Bab 43

1445 Words
Pagi yang cerah telah menyapa dua insan yang masih setia di balik selimutnya, Sarah menggeliat kan tubuhnya, ia membuka mata perlahan dan melihat suaminya pagi ini dengan tatapan sayang, Sarah bergeser dari balik selimut itu dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sarah yang saat ini berada di bawah guyuran air itu ,mengingat omongan suaminya itu yang menginginkan juga seorang anak, pagi ini senyum yang berada di bibir Sarah tak pernah luntur,sarah merasa saat ini menjadi orang yang paling beruntung memiliki suami seperti Adam. Adam mulai terlihat bergerak di balik selimutnya itu , ia merasa tempat tidur di sebelah nya itu telah kosong dan ia mendengar gemericik air dari arah kamar mandi, ia yakin istrinya itu sedang mandi. Adam yang menyadari istrinya itu telah selesai mandi berpura-pura tidur kembali. Klik.. Sarah yang telah selesai mandi tampak masi menggunakan handuk yang melilit ditubuh nya dengan rambut yang di biarkan setengah kering itu terurai bebas. Sarah melirik gundukan selimut yang menandakan masih ada orang yang setia di balik itu, Sarah mendekat kearah suami yang sedang tertidur itu awal nya hanya ingin memandang wajah tampan suami nya itu, Sarah mulai menggerakkan jarinya ke wajah itu, ia sengaja menggerakkan jari itu dari mata hingga berhenti di bibir tebal yang sangat seksi bila sedang menciumnya itu. Sarah memutuskan untuk menyelesaikan aksi memandangi suaminya itu, dikagetkan oleh gerakan cepat suaminya itu, Adam tiba-tiba mencekal tangan milik Sarah yang mengakibatkan Sarah terjungkal tepat di atas tubuh suaminya itu. "Apa wajah ku sangat tampan sayang, mengapa cepat sekali kau memandangku," Adam yang sedari tadi tau apa yang dilakukan oleh istrinya itu. "A..a..a..pa kau dari tadi sudah bangun dan menyadarinya,"Sarah yang kaget dengan apa yang di ucapkan oleh suaminya itu. "Mana ciuman untuk ku pagi ini sayang,"Adam memonyongkan bibirnya yang terlihat mengemaskan. Sarah yang tersenyum itu memberikan kecupan singkat,"Sayang mengapa kau hanya memberikan kecupan, yang aku minta itu ciuman pagi ini bukan kecupan,"Adam memprotes aksi istrinya itu. Sarah hanya mengeleng mendengar suaminya itu protes. "Sudah lah sayang , sana segera mandi. aku mau menyiapkan sarapan untuk mu," Sarah menuju lemari pakaian dan memilih kaos putih dan rok renda bewarna merah. Adam yang tak terima dengan penolakan istrinya itu, mengerucutkan bibirnya,Sarah yang melihat itu hanya tertawa. "Sayang mengapa wajah mu mengemaskan begini sih,"Sarah mencubit pipi suaminya itu. Akhirnya Sarah memberikan ciuman yang di inginkan Adam, dan seketika senyuman Adam merekah. ... Sarah yang telah selesai menyiapkan sarapan segera menuju kembali ke kamar, Saat ini Adam sudah berdiri di depan cermin dan ia merapikan baju kerja yang telah disiapkan oleh Sarah, Sarah menuju ketempat suaminya yang sedang berdiri dan membantu memasangkan dasi kepada suaminya itu. "Selesai,kau sangat tampan sayang,"ucap Sarah yang memuji suaminya yang memang terlihat tampan itu. "Suami mu ini selalu tampan, apa kau tak menyadari itu," Sarah melirik sedikit ke arah atas tepat memandang mata suaminya itu. Sarah tersenyum mendengar kenarsisan suaminya pagi ini. Mereka berjalan bersama menuju meja makan untuk sarapan. Adam mengandeng istrinya itu dengan mesra. Adam memakan Sarapan itu dengan nikmat, Sarah yang teringat tentang masalah psikiater itu perlahan menanyakan hal itu. "Sayang mengenai psikiater itu, apa sudah kau sudah dapat,"ucap Sarah. "Belum sayang, aku memikirkan sebaiknya kita pergi berlibur dulu, nanti sesudah itu baru ku pikirkan,"ucap Adam yang. "Baiklah sayang,"  Adam yang telah selesai sarapan segera bersiap untuk berangkat ke kantor dan di ikuti Sarah, Sarah memberikan tas dan bekal nya Adam, Adam mencium Sarah dan segera berpamitan kepada istrinya. ... Adam telah sampai di ruangan nya, saat ini ia sedang menandatangani kertas-kertas yang membuatnya sibuk beberapa waktu lalu. Bimo mengetok pintu ruangan Adam dan masuk. "Apa kau masih sibuk?"tanya Bimo. "Tumben sekali kau masuk mengetok pintu dulu, Tidak aku hanya menandatanganni sedikit berkas yang akan d serahkan kepada klien kita," Adam berbicara tampa melihat Bimo. "Kau ini, terlalu banyak protes nya,"jawab Bimo. Bimo mengeluarkan amplop putih dan di berikan kepada Adam saat ini. Adam yang melihat amplop itu pun mengembangkan senyum nya, ia tau isi dari amplop itu. "Itu tiket kalian berdua, semoga perjalanan kalian menyenangkan, dan aku juga bisa mendapatkan kabar baik dari kalian berdua," ucap Bimo. "Terimakasih banyak Bim, kau telah banyak membantu ju dan istriku dalam hal apa pun, semoga aku pun bisa membantumu dari segi apapun," Adam beranjak dari kursinya untuk memeluk teman nya itu, dan mengucapkan terimakasih. Bimo senang melihat temannya ini sudah menemukan kebahagian nya kembali, walau pun begitu Bimo tak pernah melupakan Anjani teman baiknya juga, saat ini ia tak melanjutkan mencari bukti mengapa teman nya meninggal dengan kondisi yang mengenaskan begitu. Adam yang melihat Bimo termenung, menepuk pundaknya dan menyadarkan kembali kesadaran Bimo,"Kau kenapa Bim, kenapa kau termenung begitu," Adam memandang Bimo dengan tatapan tajam. "Aku teringat dengan Anjani Dam, Maaf sebelum nya, karena pikiran ku ini pasti membuat mu tidak menyukainya,"Adam menggelengkan kepalanya. "Tidak masalah, Aku pun sama tak bisa menghilangkan nama Anjani di hatiku, walau saat ini aku dapat menerima dan menyatakan perasaan ku kepada Sarah, tetapi nama itu selalu di hati ku,"Adam menundukan kepala nya. "Sudah lah, yang penting kita berdoa untuk nya, agar dia bisa hidup tenang dan bahagia di alam sana," doa Bimo yang diaminkan didalam hati oleh Adam. Dibalik pintu, Caca mendengar percakapan dua lelaki dewasa itu, Caca pun ikut menangis dalam diam nya, ia tahu perasaan Anjani dan Adam saat itu tulus , walau pun sifat Adam saat itu sangatlah memalukan menurut nya, tetapi Caca tau cinta mereka tulus. Caca adalah teman Anjani yang juga sangat kehilangan atas kepergian mendadak itu. Caca tidak pernah menyalakan Adam yang belum bisa melupakan Anjani, tetapi ia cukup bahagia karena ia mendengar bahwa Adam sangat mencintai Sarah. Caca memutuskan kembali keruangan Bimo, ia menunggu sampai urusan Adam dan Bimo selesai. Caca menghapus air matanya dan segera beranjak dari sana agar tak terlihat dan menganggu mereka berdua. Caca duduk di kursi kerja Bimo ia melihat-lihat meja kekasihnya itu, ia melihat foto yang berada di dalam bingkai itu, foto keluarga Bimo yang tampak harmonis walau mereka sama seperti ia yang tinggal nya berjauhan dengan kedua orang tua nya. Caca meletakan kembali bingkai foto itu ke tempatnya dan sedikit menata meja kekasihnya yang terlihat sedikit berantakan, ia hanya membersihkan kertas-kertas itu dan meletakan kesamping meja, ia tak berani membuang kertas-kertas itu. Caca tersenyum melihat meja kerja Bimo yang rapi. Caca kembali duduk ke sofa yang masih berada di dalam ruangan itu, ia melihat jam tangan nya yang menujukan waktu untuk istirahat makan siang. Caca yang terlalu asik dengan dunianya tak sadar kalau Bimo telah kembali keruangan nya, Adam menatap punggung wanita yang selalu di rindukan nya itu ada di depan matanya, tak membuang waktu ia segera memenjarakan tubuh kekasihnya itu masuk kedalam pelukan nya. Caca yang awal kaget di peluk dari belakang, sekarang tersenyum karena ia tau siapa orang yang memeluknya itu. "Sayang, mengapa kau datang tak mengabari ku,"ucap Bimo. "Ini kejutan utuk mu sayang," jawab Caca. yang mengelus pipi kekasihnya itu. Bimo membalik posisi mereka menjadi berhadapan, Bimo menundukan badan nya sedikit untuk mencapai bibir kekasih yang sangat mengoda itu, Caca yang mengetahui itu segera menutup matanya untuk menyambut bibir Bimo yang sangat ia rindukan. Mereka saling menyesap tampa ada yang mau mengalah, tidak ada yang dominan disini karena mereka sama-sama ingin menguasai satu sama lain nya. Mereka akhirnya berhenti karena mereka perlu pasokan oksigen, Bimo meletakan kepalanya sejajar dengan kepala kekasihnya itu, mereka menghirup udara dengan rakus, Bimo tersenyum. "Sebaiknya aku segera bertemu dengan ayah dan ibumu, karena aku sudah tak tahan,"ucap Bimo dengan napas yang masih terengah engah. "Tapi orang tua ku entah kapan pulang ke kota ini," Caca yang sedikit sedih. "Aku sudah tak tahan menahan nya sayang, ini sangat menyiksa, selalu merindukan mu setiap saat, aku mau kau selalu di sampingku," Bimo yang terdengar frustasi. "Sebaiknya kau tinggal bersamaku saja sayang, agar aku bisa selalu berdekatan dengan mu," Bimo memberikan idenya. "A..apa, kita tinggal bareng," ucap Caca. "Iya kau dan aku," timpal Bimo. Caca yang terdiam mendengarkan ucapan Bimo tadi, membuatnya bingung, bagai mana mungkin ia tinggal bersama lelaki yang belum sah menjadi suaminya, apa nanti kata kakak nya dan bagaimana nanti kalau orang tua nya tau, ia tinggal bersama lelaki. "Hei, sayang mengapa kau melamun, Apa kau tidak mau," tanya Bimo. "Bukan begitu sayang, aku bingung bagai mana aku harus menjelaskan kepada kakak ku nanti, apa katanya nanti,"Caca yang bingung akan alasan yang akan di berikan kepada kakak nya itu. "Kau tenang saja nanti aku yang berbicara dengan calon kakak iparnya dan suaminya," Bimo meyakini bahwa itu akan semudah pikirannya. Caca mengangguk mendengar semua omongan kekasih nya itu, mereka berdua saling berpelukan ,jauh di lubuk hati Caca sangat senang bila ia tinggal bersama dengan kekasihnya itu, ia sudah cukup lama merasa kesepian tinggal sendiri, walau beberapa saat dua keponakan kembarnya itu sesekali menginap dirumahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD