10. Angry

944 Words
10. Angry "Sial!" u*****n pria tampan yang seharusnya tidak pernah berbicara kasar di hadapan umum. Zox menaikkan satu alisnya saat mendengar u*****n keponakannya, hal yang sangat luar biasa bisa membuat sang Pangeran murka dan menyorotkan matanya tajam. d**a Ellovas yang naik turun sudah bisa membuat Diaz ketar-ketir jika sesuatu yang buruk akan mulai terjadi lagi. Apalagi Ellovas menanyakan sesuatu yang misterius padanya beberapa hari belakang ini. Mengirim mata-mata ke negara lain, melaporkan apapun yang berhubungan dengan seorang wanita. Meski akhirnya Diaz tahu juga jawabannya, namun Diaz merasa ini bukanlah Pangeran negara Oatsflorland. "Ada apa?" tanya Zox, Ellovas melempar ponsel milik Diaz ke atas meja. Zox mengambil ponsel yang menampilkan adegan di mana seorang gadis yang di aniaya dan jatuh pingsan. "Kekasihmu eh?" cibir Zox, Ellovas memandang Zox skiptis. Benar-benar ingin menguliti Zox saat ini jika Zox menanyakan hal tidak penting itu sekarang. "Dia yang Aku maksud! Di mana Paman harus memenuhi janji Paman dulu padaku." ponsel di tangan Zox terjatuh bebas ke lantai, Zox diam. Dengan segera pula kesadarannya pulih, dan satu kata itu yang membuat senyum di sudut bibir Ellovas terangkat, walau begitu samar. "Siapkan kami jet pribadi!" perintah Zox tegas tanpa bantahan dari Diaz, baginya perintah Zox sama dengan perintah dari Ellovas. **** 'Tok Tok Tok' Suara ketukan pintu di kediaman rumah Halima terdengar tidak sabaran membuat sang empu rumah mengomel saat berjalan ke depan. Begitu juga dengan Femy yang sudah menyiapkan banyak sekali u*****n di otaknya untuk pengganggu acara santainya. Setelah 2 hari yang lalu peristiwa ancaman Andy yang mengganggu pikiran dua wanita itu. Mungkin sekarang tubuh mereka masih utuh, namun siapa yang tahu nanti? Saat mereka terlelap, siapa tahu saja tubuh mereka sudah mengapung di sungai di sekitar rumah mereka. Jadi mereka sebenarnya dalam mode waspada. "Ck peng-!" belum selesai u*****n awalnya, Femy cepat-cepat merapatkan mulutnya kembali. Mata Halima dan Femy sama sekali tidak berkedip melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Tiga pria dengan setelan formal, mereka tampan layaknya Pangeran Yunani yang terkenal pada abad di mana Femy dan Halima belum terlahir. Halima meneguk salivanya susah payah, karena mendadak tenggorokannya terasa sangat kering. "Maaf Tuan - Tuan sedang mencari siapa?" itu suara Femy yang terdengar menjijikkan bagi ke tiga pria yang sekarang hanya menatap Halima dan Femy malas. Halima menggeser tubuhnya lalu menarik tangan Femy "Silahkan masuk Tuan.". Dengan gaya angkuhnya ke tiga pria itu masuk tanpa menatap ke dua wanita yang masih tidak sadar. Bau parfum mahal dari ke tiganya membuat Halima dan Femy diam terpaku. "Apa kalian tidak mempersilahkan kami duduk?" partanyaan dingin dan malas di ucapkan salah satu pria yang berusia 48 tahun. Halima dan Femy tersentak kaget lalu segara menghampiri mereka. Bahkan mereka tidak percaya kalau salah satu dari mereka bisa berbahasa Indonesia dengan fasih. Di lihat dari wajah ke tiga pria tersebut tidak ada yang blasteran Indo. "Ma-maaf Tuan, silahkan duduk.". Ke tiganya duduk dengan arogannya. Kaki mereka silangkan layaknya bos besar, Femy menatap ke tiganya. Dalam hati Femy mengagumi mereka tidak hentinya, terutama pria dengan jas hitam yang melekat pada tubuh kekarnya. Alis yang tebal lalu bibir yang kissable. Femy bergerilya dengan pikirannya. "Mau minum apa Tuan?" tanya Halima. "To the point saja!" Halima dan Femy menaikkan satu alisnya. "Ma-maksud Tuan?" tanya Halima tidak mengerti. "Aku ingin tahu mengenai Puterimu Deanova." Halima menggeram 'buat masalah apa lagi gadis sialan itu?' pikirnya. "Oh anak itu." jawab Halima malas nada juga angkuh, pria paruh baya itu tanpa sadar menyeringai tipis. Ia sudah dapat menebak bagaimana gadis bernama Deanova itu di perlakukan di rumah ini. "Apa Dia buat masalah lagi? Dasar gadis tidak tahu diri!". "Tutup mulutmu!" bentak pria paruh baya itu, Halima dan Femy tersentak kaget. Sedangkan ke duanya bersorak senang dalam hati, karena bagi mereka melihat pria paruh baya itu marah adalah hal yang sangat langka. Benar-benar langka, pria itu adalah pria tersabar dan teramah yang mereka temui. Dapat membuatnya marah sekali saja itu sudah menjadi hal yang luar biasa. Mungkin ini ke dua kalinya pria itu marah besar setelah 23 tahun lamanya. "Ahhh-memang gadis itu selalu buat masalah dan pembawa sial-." Femy meringis akibat cengkraman kuat yang berada di dagunya. "Aku bilang tutup mulutmu!" tekannya lagi, Femy bahkan tidak tahu kapan pria itu di hadapannya. "Paman sudahlah, Aku tidak ingin berlama-lama di sini." ucap salah satu laki-laki yang paling tampan dan paling datar dari ke tiganya. "Baiklah." pria paruh baya itu duduk kembali, bukan karena patuh pada pria tampan yang merupakan ke ponakannya itu tapi karena Dia juga sama. Merasa malas berlama-lama di rumah wanita yang tidak berperasaan itu. "Katakan apa yang Kau tahu!" ucapnya tegas, mata elangnya seolah menusuk membuat Halima gelagapan. "Apa yang ingin kalian tahu?" mengabaikan nada intimidasi dari pria tampan lebih tua darinya itu, Halima bertanya. Pria paruh baya itu tersenyum meremehkan. Femy mengeratkan pegangannya pada pergelangan tangan Ibu nya melihat senyum menakutkan itu. "Apa Dia anakmu?" Halima tertawa. "Ya-ya tentu.". "Diaz sepertinya Kita akan bermain!" entah apa yang pria tampan ucapkan dari tadi yang jelas terdengar tidak baik bagi Halima dan Femy. "Kalian mau ap-apa?" tanya Halima gugup. "Lakukan Diaz!" pintu langsung di dobrak dari luar, Halima melotot saat lima orang dengan jas hitam serta kaca mata hitam menakutkan berjalan ke arahnya. Melihat pintu kayu berukirnya yang mahal di rusak dengan mudah membuat Halima berpikir dua kali untuk meremehkan mereka semua. Mereka pria dewasa dengan tenaga dan kuasa, sedangkan Halima hanya dengan Femy. "Ba-baik kami akan katakan!" pria paruh baya itu mengangkat tangannya dan dengan itu lima pria itu berhenti dari kegiatannya menarik tangan Halima dan Femy. Halima melotot ke arah Femy. "Apa yang Kau lakukan?" bisiknya terdengar marah. "Ma, ini untuk keselamatan Kita.". **** Madiun punya cerita
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD