07. Visit

1145 Words
Ellovas menghembuskan nafas kasar, kepalanya mendongak ke atas seolah kepalanya terasa berat dengan beban yang harus Ia tanggung. Ia seorang Pengeran, namun Ia juga manusia biasa yang merasakan namanya lelah. Masalah apapun dapat Ia hadapi tapi tidak dengan kali ini, umurnya masih 28 tahun dan Dia sudah diberi perintah oleh Ayah nya untuk segera menikah. Oh astaga! Ellovas mengusap wajahnya kasar. Jangan dengan masalah pendamping hidupnya, karena Ia tidak akan sanggup untuk memikirkannya. Pintu ruangannya di ketuk oleh seseorang yang sudah Ellovas hafal. "Masuk!" pintanya dengan wajah datar khasnya, Diaz membungkuk sebagai tanda hormat. "Tuan, hari ini Anda akan berkunjung ke museum." Ellovas berdiri, museum adalah tempat favoritenya selama ini. Diaz tahu bagaimana Tuan nya itu mempersilahkan Ellovas berjalan terlebih dahulu. Langkah Ellovas yang lebar dan pasti membuat siapa saja tahu jika aura dari Ellovas berbeda dari orang kebanyakan. Seorang Pangeran yang dingin tapi memiliki segudang daya yang memikat, serta keputusan yang Ellovas ambil selalu menjadi keputusan yang bijak bagi seluruh rakyatnya. "Hari ini weekend, jadi bagaimana dengan para pengunjung?" tanya Ellovas dengan terus berjalan, Ellovas tidak masalah jika Ia akan berbaur dengan rakyat dan juga para wisatawan. Itu hal yang selalu ingin Ellovas lakukan, dapat berbaur dengan semua orang dan hidup seperti orang normal. Ia bukan tidak ingin, tapi Ia tidak bisa karena pengawalan yang ketat dari Diaz dan juga dari kerajaan. Hingga membuat Ellovas pada akhirnya menyerah dengan pikirannya itu. "Saya sudah mengamankan semua jalur untuk Anda Tuan." Ellovas mengangguk, seorang pengawal membukakan pintu mobil untuknya. Dengan gaya coolnya, Ellovas masuk ke dalam mobil mewahnya dengan Diaz berada di samping seorang sopir yang sudah lebih dari 25 tahun hidupnya untuk mengabdi pada Ellovas. Sopir itu adalah pria paling tua di antara semua pekerja Ellovas yang lainnya, khususnya di paviliun milik Ellovas sendiri. Saat mobil keluar dari pintu gerbang istana yang menjulang tinggi dan menghalangi pandangan semua penghuni istana yang luas, itu hal yang selalu membuat Ellovas merasakan bahagia yang sederhana. Ellovas membuka sedikit kaca mobilnya, melihat bagaimana rakyatnya. Banyak rakyat yang melambaikan tangannya saat mobil kerajaan yang khas melewati mereka. Dan juga saat mata mereka bertemu dengan mata hitam kelam Pangeran mereka, mereka membungkuk hormat. Ellovas hanya tersenyum atau mengangguk kecil saat semua rakyat menyapanya. Ellovas sebenarnya tidak sedingin yang orang-orang pikirkan, Ia lebih suka berinteraksi dengan para rakyat dari pada para petinggi kerajaan. Rakyatnya adalah orang yang tidak munafik, mereka apa adanya. Sedangkan bagi Ellovas, para petinggi kerajaan selalu menggunakan trik, bahkan trik murahan sekalipun akan mereka gunakan untuk mendapat tempat di mata Raja ataupun Ellovas sendiri. "Diaz." panggil Ellovas pada bawahannya itu. "Ya Tuan." balas Diaz sopan, Diaz mengintip Ellovas melalui ekor matanya pada spion depan. "Apakah anak-anak yang ada di pemukiman ini semua mendapat pendidikan yang layak?" tanya Ellovas, karena setiap Ia berkunjung ke manapun Ia akan membuat jalur yang berbeda, yaitu jalur kawasan kumuh yang di laporkan Diaz padanya. Dengan tanpa sengaja mensurvei dan hal itu tanpa di ketahui oleh siapapun bahkan Raja sekalipun. "Ya Tuan, Saya sendiri yang turun tangan agar anak-anak itu mendapat pendidikan dengan layak." Ellovas tidak membalas, pandangannya terus pada anak-anak yang bermain bola di lapangan yang banyak rumput liar karena sekarang sedang musim semi. Di mana banyak bunga bermekaran di berbagai sudut tempat di daerah Oatsflorland. Dan Ellovas begitu yakin jika sebenarnya hari ini bukan waktu yang tepat untuknya berkunjung ke Museum. Tapi pikiran Ellovas begitu kacau hingga Ia memilih nekat untuk datang ke tempat bersejarah itu. Ellovas tahu jika di musim semi adalah waktu favorite bagi para wisatawan untuk berkunjung di negaranya. Di musim ini negara penghasil gandum dan bunga terbesar di dunia ini akan sangat indah, bunga akan menghiasi seluruh bagian Oatsflorland. Hal yang Ellovas sukai, aroma alam dengan bunga bermekaran dan juga pemandangan yang jelas saat matanya ingin melihat segala aktivitas yang di lakukan oleh para rakyatnya. Mobil Pangeran sudah memasuki kawasan Museum yang benar-benar ramai hari ini, Ellovas dapat melihat banyaknya pengunjung dari Museum itu adalah wisatawan asing yang sedang mengantre tiket masuk. Ellovas keluar dari mobil, semua pengunjung menyerbu area parkir khusus Pangeran. Terutama mereka yang mengenali dengan jelas mobil kerajaan, dengan sigap pula para pengawal mengamankan area dengan Diaz yang membuka jalan. Ellovas berhasil melewati para pengunjung Museum yang berasal dari dalam maupun luar negeri, mereka sangat antusias dengan kedatangan mobil resmi kerajaan di tambah lagi Pangeran mereka yang terbilang jarang keluar dari area kerajaan jika tidak pada acara kunjungan seperti saat ini. Tidak segan mereka memotret Pangeran, meski hal itu tidak dilarang. Seolah sigap, para pengawal mencoba menghalau agar Pangeran nya tidak menjadi trending topik ataupun fokus gosip masyarakat awam. "Kalian tinggal di sini." pinta Pangeran pada bawahannya, dan mereka hanya mampu mengangguk patuh. Mereka mengambil tempat di mana mereka harus berjaga. Ellovas berjalan ke arah di mana etalase kaca memenuhi pandangan matanya. Sudut bibir Ellovas terangkat dan hal yang jarang Ellovas tunjukan adalah senyum ataupun tawanya. Ellovas menyentuh kaca etalase di mana foto keluarga kerajaan yang terlihat usang, ada dirinya di sana dengan jubah kerajaan. Ada Raja terdahulu yaitu Kakek serta Ayah nya yang sekarang menjadi Raja. Mata Ellovas beralih pada etalase di sebelahnya, ada mainan saat Dia kecil. Baju pertamanya saat bayi dan juga cap tangan kecilnya yang di abadikan. Ellovas membandingkan tangan kecil itu dengan telapak tangannya yang kekar sekarang. Sungguh Dia tumbuh dengan baik. Ellovas membeku di tempat saat matanya menatap benda yang berkilau dari arah etalase yang sekarang sedang berdiri seorang wanita yang berkulit putih bersih sedang membelakanginya. "Awwww!" Pekik wanita itu, bahkan Ellovas sampai tidak sadar kapan wanita itu berlari dan berakhir terpental karena menabrak dirinya. Wanita itu mendongak dan pandangan Ellovas terkunci pada wajah cantik wanita yang sebenarnya merintih sakit. Mata itu, mata bulat yang seolah menyelami dalam manik mata Ellovas. Mata yang mengingatkan Ellovas dengan seseorang yang sudah sangat lama ingin Ia temui. "Sorry Sorry Mr." ucapnya setelah berdiri, Ellovas membeku karena tangan wanita itu berdarah hanya karena menabrak dirinya. Ellovas mendengar suara langkah kaki dari belakangnya. "Pangeran tidak apa-apa?" tanya Diaz, Ellovas hanya mengangkat tangannya sebagai jawaban. Wanita itu terus menatap dirinya hingga dari balik punggung wanita itu muncul tiga orang. Ellovas tidak tahu apa yang mereka bicarakan tapi yang Ellovas dapat tangkap mereka mengkhawatirkan wanita itu, terutama seorang pria. Ellovas hanya menatap tidak dapat berbuat apapun sampai pria tadi menggendong ala bridal wanita itu lalu membawanya pergi. Mata Ellovas menangkap bibir menawan itu mengucapkan kata maaf tanpa suara sebelum mata hitam bulat itu tertutup sempurna. "Diaz!" panggil Ellovas setelah sadar dari keterpakuannya. "Ya Tuan.". "Kau membawa semacam jarum atau botol kecil?" tanya Ellovas, Diaz mengangguk pada Ellovas dan merogoh sakunya untuk mengambil jarum suntik yang selalu Ia bawa entah untuk apa. Mungkin dalam melindungi seorang Pangeran, Diaz harus selalu siaga. Ellovas berjongkok mengambil darah wanita itu, Ellovas merasa ada hal yang harus Ia ketahui. Diaz yang melihat itu hanya diam dengan perasaan terheran namun Dia tetap diam. **** Madiun punya cerita
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD