Tuan Putri Lagi

1820 Words
Pedang yang terlempar tadi jatuh ke tangan Hathor, dia datang untuk menghampiriku. “Apa kau pemilik dari pedang ini?” tanya Hathor dengan nada bicara dan pembawaan yang terkesan menekan. Aaron dan Tuan Dundar kelihatan sangat ketakutan melihat perawakan Hathor yang seperti seorang Raja Bandit, meskipun kenyataannya memang begitu. Aaron sambil menggigit jari dia hanya bisa menunjuk-nunjuk ke arah Tuan Dundar. “Aku akan kembalikan pedang ini kemari karena kau adalah pemiliknya. Dan karena tidak ada korban dalam insiden ini aku akan memaafkanmu. Tapi lain kali kau harus berhati-hati, jika kau mengenai orang tak bersalah, maka hidupmu tidak akan bisa tenang nantinya,” ujar Hathor. “Ba-baik Tuan, saya akan berhati-hati,” jawab Dundar gelagapan. “Tapi ini sungguh mengejutkan, senjata yang di miliki olehmu memiliki ketahanan yang sangat tinggi, padahal pedangmu sangat ringan. Sedangkan pedang terbaik yang ku miliki malah retak ketika menebasnya. Tuan... Tolong katakan padaku, dari mana kau dapatkan pedang yang luar biasa ini?” ujar Dundar. “Kawan, apa kau seorang petualang? Apa kau mendapatkan pedang ini dari reruntuhan dungeon? Pedang yang kau miliki adalah pedang sekelas artefak,” kata Aaron. Hah? Pedang yang di buat olehku bahkan memiliki ketahanan sekelas artefak? Bukankah artefak adalah benda langka yang dibuat oleh tangan manusia yang hebat? Umumnya sih itu adalah benda langka yang di buat oleh dewa-dewa atau ras dengan kasta tertinggi. “Benar, benda seperti ini adalah artefak. Seperti yang ku bilang tadi, sangat mustahil membuat pedang ringan dengan tetap menjaga kualitasnya, apalagi kualitas dari pedang ini terasa seperti telah di tingkatkan. Hanya Dewa penempa yang mampu membuatnya, kami sebagai keturunan langsung dari dewa penempa merasa benda ini akan menjadi harta nasional untuk negeri kami.” Tu-tunggu dulu?!! Harta nasional, bukankah pedang biasa yang ku buat itu tidak sengaja memasuki kasta pedang tertinggi? Ah! Ini mengingatkanku seperti saat awal aku membuat potion. Jika pembicaraan ini terus berlanjut bisa gawat. “Tuan, jika kau tidak bisa mengatakan di mana kau mendapatkan artefak ini, aku tidak akan mempertanyakannya. Tapi... Apakah kau bisa menjualnya padaku? Aku akan membelinya seharga 5000 keping emas, bagaimana?” Torn kebingungan. Lima ribu keping emas itu bukan jumlah yang sedikit, bahkan uang itu cukup untuk membeli sebuah tambang logam. Bagaimana sebuah pedang logam biasa bisa memiliki harga setinggi itu? Yang benar saja. “Em... Aku tidak bisa menjualnya, temanku yang memberikan benda ini padaku. Dia menempanya sendiri dengan tangannya, bagiku benda ini sangat berharga,” jawab Torn. “Kau bahkan berteman dengan pembuat pedang ini?!! Luar biasa, apakah dia kaum Dwarf sama sepertiku?” “Hah?? Apa orang berambut dan bermata hitam pekat yang berdiri di belakangmu itu tampak seperti Dwarf?” dengan polos Torn membalasnya. Dundar berbalik padaku dengan wajah yang terkejut. Mulutnya menganga dan matanya melotot, dia benar-benar terpaku melihatku. Kemudian ntah bagaimana tapi dia tiba-tiba bersujud di hadapanku. “Pemuda, apakah anda adalah reinkarnasi dari Dewa Penempa? Apa anda membawa ingatan dari masa lalu anda? Cucu anda ini senang dapat bertemu dengan anda, Dewa.” “Sa-salam, Dewa,” ucap Aaron dengan lugu. Ah... Begini lagi, Paman Bern mengatakan padaku bahwa aku adalah seorang Dewa Pengobatan, lalu Paman Mizzre bilang padaku bahwa aku adalah Dewa Pertanian, sekarang aku menjadi Dewa Penempa, kah? Hmm... Tapi aku memang sadar, kalau sebenarnya kemampuan yang ku anggap remeh pertama kali adalah kemampuan Cheat yang sangat hebat. “Berdirilah Tuan Dundar, kau membuat semua orang yang ada di sekitar sini harus melihatmu bersujud, apakah kau tidak merasa risih?” kataku sambil membantu Tuan Dundar berdiri. “De-dewa penempa, bolehkah saya tau nama anda?” tanya Dundar. “Namaku Eishi Ichigaya, dan aku bukanlah seorang Dewa. Aku hanya seorang Kepala Desa.” “Ke-kepala Desa?” “Oh ya, Tuan Dundar. Bukankah kau sebelumnya ingin membeli pedang yang di miliki oleh temanku Torn seharga lima ribu keping emas?” “Benar! Saya akan membelinya jika boleh.” “Baiklah, sekarang aku ingin bertanya padamu. Berapa harga pedang yang retak itu? Bukankah itu barang daganganmu yang paling berharga?” “Eh... Itu harganya dua ribu keping emas, Tuan Ichigaya.” “Baiklah, kau beli pedang milik Torn seharga itu.” “Torn, kau berikan pedangmu pada Tuan Dundar,” ujarku pada Torn. Karena aku yang memintanya, Torn tidak lagi berpikir panjang. Torn langsung memberikan pedang itu, dan Tuan Dundar segera menghitung uangnya. “Kepala Desa, apa urusan di sini sudah selesai?” tanya Hathor. “Ya, kurasa sudah. Apa yang membawamu kemari, Hathor?” “Ada seseorang yang datang ke lapak kita, dan... Sepertinya dia... Orang penting.” Orang penting? Sekarang orang seperti apa yang terpancing oleh benda atau ide yang aku buat? Sebaiknya aku segera pergi menemuinya, jika dia adalah orang menjengkelkan seperti Earl Balezza, ini akan menjadi merepotkan. *** Baiklah, kelihatannya kereta dan juga barang dagangan kami sudah di pindahkan. Sepertinya Paman Bern sudah menemukan tempat untuk memulai perdagangan di kota ini. Lalu untuk orang penting yang menghampiri lapak kami, orang seperti apa sebenarnya dia itu? “Ah! Itu mereka. Mereka sudah kembali!” sambil menunjuk ke arahku Paman Bern mengatakannya. “Tuan Putri, perkenalkan. Orang yang bertanggung jawab atas benda-benda yang ada di lapak kami. Orang yang memiliki ide dan orang yang menjadi pelopor terciptanya benda-benda ini. Eishi Ichigaya!” Tuan Putri?!! Apa Paman Bern baru saja bilang kalau dia adalah seorang Tuan Putri? Gadis yang menutupi kepalanya dengan tudung itu kemudian menarik tudungnya. Identitasnya terungkap, dan dia memiliki ciri-ciri seorang Dwarf. Hanya saja... Gadis ini memiliki dua tanduk di kepalanya. Ketika melihat sosok gadis ini semua orang yang ada di pasar tiba-tiba berlutut memberi hormat. Serontak aku dan kelompok dagangku juga melakukannya. Orang ini... Benar-benar Tuan Putri. “Berdirilah semuanya. Jangan memancing keramaian, lakukan aktifitas kalian seperti biasa.” Kemudian semua orang yang ada di pasar mulai berdiri dan melakukan aktifitas mereka seperti biasa. Hanya dengan sepatah kalimat yang di ucapkan oleh Tuan Putri, mereka langsung menurut begitu saja. Sikapnya yang begitu tegas dan pembawaannya yang begitu anggun, Tuan Putri dari Ras Dwarf ini benar-benar memancarkan karisma yang luar biasa. Sangat berbeda dengan Tuan Putri yang aku kenal. Dan lagi... Tuan Putri dari Ras Dwarf ini sangat cantik. Dewa Garileon... Dunia lain benar-benar luar biasa. “Tuan Ichigaya, apakah benar anda yang membuat benda-benda itu?” “Benar, Yang Mulia.” Ah... Tanpa sadar aku malah menyebutnya Yang Mulia. Padahal Sean saja aku memanggilnya Tuan Putri. Tapi... Tuan Putri yang hadir di hadapanku ini benar-benar memancarkan aura yang luar biasa. Aku berpikir kalau dia Ratu atau semacamnya. “Anda benar-benar hebat, bahkan Ras Dwarf yang di kenal sebagai bangsa pengrajin tidak pernah dapat memikirkan ide ini sebelumnya. Anda mendapatkan pengakuan dari bangsa kami,” ujar Tuan Putri Dwarf. “Kalimat yang benar-benar sayang untuk di ucapkan pada orang biasa seperti saya, saya merasa tidak pantas atas pujian ini,” jawabku. “Tidak perlu merendah, apa yang telah anda capai lebih tinggi dari apa yang bisa kami capai selama beberapa generasi. Apa yang saya katakan, adalah yang sebenar-benarnya.” “Terima kasih, Yang Mulia. Saya benar-benar merasa terhormat mendengarnya.” Tuan Putri itu sedikit melangkah mendekat ke arahku. “Jika anda tidak keberatan, bolehkah saya tau berapa usia anda?” tanya Tuan Putri. “Tujuh belas tahun, Yang Mulia.” “Nama saya adalah Sulcan Rahen Palapis, seorang Tuan Putri dan anak pertama dari Raja Goktug Rahen Palapis. Usia saya sembilan belas tahun.” Eh? Kenapa dia memberi tahuku soal usianya juga? Apakah aku bertanya soal itu? “Usia kita berdua terpaut tidak terlalu jauh, benar?” kata Tuan Putri Sulcan. Ya! Lalu kenapa kalau selisih usia kita tidak terlalu jauh? “Saya sudah memutuskan hal ini. Saya akan menikah dengan anda, Tuan Ichigaya!” Ya! Aku tidak terlalu terkejut. Maksudku... Aku sudah pernah mendengar hal ini sebelumnya di Kerajaan Badamdas. Eh??? Apa dia baru saja bilang ingin menikah denganku?!!! “Eishi... Lagi-lagi kau...” kata Lyod sambil menggelengkan kepalanya. Rya tampak kesal dan dia langsung membuang muka. “Haha... Seperti yang di harapkan dari Kepala Desa. Pesonanya tidak pernah berkurang walaupun dia pergi ke negeri lain. Seolah-olah semua bunga datang pada lebah dengan sendirinya. Kepala Desa, Hathor ini sangat mengagumi anda,” kata Hathor. “Sebaiknya kau pikirkan lagi baik-baik, Nak. Tidak hanya satu Tuan Putri, tapi kau malah mendapat dua. Kau bisa menimbulkan masalah diplomatik nantinya,” sahut Paman Bern sambil menertawaiku. Aku tidak melakukan hal-hal yang buruk selama hidupku tapi kenapa hal-hal yang mengungdang kebuurukan terus berdatangan padaku? Bagiamana aku bisa mengatasi ini?!! “Yang Mulia, apakah saya boleh menolak permintaan ini?” Clang! Cling! Clang! Semua pedagang yang ada di lapak mereka masing-masing tiba-tiba mengeluarkan pedang dan juga benda seperti parang. Intinya mereka mengangkat senjata dan di arahkan kepadaku. Hathor langsung bersiaga mengeluarkan tombaknya. Tapi... Bukankah ini seperti, jika aku menolak sang Putri... Orang-orang yang tinggal di Kerajaannya akan segera memburuku? “Apa anda tidak mau memikirkannya sekali lagi, Tuan Ichigaya?” sang Putri mengatakannya sambil tersenyum manis. Tapi... Aku merasakan kepahitan di dalamnya. “Ba-baiklah, saya rasa... Ini hal yang perlu di perbincangkan dengan hati-hati,” ujarku sambil cengar-cengir melihat sekelilingku. Jika aku tidak terlihat tulus mungkin salah satu benda runcing itu akan terbang ke arahku. Para warga kota yang menjadi pedagang mulai menyarungkan senjata mereka kembali dan memulai kegiatan jual beli mereka seperti biasa. Huft... Aku hanya bisa menghela nafas lega sekarang. “Bagus, Tuan Ichigaya. Anda memang orang yang sangat pintar dan pandai membaca situasi,” ujar Sang Tuan Putri. Pantas saja Tuan Putri Selcan tidak terlihat membawa seorang pengawal pun untuk ikut bersamanya, saat ada yang tau dia berada dalam bahaya atau di permalukan, warga yang tinggal di Kerajaannya siap melakukan apapun untuk melindunginya. Sebaiknya aku tidak membuat masalah dengannya di wilayah ini. Sekarang aku hanya bisa mengikuti apa yang dia inginkan. Hadehh.... “Yang Mulia, saya... Saya harus selesai berdagang sebelum bisa membicarakan masalah ini? Apa anda bisa memberi saya waktu, setidaknya sampai semua dagangan saya laku.” “Baiklah, saya akan memberikan anda waktu, Tuan Ichigaya. Saat barang dagangan anda habis, anda harus ikut dengan saya ke Istana. Apa anda setuju?” “Baiklah, saya setuju. Yang Mulia,” balasku. Yess!! Setidaknya aku memiliki banyak waktu untuk memikirkan jalan keluar dari masalah ini, sampai semua daganganku habis, aku bisa menghindari Tuan Putri Selcan untuk semantara. Selcan Rahen Palapis menepuk tangannya satu kali, kemudian semua pedagang yang ada di pasar bergerak mengerubungi lapakku. Mereka melemparkan lima keping perak ke kereta kudaku dan mengambil masing-masing satu sabun. Sabun yang ku jual ludes dalam sekejap mata, dan keretaku di penuhi dengan koin perak. “Lihat! Barang dagangan anda sudah habis. Sekarang anda bisa pergi ke Istana bersama saya.” Aku melihat sebuah tanda yang menyatakan satu sabun seharga lima keping perak. Itu Tuan Bern yang menulisnya, semua orang benar-benar mengambil barang tanpa mengatakan apapun terlebih dahulu. Sebelum kalian semua membelinya, setidaknya kalian bertanya untuk apa kegunaan benda yang kalian beli!!! Ah... Aku benar-benar tidak bisa memikirkan jalan keluar sekarang, Tuan Putri yang satu ini... Benar-benar membuat pikiranku buntu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD