Frustasi

1170 Words
“Apa kamu bilang Fanie hamil? Apa itu benar sayang?” tanya Steve lalu menatap tajam ke arah putri kesayangannya ia berharap jika semua ucapan Tristan ini tidak benar.             Mata Fanie sudah memerah dan buliran air mata sudah menumpuk di kelopak matanya. Ia menangis sambil mencoba memberanikan diri untuk melihat wajah Papa kesayangannya.             “Maafin Fanie Papa,” ucap Stefanie parau.             “Kamu bohong kan sayang? Semua ini tidak benar kan?” tanya Shasha dan membuat Stefanie semakin terisak lagi, tangisannya benar-benar sangat pecah dan Shasha langsung memeluk putrinya dengan erat.             BUG BUG BUG BUG!!!             Terdengar suara pukulan beberapa kali. Dan semua itu membuat Shasha dan Stefanie sangat ketakutan.             “Berani-beraninya kau menghamili putriku. Beraninya kau menyentuh dia, kenapa kau tidak bisa menjaga kehormatannya?” tanya Steve dengan nada yang sangat tinggi sekali.             “Maafkan saya Om, kami berdua benar-benar tidak tahu kalau saat pesta malam itu minuman kami berdua dicampur oleh obat perangsang,” ucap Tristan.             “Itu tidak mungkin terjadi pasti semua itu tidak benar kan?!” ucap Steve marah.             “Tapi itu terjadi Papa, kami berdua dijebak,” ucap Stefanie dan Steve yang mendengarnya langsung memijat keningnya. Ia benar-benar merasa sakit kepala.             “Ayo kita pulang,” ucap Steve dan semua yang ada di sana masih diam membisu hingga membuat darah Steve semakin mendidih.             “Kalian tuli? Kau cepat masuk ke dalam mobil dan kau sembuhkan saja dulu lukamu itu!!!” ucap Steve sambil menunjuk-nunjuk wajah Tristan.             Tristan menatap kepergian kekasihnya. Ia sendiri tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini sungguh diluar dugaannya. Begitu cepat sekali rahasia ini terbongkar. Tetapi ia harus mempertanggung jawabkan apa yang terjadi hari ini.             “Sudah berapa lama?” tanya Steve tanpa melirik kearah kaca. Ia begitu dingin sekali, dan semua ini membuat Stefanie merasa ketakutan.             “Satu minggu,” jawab Stefanie pelan dan Shasha mencoba untuk tegar mendengar ucapan anak kesayangannya.             Steve yang mendengarnya langsung mencengkram dengan erat stir mobilnya.             “Sayang …,” ucap Shasha.             “Jangan bicara padaku, ini semua karena kamu terlalu memanjakannya. Kalau saja malam itu kau tidak mengijinkannya pergi. Mungkin semua ini tidak akan terjadi!!!” ucap Steve lalu memarkikan mobilnya dan ia turun dari mobil dengan cepat lalu membanting pintu mobilnya hingga membuat kedua wanita kesayangannya mengerjap kaget.             “Ma, maafin aku,” ucap Stefanie lirih yang tak bisa menahan air matanya lagi.             “Ayo kita turun dan jangan menangis lagi. Wanita hamil tidak boleh menangis,” ucap Shasha dan Stefanie mengangguk lalu mereka berdua turun bersama.             “Istirahatlah, jangan kamu bawa stress, nanti Mama akan bawakan makanan dan vitamin untuk kamu,” ucap Shasha.             “Terima kasih Mama, aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau tidak ada Mama,” ucap Stefanie dan Shasha tersenyum sambil mengusap lengan putrinya.             “Ya sudah kamu ganti pakaian dulu lalu istirahat,” ucap Shasha.             Stefanie masuk ke dalam kamarnya dan ia langsung menuju kamar mandi dan berdiri di bawah shower lalu menyalakan air dingin.             Fanie memejamkan kedua matanya dan mengangkat wajahnya, menikmati dinginnya air yang mengalir. Fanie merasa sangat berdosa sekali. Dirinya benar-benar tidak mampu melewati semua ini sendirian. Bagaimana jika tadi Tristan tidak ingin menikah dengannya? Dan bagaimana jika tadi Papa Steve mengusir dirinya? Semua pikiran itu terbayang-bayang olehnya. Ia benar-benar sungguh frustasi.             Fanie memeluk tubuhnya sendiri lalu ia berjongkok dan menangis di bawah air dingin yang terus mengalir. Sudah sekitar tiga puluh menit ia berada di dalam kamar mandi dan Shasha sejak tadi mencoba mengetuk pintu kamar putrinya.             “Panpan sayang buka pintunya,” ucap Shasha sambil terus mengetuk pintunya dan sebelah tangannya membawa sebuah baki kayu yang berisi segelas s**u dan makanan lezat untuk putrinya.             “Panpan kamu baik-baik saja kan? Cepat buka pintunya,” ucap Shasha lagi lalu ia menjadi panik.             “Steve, sayang …, Steveeee …,” teriak Shasha menuju kamarnya.             “Steve, cepat buka pintu kamar Panpan, dia tidak membuka pintunya sama sekali. Aku sudah mengetuknya sejak tadi,” ucap Shasha dan Steve yang mendengarnya langsung mencemaskan keadaan putrinya. Walau marah dan kecewa Steve paling tidak bisa melihat jika terjadi sesuatu dengan orang-orang yang ada disekitarnya.             “Fanie buka,” ucap Steve sambil mengetuk pintunya dengan kencang.             “Steve dobrak saja,” ucap Shasha dan Steve mencoba mendobrak pintunya berkali-kali sampai akhirnya ia berhasil.             “Fanie,” teriak Steve sambil melihat sudut kamar putrinya yang cukup luas lalu mereka berdua menuju kamar mandi.             Steve membuka pintu kamar mandinya lalu kedua matanya membulat saat mendapati anaknya meringkuk di bawah air yang terus mengalir membasahi tubuh dan pakaian yang tidak ia lepas.             “Panpaaaannnn, Steve anak kita,” ucap Shasha cemas lalu ia mengambil handuk dan pakaian ganti untuk putrinya dan Steve membawa princes kesayangannya ini menuju kamarnya.             “Steve cepat selimuti dia, pasti sangat berat untuknya. Aku mohon sama kamu tolong jangan terlalu kasar padanya. Biar bagaimana juga dia adalah anak kita dan dia begitu mencintai kamu Steve,” ucap Shasha sambil mengeringkan tubuh putrinya.             “Aku akan memanggil Dokter, kau ganti saja dulu pakaiannya,” ucap Steve datar lalu ia keluar dari kamar putrinya.             Shasha menggantikan pakaian putrinya dan ia juga memberikan selimut tebal.             Shasha duduk di samping putrinya sambil mengusap puncak kepala Stefanie dengan lembut.             “Mama tahu pasti berat untuk kamu. Tapi Mama yakin kamu bisa melewatinya, jadi kamu harus kuat demi calon anak kamu,” ucap Shasha pelan lalu mencium kening Stefanie.             “Di sebelah sana Dok,” ucap Steve sambil mengarahkan jalannya.           Steve sudah menjelaskan kejadian sebelumnya dengan Dokter pribadinya jado sang Dokter pun langsung memeriksanya. Steve dan Shasha merasa tegang sekali. Mereka berharap jika putrinya baik-baik saja.             “Tristan,” rancau Stefanie dan Steve yang mendengarnya merasa miris sekali. Apa putrinya begitu mencintai laki-laki bastard itu. Secepat itu kah ia tumbuh dewasa.             “Ini resep obatnya, jangan biarkan dia terlalu lelah. Perbanyak istirahat. Sejak tadi dia memanggil Tristan? Bisakah kalian memanggilnya ini demi kebaikannya juga,” ucap Dokter.             “Baik Dok, terima kasih,” ucap Steve lalu mengambil resep obatnya dan ia keluar bersama dengan Dokter pribadinya.             Stefanie masih memejamkan kedua matanya dan tubuhnya terasa sangat panas sekali. Ia terus melapalkan nama Ayah dari calon bayinya yang kini mulai berkembang di dalam rahimnya.             “Tristan,” rancau Stefanie dan tak lama ponselnya berdering. Shasha melihatnya lalu ia mengangkatnya.             “Hallo calon istri, kamu lagi apa?” ucap Tristan begitu sambungan teleponnya terhubung.             “Tristan, ini Tante,” ucap Shasha dan Tristan sangat kaget dan juga sangat malu.             “Eh Tante, saya kira Fanie. Fanienya ada Tante?” tanya Tristan.             “Fanienya tidur, dia sedang sakit,” ucap Shasha.             “Apaaaaa sakit? Terus bagaimana keadaannya? Tadi siang masih baik-baik saja!” ucap Tristan.             “Kamu bisa datang ke rumah? Dia terus memanggil nama kamu,” ucap Shasha yang semakin sedih melihat keadaan putrinya.             “Saya segera ke sana Tante,” ucap Tristan lalu ia memutuskan sambungan teleponnya. Cemas itu yang ada di diri Tristan saat ini. Ia ingin segera melihat keadaan kekasihnya. Ada apa sebenarnya? Kenapa tiba-tiba Fanie jadi jatuh sakit? semua pertanyaan itu terus terlintas dikepalanya dan ia langsung mengemudikan mobilnya dengan cepat.   Bersambung 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD