Bab 1
Jakarta
Disebuah acara TV
Di panggung..
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", pembawa acara memberikan salam.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", penonton menjawab salam.
"Hari ini kita kedatangan seorang penulis terkenal, sudah pada tahu belum judul buku yang dia tulis apa ?", tanya pembawa acara.
"Belum..", jawab penonton.
"Tapi tahu kan siapa bintang tamunya ?", tanya pembawa acara.
"Enggak..", jawab penonton.
"Oke tanpa buang-buang waktu lagi langsung saja kita sambit..", kata pembawa acara.
"Sambut..!!", seru penonton.
"Oh iya ya, hehe, Oke tanpa buang-buang waktu lagi langsung saja kita sambut bintang tamu kita, ini dia, Titah Kw", kata pembawa acara lagi.
"Haaaaaa.., Titah Kw, Titah Kw", sorak semua para penonton yang menyambut kedatangan Titah dengan bertepuk tangan.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", Titah memberikan salam.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", pembawa acara dan penonton menjawab salam.
"Siap ditanya-tanya kan mbak Titah Kw ?", tanya pembawa acara.
"InsyaAllah siap kak", jawab Titah.
"Oke, sebelumnya saya ingin bertanya, kenapa namanya Titah Kw, Kw nya itu apa dan darimana bisa ada Kw di nama belakangnya mbak Titah Kw, silahkan dijawab ?", tanya pembawa acara.
"Sebenarnya Kw itu adalah nama belakang saya, Titah Kesumawardani, di singkat jadi Kw, begitu kak", jawab Titah.
"Oh begitu, oh ya judul bukunya apa sih yang baru ?", tanya pembawa acara.
"Judulnya Cinta Pertama (Hal Kecil Yang Disebut Cinta)", jawab Titah.
"Cinta Pertama (Hal Kecil Yang Disebut Cinta), apa ada sesuatu dari judul buku itu mbak ?", tanya pembawa acara.
"Iya memang ada, cerita ini saya alami sendiri, saya suka dengan laki-laki, dia adalah kakak kelas saya, waktu saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), laki-laki itu adalah tokoh utama dari cerita yang saya tulis", jawab Titah.
"Oh boleh disebut inisial nya saja tidak ?", tanya pembawa acara.
"Iya boleh", jawab Titah.
"A ya namanya, dan sekarang dia ada dimana ?", tanya pembawa acara.
"Entah, saya tidak tahu dia dimana sekarang, dan kabar yang saya dengar sebelum saya pindah ke arab, dia masih di jakarta", jawab Titah.
"Oh begitu", kata pembawa acara.
Di belakang panggung..
"Titah, perempuan yang saya kagumi dan yang saya suka di sekolah dulu, kini dia berubah menjadi perempuan dewasa dan cantik, saya masih menunggu kamu, saya bangga, senang melihat kamu sukses", kata Arfani belakang panggung.
Di panggung..
"Oke, emmmmm kira-kira bisa tidak kamu menceritakan pada kita semua yang ada di sini, mulai dari kapan kamu suka dengan si A ini ?", tanya pembawa acara.
"Oh tentu saja bisa, saya akan menceritakan semuanya pada kalian semua yang hadir di acara ini", jawab Titah.
"Baik kalau begitu saya persilahkan, dan di mulai dari sekarang", kata pembawa acara.
"Baik, cerita ini dimulai dari lima tahun yang lalu, dimana saya adalah siswa yang baru duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA), waktu itu saya kelas sepuluh dan dia kelas dua belas", Titah mulai bercerita.
Lima tahun yang lalu..
SMA Garuda
Di lapangan sekolah..
"Siapa dia, andai..", kata Titah.
"Jangan suka berandai-andai deh, gak nyadar apa kamu, lihat itu, sudah dekil, mending cantik, ini mah enggak, seperti dongeng sebelum tidur, yaitu si bebek buruk rupa hahaha, jangan pernah bermimpi deh dan satu lagi jangan pernah ngarep dia, kakak kelas melihat kamu, palingan sekalinya melihat kamu, dia langsung enek dan lari ke kamar mandi sekolah untuk muntah, ih, hahaha", kata Siska.
"Eh Siska jangan kamu mengejek teman kami seperti itu ya, memangnya kamu siapa sampai-sampai kamu bisa ngomong seperti itu ha, memangnya kamu lebih baik daripada dia", kata Evi.
"Haha ngarep", sambung Siska.
"Sirik saja kamu", kata Anita.
"Titah yang sabar ya", sambung Eva.
"Iya yang sabar pasti kamu bisa mendapatkan perhatian dari Arfani kok", kata Anita.
"Iya..", sambung Titah.
"Ya sudah yuk kita ke kantin saja", kata Evi.
"Yuk kita ke kantin", sambung Titah.
Di kantin sekolah..
"Itu dia, saya akan memberikannya pelajaran, lihat saja nanti", kata Siska.
"Kenapa dia sangat mencurigakan", kata Ratna yang memperhatikan gerak gerik dari Siska.
"Kita duduk disini saja ya", kata Evi.
"Iya", sambung Titah, Eva, dan Anita.
"Oh ya yang pesan makan siapa ?", tanya Anita.
"Titah dan Eva tunggu disini saja, biar aku dan Evi yang pesan makanan dan minuman", jawab Anita.
"Oke", kata Eva dan Titah.
"Tunggu dia sendiri dulu deh", kata Siska.
"Gerak gerik nya mencurigakan, tunggu, tunggu, Minuman itu kan yang tadi dia pesan dan dicampur dengan minyak dan kecap, jangan-jangan untuk dia, kalau benar untuk dia jahat sekali dia mengerjai temannya sendiri", kata Ratna yang selalu memperhatikan gerak gerik dari Siska.
"Kamu kenapa va ?", tanya Titah.
"Kebelet, aku ke toilet dulu ya tah", jawab Eva.
"Iya va", kata Titah.
"Dia sudah sendiri dan saatnya beraksi", kata Siska yang melihat Titah duduk sendirian di kantin sekolah.
"Tah..", kata Siska.
"Iya ka, ada apa ?", tanya Titah.
"Enggak, ini loh saya hanya ingin meminta maaf padamu dan sebagai tanda permintaan maaf ku, aku ada hadiah untuk kamu, ini", jawab Siska.
"Oh iya terimakasih", kata Titah.
"Iya, emmmm di minum dong", kata Siska yang meminta Titah untuk meminum minuman yang Siska berikan pada Titah.
"Iya saya minum", kata Titah.
"Tuh kan benar ada yang gak beres, Arfani tolong pegang minuman saya dulu ya, Titah tunggu", kata Ratna.
"Iya Ratna", sambung Arfani.
"Duh ada kakak kelas lagi, gagal deh untuk mengerjai bebek buruk rupa ini", kata Siska di dalam hati.
"Titah, kenapa vi ?", tanya Anita.
"Gak tahu, loh va darimana ?", tanya Evi.
"Dari toilet", jawab Eva.
"Oh..", kata Anita dan Evi.
"Kenapa kak ?", tanya Titah.
"Ada apa sih na ?", tanya Arfani.
"Duh ada Arfani lagi", kata Siska di dalam hati.
"Ini loh Arfani, dia memesankan minuman untuk Titah, tapi minuman ini sudah di campur dengan minyak dan kecap, tah kalau mau minum, minum yang ini saja dan minuman ini untuk kamu, sekarang kamu minum", kata Ratna yang meminta Siska untuk meminumnya.
"Emmmmm tapi kak", kata Siska mencari alasan.
"Sudah jangan banyak alasan, minum sekarang", kata Ratna.
"Iya kak", sambung Siska.
"Gimana rasanya ?", tanya Ratna.
"Tidak enak kak", jawab Siska.
"Terimakasih kak sudah mencegahku untuk meminumnya", kata Titah.
"Iya sama-sama, satu lagi ya walaupun dia dekil, dan seperti bebek buruk rupa, kamu sering mengejeknya seperti itu kan, tapi menurut saya tidak, dia itu bagaikan angsa cantik, dan setidaknya dia lebih baik darimu, paham", kata Ratna yang membalas perkataan Siska tadi sebelum memberikan minuman itu pada Titah.
"Iya kak", kata Siska yang tidak bisa berbuat apa-apa.
"Nah Titah, saya tinggal ya, Arfani tolong dong minuman saya, terimakasih ya Arfani", kata Ratna.
"Ini, tah yang sabar ya", kata Arfani.
"Iya kak, dia berbicara padaku, apakah ini mimpi atau tidak", kata Titah di dalam hati dengan rasa senang.
**
"Dan keesokan harinya ketika pulang dari sekolah dan dengan bantuan dari teman-temanku aku di antaranya pulang", kata Titah yang melanjutkan ceritanya.