya. Tapi pria itu seolah mengabaikan perkatanya dan selalu diam mengikuti Melanie dengan kedua tangan kekar itu terus melingkar di pinggang Melanie.
“Astaga… Jav—“
Javier cengengesan. “Sebenarnya kamu kenapa sih hah? Bener-bener kamu membuatku pusing. Sana mandi lah dan sarapan. Tea mu sudah dingin jadinya. Duduk lah, Jav!” keluah Melanie.
“Tidak!” jawab Javier cepat.
Melanie kembali mendengus jengah. “Sarapan dulu. Aku mau merapihkan tempat tidurku dulu, mumpung si kembar lagi berjemur sama Bi Ani!”
Javier bukannya mengangguk dan menurut apa yang di minta Melanie, namun pria itu malah merengkuh kembali tubuh Melanie dengan menyadarkan kepalanya di punggung Melanie hingga Melanie kesulitan untuk bergerak.
“Kamu belum mencium pipiku seperti mereka. Jadi aku tidak mau melepaskan pelukanku ini!” kata Javier sudah seperti anak kecil.
“Astaga Jav. Kamu ini sudah bangkotan masih saja kaya anak kecil!"
“Mau di sun dulu nggak. Aku nggak akan lepasin kalau nggak sun dulu!” pinta Javier.
Melanie tak henti henti mendengus jengah. “Sudahlah aku nggak bisa bergerak kalau kamu memelukku terus Jav,” jawab Melanie seraya tengah berjuang melepaskan cengkraman Javier.
“Ayol ah mom, hanya pipi saja?”
Melanie menghela napas malas, melihat sikap Javier yang teramat menyebalkan ini.
“Huuuhhh….ya sudah-sudah, aku akan mencium pipimu.”
Javier langsung melepaskan pelukan nya bersaman Melanie membalikan badan dan menatap Javier dengan tatapan kesal. Javier di depannya pun menatap Melanie dengan wajah yang cengengesan minta di gampar.
Muacch…
“Dah sana sekarang duduk manis lalu sarapan!”
“Terima kasih sayang,” jawab Javier membalas mencium kening Melanie.
“Nanti lagi kalau mau mencium pipi gembul anak-anakku jangan di depanku karena aku pasti akan meminta hal yang sama,” bisik Javier di telinga Melanie.
Bulu kuduk Melanie merinding. ‘Kenapa kamu semakin mengerikan Jav,’ batin Melanie.
Javier menoleh ke belakang tepat pada Melanie yang masih berdiri mematung di tempatnya. Dia masih menatapnya.
Javier perlahan maju, mendekat pada Melanie. Wanita itu pun mundur perlahan hingga kakinya menyandung benda keras membuat tubuhnya hendak terjatuh ke bawah.
Javier yang melihat itu pun langsung berlari dan merangkul tubuh Melanie hingga keduanya terjatuh di atas tempat tidur. Tubuh kekar Javier menimpah tubuh Melanie dengan keduanya bersitatap.
Javier mendekatkan wajahnya, bersamana dengan keduanya masih saling menatap manik mata masing-masing.
Hembusan nafas hangat begitu saja menerpa wajah Melanie bersamaan dengan wajah Javier yang mendekat membuat degupan jantung keduanya berdetak cepat.
Javier menyesap lembut bibir merah muda Melanie dengan lembut. Wanita itu sama sekali tidak menolaknya bahkan Melanie memejamkan kedua matanya membalas panggutanya.
Melanie membalas panggutan Javier yang semakin menjelajah di dalam bibirnya. Tidak hanya itu sebelah tangan kekar Javier pun turun, memijit pelan sebelah bukit Melanie.
Panggutan lembut nan hangat pun membuat tubuh keduanya seolah tebakar hingga keduanya menginginkan lebih dari hanya sekedar panggutan ini.
Mereka dua orang dewas yang sama-sama merindukan sentuhan, di saat keduanya sudah lama tidak mendapatkan sentuhan itu dari masing-masing pasanganya.
Jujur Melanie pun merindukan sentuhan lembut ini, meski Melanie sadar ini salah. Sentuhan ini bukan dari Revano suami cadanganya, melainkan dari seseorang pria yang sudah hampir dua tahun bersama.
Keduanya saling membalas panggutannya, hingga bibir seksi Javier turun ke leher Melanie dengan suara seksi Melanie begitu saja terdengar mendesah membuat gairahnya semakin menyulut.
Disibakkan pakaian atas Melanie hingga Javier mendelik sesaat saat melihat dua bukit yang menjulang tinggi dan padat.
‘Ya Tuhan begitu indahnya tubuh Melanie,’ decak Javier kagum.
Melanie terus menggeram seksi, tangan kekar dan bibir seksi itu tak henti terus menghujami kecupan di setiap jengkal kulitnya.
“Aaaaahhh Jav—“
Melanie mendesah saat Javier menyesap kuat cairan bening yang keluar dari pucuk merah mudanya.
Javier tak henti bermain di dua bukit kembar Melanie hingga sesekali pria itu menenggelamkan wajahnya di bagian favoritenya.
“Aahhh meski rasanya begitu hambar dan sedikit asin. Ini benar-benar membuatku tidak sabar ingin segera menerkam mu Melanie,” batin Javier.
Melanie tak henti mengerang. Javier menyesap satu persatu dua bukitnya seperti bayi yang kelaparan. Pria itu pun tak henti menelan cairan yang kental dan deras mengalir dari pusatnya.
“Aaaaahhhh Jav…”
Javier semakin erat menyesap pucuk satunya, bersamaan tangannya satunya tak lepas memijit lembut meski ia tahu cairan bening nan kental itu keluar dari pusat asinya.
“Ahhh bisa-bisanya aku tidak berdaya seperti ini,” batin Melanie.
Tangan kekar itu turun ke bawah, menyelusup masuk pada celana panjang yang dikenakan Melanie. Ia bermain di bawah sana dan tersenyum saat melihat wajah Melanie yang merah dengan kedua matanya yang redup, bibir Melanie tak henti mendesah.
“Milikmu sudah basah sayang,” bisik Javier di telinga Melanie.
“Ahhh Jav…” desah Melanie.
Javier memasukan empat jarinya ke dalam mulutnya bekas cairan Melanie yang basah. Ia pun kembali memasukan tanganya dan bermain di lembah Melanie.
“Aku menginginkanmu Mel…”
“Aku sudah tidak tahan Jav…Ahhh…” lirih Melanie.
Javier menarik celana panjang yang Melanie kenakan. Ia menyibakan penghalang tipis di lembah Melanie dan menaikan kedua kaki Melanie ke atas agar ia bisa melihat bagian bawah Melanie yang—
Javier menelan saliva dalam-dalam. Lembah Melanie terlihat seperti anak perawan dan berwarna pink. Ia mendekatkan wajahnya menyesap inti Melanie pelan, namun Melanie di atas sana kembali mengerang hebat.
Kedua tangan Melanie tidak henti meremas rambut dan sesekali menjabaknya ketika Javier menyesap intinya lebih kuat lagi.
Javier terkekeh, melihat Melanie yang sudah tidak berdaya dan ia tidak ingin berhenti begitu saja. Ia ingin membuat Melanie kalah terlebih dulu dengan menyemburkan cairan hangat.
“Aku sudah tidak tahan Jav…”
“Keluarkanlah sayang… aku akan menyesapnya,” jawab Javier.
“Melanie di mana bi?”
“Di kamar.”
“Ohh ya sudah aku ke kamar dia, bi.” Bi Ani mengangguk pelan dan seseorang itu berjalan ke arah kamar Melanie.
Seseorang itu hendak membuka lebar pintu kamar Melanie. Namun saat tubuhnya setengah masuk ke dalam kamar Melanie. Ia mendelik kaget dengan pemandangan di depan matanya.
Javier menurunkan celana pendekanya dan menuntun adiknya keluar untuk memasuk ke dalam lembah merah muda Melanie yang begitu menggiurkan dan—
“Eheeem…!”
Javier langsung menarik kembali celana pendeknya ke atas dengan degupan jantung yang berdetak kencang.
Melanie pun langsung menarik celananya dan merapihkan pakaiannya yang sudah berantakan oleh Javier.
Seseorang yang bersadar di dekat pintu pun dengan santai menyilangkan kedua tangannya di d**a melihat kedua orang di depannya terlihat panik.
“Rie…”
“Ahhh Riana sialan!” umpat Javier kesal di dalam hati.
Padahal ia hendak memasukan adiknya, namun sayangnya Riana datang ke kemarnya.
Ia berdiri. “Hai… Rie…” sapa Javier santai.
“Pantas saja bos betah banget ya di sini. Nggak masuk masuk kantor,” sindir Riana.
Javier terseyum kikuk dan berjalan kea rah pintu menghampiri Riana.
“Gue baru balik dari London! Ya sudah gue tinggal dulu, mau mandi!” jawab Javier santai.
Riana langsung menutup hidungnya. “Pantas saja bosku bau kambing,” sindir Riana.
Javier mendengus lirih, lalu keluar dari kamar mandi mengabaikan sindirian Riana.
“Agresif lah seperti biasanya jangan diam saja! Aku rindu belaianmu!”