Bab 75

1022 Words
Sinar matahari memasuki celah-celah tirai yang masih tertutup rapat, Caca terbangun lebih dahulu sebelum kekasihnya itu,Caca yang melihat dirinya saat tidak mengenakan sehelai benang pun langsung mengeratkan selimut yang ia kenakan saat ini dan ia juga melihat pemandangan di sampingnya kekasihnya itu yang masih tertidur dengan keadaan yang sama , ia pun berniat berdiri untuk pergi ke kamar mandi tetapi nyeri yang ia rasakan saat ini membuatnya urung. 'Mengapa rasanya masih perih, dan ini sangat sakit sekali,' batin Caca, wajahnya tampak meringis bila ia ingin menggerakkan kakinya. Caca masih berusaha untuk merileks kan dirinya. Caca melihat keadaan kamar mereka yang saat ini terlihat berantakan akibat baju mereka yang berserakan di atas lantai. Merasa terganggu tidurnya Bimo pun membuka mata secara perlahan dan itu tidak diketahui oleh Caca yang terlihat saat ini meringis seperti sedang menahan rasa sakit, sebenarnya Bimo pun tahu asal dari rasa sakit yang dirasakan oleh kekasihnya itu. "Selamat pagi sayang," Bimo yang saat itu langsung memeluk pinggang kekasihnya, dan itu membuat Caca membeku karena pelukan kekasihnya itu. "P..p.. pagi sayang," Caca yang menjawab dengan gugup nya, ia teringat kejadian malam tadi. "Apakah masih sakit Sayang?" Bimo yang bertanya secara frontal, ia tak melihat perubahan mimik wajah kekasihnya itu yang saat ini sedang menahan malu. "Mengapa wajahmu memerah begitu sayang apakah kau sedang sakit?" Caca masih diam dengan semua pertanyaan yang dilontarkan oleh kekasihnya itu, Caca tak tahu harus menjawab apa.  Akhirnya Caca pun menjawab dengan gelengan yang seadanya untuk menjawab semua pertanyaan dari kekasihnya itu, saat ini Caca bersusah-payah untuk menggapai baju yang berada di lantai dan ia hanya dapat meraih kemeja milik kekasihnya itu, tanpa pikir panjang Caca pun langsung memakainya terburu-buru. Caca yang tak tahan dengan kondisi seperti ini ya segera ingin beranjak dari tempat tidur untuk sekedar membersihkan tubuh yang ia rasa saat ini sangat lengket, tetapi ia terhenti dengan rasa nyeri yang menjalar dari selangkangannya. "Auw..," Caca yang baru melangkahkan kakinya terhenti dengan rasa nyeri yang teramat sangat. Bimo yang melihat itu tahu dan segera menggendongnya ke kamar mandi dan tak lupa ia melilit tubuhnya dengan selimut yang tadi dipakainya, Caca yang mendapatkan perlakuan dari kekasihnya itu semakin merona wajahnya. "Turunkan aku, Biarkan Aku berjalan sendiri ke kamar mandi,"tutur Caca yang berbicara sambil menundukkan kepalanya. "Bagaimana mungkin aku bisa menurunkan mu, sedangkan ku tahu tahu kesakitan bila bergerak sedikit saja, semalam adalah pengalaman pertama mu, jadi pastilah kau sangat merasa tidak nyaman dan kesakitan di bagian bawah mu," Caca mendengarkan semua ucapan kekasihnya itu semakin menundukkan kepalanya, Caca tidak mengerti mengapa kekasihnya itu bisa berbicara seperti itu menurutnya. "Sebaiknya mungkin aku harus mandi juga jadi kita dapat mandi bersama saat ini," ucap Bimo dan itu membuat cara memandang dengan mata yang terbelalak, Caca masih malu dengan apa yang terjadi semalam, dan ia pun hanya dapat menggelengkan kepalanya menandakan ketidak Setujuan dengan apa yang diucapkan oleh kekasihnya itu. "Tidak ada penolakan sayang, Lagian Mengapa kau masih malu kepadaku Sedangkan malam tadi aku sudah menjadikanmu milikku seutuhnya," telinga Caca saat ini sangat merah karena ia selalu mendengarkan ucapan yang tak ingin Ia dengarkan. "Aku malu," Caca berusaha mengucapkan sebuah kata yang yang mewakili perasaannya saat ini, walaupun dengan suara terbata-bata akibat kegugupan yang melandanya saat ini. Mendengar ucapan Caca membuat Bimo menghentikan langkah kakinya, Caca yang merasakan Bimo menghentikan langkahnya Ia pun melihat tempat ke arah mata kekasihnya yang juga sedang menatap tajam kearah Caca, tidak lama Bimo pun tertawa terbahak-bahak dengan apa yang didengar kanya. "Malu, Mengapa kau masih malu, sedangkan aku sudah melihat semua begitu pun dengan mu, jadi Mengapa kau masih malu," Bimo mulai berjalan Kembali menuju ke kamar mandi. Caca yang sampai saat ini tak tahu apalagi yang harus iya ucapkan karena apa yang dia dengar dari kekasihnya itu adalah benar tetapi karena ini adalah pengalaman pertama baginya itu tetap membuat dirinya malu. Bimo tersenyum melihat Caca hanya diam dan terlihat pasrah,"Kau kenapa dari tadi diam saja sayang, Apa kau takut? kau tenang saja aku tidak akan melakukan apa-apa saat kita mandi nanti," Caca yang mendengarkan itu melirik sebentar ke arah Bimo yang sedang menggendong yang saat ini, ia sedikit lega mendengarkan ucapan itu. tetapi Caca tidak melihat ke arah wajah Bimo saat ini yang sedikit menyunggingkan senyum licik nya. Setelah sampai di kamar mandi Bimo pun menurunkan Caca dan Bimo memandang kekasihnya itu karena menurutnya baju yang kebesaran di tubuh Caca membuat Gadis itu semakin seksi di matanya, Bimo pun memulai aksinya lagi, dimulai dengan membuka perlahan kancing baju kemeja yang Caca pakai. Caca tak mengerti dengan tubuhnya saat ini, ia merasa sangat malu tetapi tubuhnya tidak dapat menolak dengan semua sentuhan yang ia dapatkan dari kekasihnya itu. "Bolehkah Sayang!"Bimo meminta persetujuan kekasihnya itu karena ia tak mau memaksa bila kekasihnya itu tidak menginginkannya. Caca yang mendengar pertanyaan dari kekasihnya itu tidak tahu mengapa ia sangat cepat menganggukkan kepalanya. sebenarnya Caca pun merasa sangat terbuai dengan semua perlakuan kekasihnya. Bimo sangat tahu bagaimana memperlakukan Caca dengan manis, dan mungkin saat ini mereka berdua akan sibuk dengan kegiatan panas mereka. ... Adam yang menepati janjinya saat ini membawa Sarah berjalan-jalan di sekitaran tempat menginap mereka. Adam masih takut untuk mengajak Sarah berjalan lebih jauh karena kondisi Sarah yang baru saja keluar dari rumah sakit. "Maafkan aku sayang hanya dapat mengajakmu jalan-jalan di sekitaran sini saja, karena aku tak mau membuatmu kelelahan, mungkin lusa baru kita akan melanjutkan perjalanan lagi," Adam meminta maaf kepada istrinya itu dan ia juga berjanji akan memulai trip-nya kembali. Sarah pun sangat bahagia dengan apa yang didengarnya barusan, dan ia pun menikmati pemandangan di sekitarnya, Adam yang melihat wajah Sarah yang begitu bahagia bersyukur karena istrinya itu tidak mengalami hal-hal yang tak diinginkan nya. "Sebaiknya kita mencari restoran untuk makan malam, Aku tak mau kau terlambat untuk meminum obat," Adam segera mencari restoran terdekat di sekitar mereka. Dan mereka berdua berjalan sambil bergandengan tangan Sambil tertawa bersama. "Apa kau tidak kelelahan, kita sudah terlalu lama berjalan sayang!" Adam berbicara sambil mengeratkan. "Tidak, saat ini aku sangat bahagia sehingga aku sanggup untuk berjalan lebih jauh lagi," Adam pun tertawa mendengar jawaban asal dari istrinya itu. Dan akhirnya mereka sampai di sebuah restoran yang berada di dekat mereka berjalan tadi. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD