08. See You

1112 Words
08. See You Hari ini Ellovas akan pergi ke pulau pribadi kerajaan untuk menemui seseorang yang sudah sangat lama ingin Ia temui. Sudah lebih dari 23 tahun Ia tidak bertemu dan ini kali pertama Ellovas mempunyai kesempatan itu. Jika tidak dipaksa ataupun terdesak sesuatu, pasti orang yang ingin sekali Ellovas temui itu tidak akan meluangkan waktunya. Seperti biasa, mobil mewah khas kerajaan yang membawa Ellovas pada tempat tujuannya. Kali ini hanya ada Ellovas dan Diaz yang ada di mobil, sedangkan mobil para pengawal ada di belakang mobilnya. Ellovas melihat jalan raya di jantung kota Oatsflorland dengan malas sebenarnya, karena bagi Ellovas tidak ada yang menarik selain pemandangan bagaimana sibuknya orang-orang yang lalu lalang. Dan juga banyaknya polusi yang akan di hasilkan dari kendaraan, jantung kota Oatsflorland memang selalu sibuk. Sama seperti negara lainnya, hanya gedung-gedung tinggi yang menghiasi jantung kota ini. Namun setelah mobil yang Ia tumpangi berhenti karena lampu lalu lintas, bukan itu yang membuat Ellovas susah mengalihkan pandangannya. Empat orang yang berada di tepi jalan dengan koper masing-masing di tangan kecuali satu orang wanita yang tangannya di perban. "Diaz.". "Ya Tuan.". "Kau cari tahu empat orang itu." Diaz memutar matanya ke arah pandangan Ellovas, Diaz merasa tidak asing dengan mereka. Diaz mempunyai daya ingat yang luar biasa sebagai pengawal seorang Pengeran. Namun Ia masih bingung dengan segala tindakan yang Ellovas ambil setelah bertemu dengan wanita dengan tangan di perban itu. "Maaf Tuan, bukan-.". "Cari tahu saja!" potong Ellovas cepat, Ia tidak ingin di bantah lagi. "Baik Tuan." mobil yang Ellovas kendarai berjalan kembali, harusnya untuk ukuran Pangeran. Mobil yang Ia kendarai tidak harus berhenti hanya karena lampu lalu lintas, tapi itulah Ellovas. Pangeran yang taat pada aturan dan juga kebijakan yang pada dasarnya Ia buat sendiri. Para pengawalpun juga sudah hafal dengan hal itu, mereka akan taat pada aturan yang sudah tercantum dalam undang-undang untuk tidak menggunakan jabatan mereka untuk melanggar aturan itu sendiri, atau lebih tepatnya tidak menyalahgunakan kewenangan mereka hanya karena mereka pejabat kerajaan. Ellovas menatap pada kaca spion, Ellovas sama sekali tidak berkedip. Tangan yang terluka akibat dirinya sampai separah itu? Sungguh Ellovas tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi pada gadis cantik berkulit putih itu. Ia bahkan tidak merasakan apapun saat wanita itu menabrak tubuhnya yang memang tinggi dan juga mempunyai otot tubuh kekar. Rombongan Ellovas telah sampai pada tempat tujuan, yaitu pulau pribadi kerajaan yang sebenarnya jarang Ellovas kunjungi sejak dulu. "Kalian tunggu di luar." seperti perintah hanya Diaz yang ada di belakang Pangeran tampan negeri Oatsflorland itu. "Wahh Yang Mulia Putera Mahkota." sapa seseorang yang sudah sangat lama tidak Ellovas temui sejak Ia kecil. Ellovas memutar matanya malas, memang tidak sopan tapi mau bagaimana lagi? Ellovas juga merasa jengkel karena pria paruh baya itu. Apakah begini cara pria itu menyambutnya? Apakah tidak ada pelukan rindu? Padahal Ellovas berharap pria itu tetap hangat padanya. Mungkin kejadian lalu membuat pria itu semakin menjengkelkan juga. "Kau tambah datar saja." tambahnya, Ellovas duduk di depan pria paruh baya yang senantiasa tersenyum padanya itu. Hanya itu yang tidak pernah berupah dari pria yang kini menatapnya penuh. Diaz? Dia berdiri di belakang kursi sang Pangeran. "Apa ini sambut-?" ucapan pria itu terpotong karena tiba-tiba Ellovas menyerahkan kantong plastik dengan sebatang suntikan yang berisi cairan merah. Ellovas tahu, sambutan menjengkelkan itu hanya ungkapan rindu pria baya yang masih saja tampan. "Apa ini caramu menyambut Pamanmu?" tanya pria yang memang Paman dari Pangeran Ellovas itu memberenggut sebal. "Sini!" pintanya, Ellovas berdiri menghampiri Paman nya patuh. Zoxova Dexanova, Adik dari Raja sekarang. Pria yang sekarang berumur 48 tahun itu masih terlihat sangat muda, mungkin hidupnya yang bebas sekarang membuat Paman nya itu malah awet muda, pikir Ellovas. Zox tersenyum saat Ellovas memeluknya ala laki-laki dan juga seorang anak. "Paman sudah bosan berkeliling?" tanya Ellovas, ya Dia seperti layaknya orang biasa yang ramah hanya pada Paman nya. Zox terkekeh dengan tangannya yang mengusap puncak kepala Ellovas. "Paman tidak akan pernah bosan eh." balas Zox, Ellovas memutar matanya malas. Paman nya ini memang pecinta traveling setelah kejadian 24 tahun yang lalu. Ellovas tidak tahu pastinya karena waktu itu Ellovas masih sangat kecil untuk tahu urusan orang dewasa. "Apa Paman akan kembali lagi?" tanya Ellovas, Ellovas berharap Paman nya memang akan tinggal kembali di negaranya bersama keluarga kerajaan. Setidaknya ada orang yang akan Ellovas ajak berbagi, sungguh Ellovas butuh seseorang yang bisa Ia ajak bicara santai seperti ini. "Mungkin lain kali, Kau habis mengeksekusi siapa lagi?" tanyanya meremehkan ke arah Ellovas, Ellovas memutar matanya jengah dengan pertanyaan itu. "Berapa lama hasil yang bisa Aku dapatkan untuk sample darah itu?" Zox tertawa, tahu jika nada Ellovas sedikit meremehkan kemampuannya. "Kau menghinaku Yang Mulia?" Ellovas berdecak, Diaz hanya geleng-geleng kepala melihat interaksi ke duanya setelah sekian lama tahunnya mereka tidak saling bertemu. "Kau tidak capek? El, sebaiknya Kau biarkan Dia duduk." celetuk Zox, Ellovas menatap Diaz sebentar lalu kembali fokus pada pertanyaannya dan berkata. "Turuti yang orang tua itu mau." Zox tertawa, Diaz menurut dan duduk di samping Ellovas dengan single sofa. "Jadi?" tanya Zox. "Paman lakukan saja dan lakukan pada Paman juga." Zox menatap keponakanya tidak percaya, meski ada kata Paman dan keponakan namun nyatanya mereka tidak saudara sedarah. Zox hanya anak angkat dari Raja terdahulu, Zox merupakan keturunan kandung dari orang kepercayaan Raja terdahulu atau bisa di bilang anak angkat Kakek Ellovas. "Maksudmu?". "Apa kurang jelas apa yang Aku katakan?" Zox beranjak dari duduknya ke ruangan yang memang khusus kerajaan berikan padanya untuk ilmu yang Ia dapatkan sejak Ia masih muda. Segala sesuatu yang Zox punya sama halnya dengan apa yang Raja Abraham punya saat ini, meski tidak menjabat sebagai Raja. Mereka tidak pernah di pilih kasih oleh Kakek Ellovas, bahkan Kakek Ellovas cenderung lebih sayang pada Zox dari pada Ayah nya. Bukan hanya dari IQ saja, tapi kecakapan Zox tidak pernah di ragukan dari dulu dalam mengurus kerajaan. "Ini!" Zox menyodorkan selembar kertas pada Ellovas tanpa Ia baca terlebih dahulu. "Ini!" sekarang berganti Ellovas yang memberikan kertas itu pada Zox setelah tahu apa yang Ia yakini menjadi benar dan nyata. Zox menatap El dengan satu alis terangkat, kenapa pria dingin itu memberikan kertas itu padanya. Meski ingin menolak kertas yang sudah di lambaikan di depannya, Zox akhirnya menurut dan membaca isinya. "El, i-ini?" tangan Zox bergetar karena apa yang baru saja Ia baca pada selembar kertas hasil dari pekerjaannya sendiri, Ellovas sendiri juga terlihat shock namun sudut bibirnya terangkat karena lagi feellingnya yang tepat. Setidaknya Ia akan mempertahankan satu keluarga yang Ia punya untuk tetap tinggal bersamanya setelah sekian lama. Ellovas mengangguk dengan pasti saat mata Zox sudah berkaca-kaca dengan rasa terkejut yang sama sekali tidak Zox tutupi. "Sebaiknya Kita cepat bergerak!". **** Madiun punya cerita
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD