Sambutan untuk Tamu

1627 Words
Wajah Rya cemberut, tangannya ia silangkan diantara perut dan d**a. Dengan alis yang di tekuk dia terlihat sangat marah padaku. “A-aku tidak bisa menolak permintaan dari Tuan Putri jadi...” “Tidak bisa? Apa itu artinya kau akan menuruti setiap perkataannya walaupun kau menganggap apa yang dia perintahkan itu salah untukmu?!” ketus Rya. “Maaf Nona, kenapa kau marah sekali hanya karena Tuan Eishi dan aku menunggangi satu kuda besi?” “Tuan Putri, tanpa mengurangi rasa hormat saya. Saya ingin mengatakan pada anda bahwa Eishi adalah tunangan saya, jadi wajar jika saya marah melihatnya dekat dengan wanita lain,” dengan sangat blak-blakan Rya mengatakan itu di hadapan Tuan Putri. “Oh... Jadi Tuan Eishi sebenarnya sudah memiliki tunangan, apakah itu sebabnya kau tidak pernah menanggapi pernyataanku dengan baik?” ujar Sean, dia juga terlihat kesal dan juga mulai menyilangkan tangannya. “Be-benar Tuan Putri, Rya sebenarnya adalah tunanganku.” “Oh... Jadi begitu.” Bagus! Kuharap dia bisa menahan diri untuk tidak mendesakku bertunangan dengannya. Aku beruntung Rya datang kesini untuk menegurku, dengan begini Tuan Putri akan menjaga jaraknya denganku. Ta-tapi Rya terlihat benar-benar kesal, apa dia sungguh merasa cemburu padaku? “Kalau begitu aku akan mengambil tunanganmu darimu, aku menyukai Tuan Eishi dan perasaanku padanya benar-benar tulus. Aku tidak ingin orang lain selain dia untuk menjadi suamiku,” Sean menarik sebelah tanganku dan memeluknya dengan erat. “Oh... Tuan Putri, anda mungkin memiliki otoritas, tapi tidak di desa ini. Apa anda pikir saya bersedia memberikan calon suami saya pada anda,” Rya juga menarik tanganku satunya dan memeluknya juga. “Hoho... Aku tidak pernah melihat seseorang berani menentangku sebelumnya.” “Saya tidak memiliki keberanian untuk menentang anda, tapi jika itu masalahnya berkaitan dengan Eishi, jangankan anda Tuan Putri. Raja Badamdas pun saya berani menyinggungnya,” jawab Rya. Rya kerasukan, aku tidak pernah menyangka gadis sederhana seperti Rya akan berubah menjadi seganas ini. Dia seperti istri pencemburu sekarang. “Gadis-gadis, ayolah... Kurasa perjamuannya akan segera siap, bagaimana kalau kita pergi ke Balai dan mencari kursi.” Ya, benar... Kita pergi. Tapi bisakah kalian pergi sendiri-sendiri?! Tidak usah menarikku secara bersamaan juga, kan? “Wah-wah... Kepala Desa, apa ini? Bukan hanya di cintai oleh orang di seluruh desa, bahkan pesonamu sampai berhasil memikat Tuan Putri. Anda benar-benar pria kelas berat, ya?” “Hahahah... Tak peduli kemanapun Kepala Desa pergi, dia akan selalu menarik orang dengan pesonanya itu. Dimana di kerajaan ini kita bisa menemukan seorang pria dengan rambut dan mata hitam pekat yang mempesona? Di bandingkan pria lainnya, ketampanan Kepala Desa ada di tingkat yang berbeda.” “Dia juga pandai dan sangat baik, dia selalu peduli terhadap orang di sekitarnya. Sebagai Kepala Desa dia memang sempurna, tapi sebagai seorang pria... Dia lebih sempurna lagi.” Hentikan itu, kenapa para warga desa sangat kompak menyanjungku? Sekarang aku menjadi semakin tidak nyaman karena tatapan Tuan Putri kepadaku semakin berbinar-binar. Sial! Aku tidak ingin menjadi orang yang di kendalikan, apalagi oleh seorang wanita... Aku menolak! Dengan berusaha sekuat tenagaku aku memaksa ke dua gadis itu untuk mengikuti langkah kakiku, kali ini biarkan aku memutuskan kemana aku harus pergi. Aku melihat kursi kosong di antara Paman Mizzre dan juga Paman Jerome, di situ aku akan duduk dan dengan begini aku akan terbebas dari dua angsa betina yang anggun ini. Saat aku dengan sangat senang memikirkan kemungkinan itu, Paman Mizzre juga Paman Jerome segera mengangkat piring mereka dan berpindah ke tempat lain. Ah... Dasar dua Paman pengkhianat, bagaimana kalian bisa tidak begitu memahamiku. “Tuan Putri, kami para warga desa sudah menyiapkan kursi khusus untuk kalian anggota Keluarga Kerajaan, kursi kayu yang keras ini tidak cocok untuk Tuan Putri seperti anda, di sebelah sana ada yang lebih lembut dan lebih membuat anda nyaman tentunya. Bisakah anda duduk disana? Tolong hargai kami yang telah repot-repot menyiapkan itu untuk anda,” kata Rya dengan menatap Tuan Putri Sean dengan tatapan yang sangat ketus. “Oh... Terimakasih karena sudah mau repot-repot, Nona. Tapi bagi saya tempat duduk ternyaman adalah dimana saya bisa berdekatan dengan Tuan Eishi, meskipun itu kursi batu sekalipun keberadaan Tuan Eishi akan selalu membuatku nyaman,” dengan tatapan sinis Sean kembali membalas Rya. Kedua gadis ini benar-benar serius ingin menjadi istriku? Dengan aura perselisihan yang mereka pancarkan jika berdampingan satu sama lain, aku ragu apa mereka bisa akur nanti. Ah... Merepotkan, jika ini memang Buff yang di berikan oleh Dewa Garileon... Aku ingin dia mengambilnya kembali, ternyata menjadi populer tidak semenyenangkan seperti apa yang telah aku idam-idamkan sebelumnya. “Eishi, kau ingin makan sayur atau daging?” tanya Rya. Dia bersikap sangat baik dengan menyiapkan roti ke atas piringku, dia juga menuangkan air minumnya. “Eishi? Meskipun kau menjadi gadis yang pertama kali kenal dengannya kau masih memanggil Tuan Eishi dengan nama marganya? Haha... Itu membuktikan kalau hubungan kalian tidak terlalu dekat,” kata Putri Sean. “Tidak, sebenarnya di tempat aku berasal Eishi itu adalah namaku, dan Ichigaya adalah nama Margaku. Orang dari negeri tempatku berasal memang membaliknya, tidak... Mungkin kalian yang memang membalik nama kalian, ntahlah,” jawabku dengan sangat polosnya. “Ehhh....!!!!” kejut para warga yang berada di Balai secara bersamaan. “Jadi selama ini kita selalu memanggil Kepala Desa dengan nama depannya?” “Apa kita sudah tidak sopan padanya selama ini?” “Kalian tidak perlu memikirkan soal itu, malahan aku merasa lebih nyaman jika kalian memanggilku dengan namaku,” jawabku. “Kalau begitu apakah aku juga boleh memanggilmu Eishi? Setelah itu kau bisa berhenti memanggilku Tuan Putri, aku akan senang jika kau memanggilku Sean,” sahut Sean. Ghanira? Apa yang terjadi padamu, Tuan Putrimu selalu mengatakan hal yang aneh dan dia sama sekali tidak menjaga sikapnya agar tetap bersikap anggun. Bukankah ini waktu yang tepat untuk mengomelinya? Saat ku lihat, Nona Ghanira, Kakek Vallas dan dua prajurit yang mereka bawa dari Kerajaan Badamdas sedang asyik menikmati makanan mereka. Nona Ghanira yang selalu mewanti-wanti agar Tuan Putri tetap bersikap anggun, malah dirinya sendiri yang kehilangan sikap anggun itu. Sumpah, cara makan Nona Ghanira benar-benar di luar dugaan. “Eishi, boleh kan?!” dengan menarik lengan bajuku Sean menegaskannya. Bukankah kau sudah memanggilku Eishi baru saja, apa kau masih butuh persetujuan dariku? Tapi jika aku tidak menjawabnya maka Tuan Putri ini akan terus merengek seperti anak kecil. “Baik-baik, anda boleh memanggil saya Eishi.” “Yeay bagus! Dan usahakan untuk berhenti bersikap terlalu formal padaku, aku tidak ingin di perlakukan berbeda dengan gadis yang ada di sampingmu itu, tapi jika kau ingin memperlakukanku berbeda, usahakan untuk memperlakukanku lebih baik darinya, gadis di sampingmu,” Sean berkata padaku namun melirik Rya dengan tatapan licik. “Nama saya Rya, saya akan tersanjung jika Tuan Putri mengingat nama gadis desa biasa seperti saya,” jawab Rya dengan ketus. Mereka benar-benar seperti anjing dan kucing, benar-benar tidak bisa akur satu sama lain. Selama perselisihan terjadi di meja ini, aku selalu merasakan tatapan dingin dari seseorang, dan itu ternyata bukan dari Nona Ghanira, melainkan dari Tuare. Saat aku melirik padanya, dengan wajah yang sangat kesal dia menusukkan sebuah garpu ke daging yang ada di piringnya. Dia juga terdengar mendesis seperti ular. Gadis-gadis benar-benar membuat hidupku runyam. “Wah! Makanan di desa ini sangat enak, pantas saja Ghanira tidak bisa berhenti memakannya. Meskipun dia terkesan seperti gadis pemarah... Tapi sebenarnya dia itu gadis yang suka makan,” kata Sean. “Syukurlah jika kau menyukai jamuan yang kami berikan, tadinya aku berpikir makanan kami tidak akan cocok dengan selera kalian. Tapi aku senang melihat kalian makan dengan lahap.” “Apa makanan itu sangat enak?” tanya Rya. “Benar, ini makanan yang sangat enak. Aku tidak bohong saat memberikan pendapatku,” jawab Sean. “Kalau begitu ini kemenangan saya, karena makanan yang saat ini anda makan... Saya adalah orang yang memasaknya,” ucap Rya dengan sombong. “Hmph! Saya yakin seorang Tuan Putri seperti anda tidak pernah menyentuh peralatan masak atau dekat dengan api, karena akan selalu ada orang yang meyiapkan semuanya untuk anda. Jika Eishi meminta anda memasak sesuatu, apa anda bisa melakukannya?” imbuh Rya. Yap! Itu adalah serangan yang sangat fatal kurasa, bagaimanapun Fakta itu membuat Sean terdiam, baiklah... Kurasa perselisihan di antara mereka kali ini, Rya adalah pemenangnya. Aku tidak mengira dia akan menjadi seorang perempuan yang agresif jika itu menyangkut dengan diriku. Bahkan dia berani menunjukkan siapa bosnya di hadapan Tuan Putri. “Aku akan mulai belajar memasak!!!” seru Sean. Semua orang terdiam karena terkejut, bahkan Tuan Vallas, Nona Ghanira dan kedua prajurit yang tengah asik menikmati makanan mereka ikut kaget dengan suara Tuan Putri yang melengking. “Aku mengerti perasaanmu Tuan Putri, setelah menyantap hidangan yang lezat ini, ada saat dimana kau mengucapkan dalam hatimu, ah... Sepertinya aku harus belajar membuatnya sendiri agar aku bisa membuatnya setiap hari. Benar begitu?” “Saya rasa tebakan anda kurang tepat, Tuan Vallas. Tuan Putri hanya merasa tidak ingin kalah dari gadis desa yang duduk di samping Tuan Ichigaya. Makanan ini adalah masakan yang di hidangkan oleh gadis itu, meskipun sibuk menikmati kelezatan makanan ini, tapi telinga saya masih tetap mengikuti alur pembicaraan Tuan Putri,” sahut Ghanira. Sambil sesekali mengunyah makanan yang ada di mulutnya dia berkata. “Kalian benar-benar pandai memberikan pendapat, sebenarnya masakan yang kalian makan sama sekali bukan makanan asli desa kami, semua resep yang di sajikan di atas meja adalah resep makanan yang di ajarkan oleh Kepala Desa,” ujar Paman Bern. “Benarkah? Itu artinya Kepala Desa kalian sebenarnya juga pandai dalam memasak?” “Kepala Desa bisa melakukan apapun, kami belum pernah melihatnya tidak mampu melakukan sesuatu.” “Tuan Putri, anda semakin tidak memiliki kesempatan,” ucap Ghanira. Setelah mendengar hal itu aku merasa Sean sangat kesal, rasanya dia tidak mampu menerima kenyataan yang dia lihat. Kuharap dia dapat menurunkan niatnya untuk bertunangan denganku. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD