bc

Kersik Luai

book_age16+
155
FOLLOW
1.3K
READ
powerful
independent
self-improved
warrior
like
intro-logo
Blurb

Di era postmodern yang kacau, Indonesia dikuasai oleh golongan oligarkis yang melenyapkan demokrasi dan mengabaikan pancasila serta membagi wilayah menjadi empat blok sesuai ideologi.

Btari, seorang manusia kloning yang diusir dari tempat asalnya akibat disfungsi organ pemompa darahnya dan dianggap sebagai produk gagal. Sebagai seseorang yang tinggal di lingkungan orang-orang kapitalis pemuja modernitas ia digiring mengenali budayanya begitu sampai di blok Selatan, tempat para budayawan melestarikan seluruh budaya Nusantara yang terabaikan. Ia dikenalkan pula sisi kekejaman orang-orang kapitalis pada masyarakat di blok Timur, tempat masyarakat proletar diperbudak dan dirampas hasil kekayaan alamnya. Ia diajari pula cara mendekatkan diri pada Tuhan di blok Utara, tempat masyarakat relijius dari berbagai agama tinggal berdampingan satu sama lain.

Selama masa pengusirannya itu, ia dekat dengan seorang revolusioner yang sedikit demi sedikit mengubah pola berpikirnya. Dan darinya pula, ia berkeinginan menyelamatkan negerinya dari kuasa pemimpin tirani yang memiliki berbagai rencana licik.

chap-preview
Free preview
Prolog
“Mampus kau, k*****t! Lewati saja pintu Malik!” Hampir senja dan tawa masih menggelegak. Matahari merangkak turun. Burung-burung yang sempat bertengger di atas dahan pepohonan di sekitar jalan lengang bekas kerusuhan dan ditinggali jejak asap beserta api yang membuatnya dari tiada menjadi ada, berarak terbang secara serempak, begitu bunyi letusan senjata berentetan menggerung, menggelegak memenuhi jalan-jalan dengan mayat-mayat bergeletakan. Darah berceceran, menetes dari bekas-bekas luka tembakan yang menganga di beberapa bagian tubuh, mengalir membanjiri aspal dan tergenang di bawah tubuh-tubuh tak bernyawa membentuk danau merah kental berbau anyir. Di persimpangan dekat truk-truk dan mobil-mobil terbakar, segerombolan orang berpakaian lusuh menodongkan senjata pada sekelompok orang berseragam rapi yang menundukkan kepala ketakutan. Pemandangan itu tertangkap oleh mata seorang gadis berusia duabelas tahun. Rambutnya yang dikepang rambat dan diikat pita berbentuk bunga anggrek terhentak perlahan begitu langkahnya terhenti. Selama seharian itu ia lepas dari pengawasan dan kejaran orang-orang yang menjaga keamanannya. Seharian itu pula ia mencari keberadaan orang tuanya. Tubuhnya bergetar ketakutan tiap-tiap melihat ke arah mayat-mayat bergelimpangan di pinggir jalan. Dipandangnya dua orang terkasih yang diarak oleh kelompok bersenjata itu. Gurat ketakutan membias lepas dari kedua matanya yang kini berkaca-kaca. Orang tuanya tertunduk di bawah kaki orang-orang bersenjata itu. Satu per satu dari gerombolan orang berpakaian rapi yang diketahuinya sebagai kawan kerja orang tuanya ditembak sampai mati. Dan salah seorang wanita di antara mereka menatap si gadis cilik, terkejut bukan kepalang. Mulutnya bergerak-gerak memerintahkan si gadis cilik untuk menghindar dan bersembunyi. Suara tembakan lain terdengar, membuat air mata si gadis cilik yang tadinya merebak kini menetes lebih deras dari kedua mata membelalak ngerinya. Papanya telah dibunuh! Dibunuh di depan matanya! Tubuhnya tergeletak bersimbah darah, semakin meremas jantung si gadis cilik hingga membuat bibirnya gemetaran. Wanita di sampingnya, ibunya, menggelengkan kepala, memohon dari raut wajah keibuannya, meminta agar putrinya segera menghindar sebelum ditangkap dan dibunuh. Rambut wanita itu ditarik kasar, tubuhnya diputar menghadap langsung pada putrinya yang berdiri termangu menatapnya. Bagai disambar petir, gadis cilik itu terperanjat kaget begitu selongsong peluru dimuntahkan dalam sekali hentakan menembus belakang kepala ibunya. Bertambah deras dan tumpah ruahlah bendungan air matanya melihat dengan mata kepalanya sendiri, ibunya ditembak mati. Ditembak mati! Bahkan sebelum tubuhnya limbung bersatu dengan darah yang mengalir di aspal tersebut, senyum tulus nan menentramkan bak dewi padi terulas dari bibir wanita itu. Matanya memandang kosong pada putrinya. Lalu detik berikut badannya seakan ditarik oleh medan magnet bumi, jatuh dalam posisi tengkurap. Tak bernyawa. Hampir gadis itu menjerit keras, sebelum seseorang dengan seragam hitam, pelindung kepala, dan masker wajah menariknya mundur dan langsung membawanya ke tempat persembunyian. Dibekapnya mulut gadis cilik itu, yang meronta dan menjerit-jerit, memukul-mukul lengan si pemuda berseragam hitam. Air mata gadis cilik itu seakan menjelma menjadi derai hujan di pipi merahnya. “Dengar, dengarkan aku,” pemuda itu berbisik mengancam di telinga si gadis cilik. “Lihat mataku.” Ia menyentak kasar tubuh si gadis cilik, memaksanya berhadapan dengannya. Gadis cilik itu pun bersipandang dengan pemuda di depannya, yang tampaknya lebih tua delapan tahun darinya. Matanya yang berkaca-kaca laksana kilau lautan di malam hari bertubrukan dengan mata tajam pemuda di depannya. “Kita balas mereka. Kita balas mereka sampai tak bersisa.” Si gadis cilik bergeming. “Kau dengar aku, hah? Jangan hanya diam!” Disentaknya tubuh gadis cilik itu kasar. “Ingat kata-kataku.” Jemarinya mengetuk kepala si gadis cilik. “Kita penguasa negeri ini. Kaum proletar dan pemberontak adalah musuh terbesar kita. Mereka yang membunuh orang tuamu. Dan mereka tak pantas hidup. Mereka harus dibunuh. Seluruhnya.” Si gadis cilik hanya berkedip. Kata demi kata yang dilontarkan pemuda itu ia serap ke dalam kepalanya, menjadi doktrin yang melekat kuat di dalam otak bagaikan permen karet yang pernah ditempelkan salah seorang kawannya di rambut. Hingga berubahlah ekspresi yang sebelumnya tak terukir di wajah polos nan kalemnya. Matanya kini memandang nanar, berhasil teracuni doktrin k*****t pemuda berseragam hitam di depannya. “Kamu paham ucapanku?” Si gadis cilik mengangguk lamat-lamat. “Ya.” “Siapa musuh besar kita?” “Kaum proletar dan pemberontak.” “Siapa kita di sini?” Ia berkedip satu kali. “Penguasa negeri ini.” “Siapa namamu? “Andromeda Laksita Anggabaya.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Skylove (Indonesia)

read
109.4K
bc

Nur Cahaya Cinta

read
359.3K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
471.2K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
16.2K
bc

Marriage Agreement

read
590.8K
bc

Mrs. Fashionable vs Mr. Farmer

read
422.3K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook