Bandit Ngarai Bajra

1603 Words
Setelah sedikit beristirahat kami kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini kami sudah sampai di sebuah ngarai, Hathor memperpelan laju kudanya, aku paham kalau sebentar lagi kita semua akan masuk ke dalam wilayah Bandit Bajra. “Apa kita sudah masuk ke dalam wilayah mereka, Hathor?” “Sebantar lagi Kepala Desa, tapi saya yakin ada seseorang di atas tebing yang mulai memberikan sinyal pada kelompok lainnya. Hanya tinggal beberapa menit sebelum mereka benar-benar menyergap kita.” “Baiklah, Torn... Lyod... Apa kalian berdua siap?” Saat aku menoleh pada mereka, tampaknya mereka gugup dan sedikit ketakutan. Bagaimana mereka bisa jadi sepengecut ini, bukankag dulunya mereka adalah penjaga yang bertanggung jawab atas keamanan Desa Nimiyan? Mereka jadi mengkerut sekarang. “Oy! Jika gigi kalian gemeretak hanya karena sekelompok bandit, kalian hanya akan mempermalukan nama Guru kita,” ujarku pada kedua orang yang sudah tampak pucat itu. “Hathor bersama kita, setidaknya kita harus menunjukkan padanya hasil dari latihan yang ia berikan. Tidak ada yang perlu di takutkan.” “Eishi benar, kenapa kita terlihat seperti seorang pengecut. Bukankah kita sudah berlatih untuk saat-saat seperti ini?” ujar Lyod. “Ya! Tidak ada gunanya bersembunyi di belakang punggung guru, sebagai murid yang dia latih, kita harus menunjukkan hasil latihan kita,” imbuh Torn. “Bagus anak-anak! Kurasa sekarang adalah waktunya ujian dadakan. Target sudah terlihat, meskipun jumlah kita sedikit kita adalah serigala yang tidak kenal takut. Ayo turun dan cabik-cabik mereka!” “Ouw!!!!” Seru Torn dan Lyod sambil mengangkat sebelah tangan mereka tinggi-tinggi. Benar ada bandit di sini, sesuai yang di katakan oleh Hathor. Jumlah mereka cukup banyak, penampilan mereka sangat bringas dengan beberapa bekas luka di wajah mereka. Hathor terlihat seperti mereka saat pertama kali, tapi setelah mendapatkan High Potion, bahkan bekas luka yang sudah menempel sejak lama lenyap tak bersisa. Hathor turun dari kereta, Lyod juga turun dengan kaki yang terlihat sedikit gemetar. “Rya... Masuklah ke dalam kereta, kami akan membereskan yang ada di sini. Tenanglah, aku tidak akan terluka, disini ada Hathor, Torn dan juga Lyod yang akan bertarung bersamaku.” “Eishi, hati-hati,” ucap Rya dengan wajah yang cemas, dia lalu melompat ke dalam kereta. “Tanah yang membentuk bukit dan juga gunung, bentuklah benteng yang dapat melindungi kami. Barrier!!!” kata Tuan Bern. Setelah mengucapkan kalimat itu tanah di sekitar kami bergerak dan mulai mencuat ke atas, tanah itu kemudian membentuk benteng yang menutupi seluruh kereta. Benar, status Paman Bern adalah seorang penyihir, jadi dia adalah orang yang memiliki atribut tanah, itu sebabnya dia bisa menggunakan mantra ini. Bagus, dengan begini aku merasa lebih lega. Selama mereka tidak mendekati pelindung tanahnya, Rya dan Paman Bern akan baik-baik saja. “Wah-wah... Jadi kalian berniat melawan kami? Padahal jika kalian memberikan kami beberapa barang yang ada di kereta kalian, kami akan membiarkan kalian lewat dengan tenang,” ujar seorang bandit yang memegang sebuah golok raksasa yang iya sandarkan pada bahunya. “Tentu kami akan memberikannya...” “Kepala Desa, apa maksud anda?!” sela Hathor sebelum aku menyelesaikan kalimatku. “Kami akan memberikannya jika kalian memberikan kami bayaran yang sesuai, itu namanya prinsip jual beli. Kalian ingin barang, kalian harus menukarnua dengan uang,” kataku. “Anak muda, kau cukup berani juga, ya. Bagaimana kalau kau bayar saja drngan nyawamu?!” Pria dengan golok raksasa itu melesat maju dengan kecepatan yang sangat tinggi, tidak salah lagi dia adalah orang dengan atribut angin. Meskipun badannya terlihat gemuk tapi dia sangat gesit. Sebelum mencapaiku Hathor mengeluarkan tombaknya dan menahan orang itu dengan bagian tongkat dati tombaknya, kemudian Hathor melemparkan orang itu kembali ke barisannya. “Kau cukup gesit, tapi masih belum cukup untuk mengelabui mataku,” kata Hathor. “Open Information!” Aku perlu melihat tingkat kekuatan mereka, dengan begitu aku akan tau apa yang akan aku lakukan. Sekarang aku mahir dalam seni berpedang, tapi aku masih belum dapat menggunakan sihir. Lagipula sejak awal aku bukanlah orang yang di tempatkan di dunia ini untuk menjadi seorang petarung atau penyihir. “Pria Besar, kau cukup mempunyai kemampuan. Hanya sedikit orang yang mampu menghindar dari serangan dadakanku. Karena kau bisa menangkisnya dengan mudah, sudah pasti kau lebih kuat dariku,” jawab Bandit yang bernama Gundhis. Ghundis adalah seorang bandit dengan Level yang cukup tinggi, 38... Hanya terpaut satu level dari Nona Ghanira, dan terpaut enam Level dari Levelku. Sudah pasti inti Mananya lebih besar dariku. “Jika kau tau kalau aku lebih kuat darimu, kenapa kau tidak lari?” “Kenapa harus lari, kau memang lebih kuat dariku, tapi apa kau lebih kuat dari kami semua. Sekarang ada lebih dari tiga puluh orang berdiri di belakangku. Dan di belakangmu hanya ada tiga orang bocah, apa kau pikir mampu melawan kami sambil melindungi mereka? Hahaha... Sepertinya tidak, bukan?” dengan tawa licik orang itu mengatakannya. “Kau benar, aku tidak akan bisa bertarung sambil melindungi mereka. Lagipula, mereka bukanlah orang lemah yang harus di lindungi,” jawab Hathor, dia menoleh dan tersenyum ke arah kami. Ntah kenapa, bukan hanya diriku, tapi Torn dan Lyod juga merasa kalau kami mendapatkan keyakinan untuk bertarung. Sejak awal aku memang tidak ketakutan dengan apa yang menghadangku, tapi setelah mendengar apa yang di katakan oleh Hathor aku semakin menjadi yakin. Torn dan Lyod juga sudah tidak gemetar lagi, pandangan mereka lurus kedepan, dan mata mereka menatap tajam. Ya Torn! Ya Lyod! Kalian harus yakin dengan kemampuan kalian kali ini. Kalian sudah jauh berkembang daripada saat pertama kali kita bertemu. “Kalau kau begitu yakin bocah-bocah itu tidak membutuhkan perlindunganmu maka, biarkan orang-orangku mengurus mereka! Maju!!!” seru Ghundis sambil mengacungkan golok raksasanya ke depan. Para Bandit yang ada di belakangnya berlari maju sambil berseru. Tapi hanya separuh dari merea yang bergerak, ya. Kelompok lainnya tetap berdiam di belakang Ghundis, apa Ghundis merasa tidak bisa menang satu lawan satu melawan Hathor? Ya, sebaiknya kau berpikir seperti itu. Karena Hathor yang akan kau hadapi adalah orang terkuat dengan level lebih dari 70. Torn sudah Level 30 dan Lyod sudah menyentuh angka 31. Tidak ada yang perlu kalian takutkan, karena kelompok bandit yang saat ini berlari ke arah kita, levelnya berada di bawah kita. Torn dan Lyod berlari maju, aku mengikuti mereka dan segera mengeluarkan pedang yang aku sarungkan. Memasang kuda-kuda sesuai dengan apa yang sudah di latih oleh Hathor, dengan memiliki pijakan kaki yang kuat, kita tidak akan mudah untuk di jatuhkan. Swussshhh!!! Sebuah sabetan pedang di arahkan tepat ke arah tubuhku, aku tidak mengira kalau aku bisa menghindarinya dengan sangat baik, rasanya latihan yang selama ini ku jalani memberikanku reflek yang sangat baik. Karena terbiasa melihat benda tajam, aku sama sekali tidak ketakutan. Padahal aku tidak pernah mengira akan berurusan dengan benda tajam sebelumnya, tapi ntah kenapa aku merasa siap untuk ini. Clang!!! Suara pedangku yang bertemu dengan pedang besi lainnya. Sabetanku jauh lebih kuat di bandingkan dengan bandit yang memegang pedang besi itu sehingga membuatnya terpental, semakin aku merasa bisa menang, semakin aku percaya diri maka semakin aku tidak terkalahkan. Beruntung semua musuh yang aku hadapi tidak memiliki dasar sihir, aku bisa mengalahkan mereka dengan mudah. “Eishi, bagaimana keadaanmu? Apa kau terluka?” tanya Torn dengan wajah yang terlihat sombong. “Kau bercanda? Jika aku tergores sedikit saja, nama guruku akan di pertaruhkan di sini. Tentu saja aku baik-baik saja,” jawabku dengan membalas wajah sombongnya dengan wajah yang sama. Cukup mengejutkan bagi orang yang tidak terbiasa bertarung sepertiku mampu menumbangkan lima orang. Torn dan Lyod juga bertarung dengan sangat baik. Eh? Tunggu! Kenapa Hathor meninggalkan tombaknya disini? Orang itu menancapkannya ke tanah dan pergi melawan Gundhis tanpa membawanya? Saat aku ingin pergi menemui Hathor, Hathor terlihat membawa Ghundis di tangannya. Dia benar benar memegangi baju Ghundis dan mengangkatnya seperti sebuah koper. Tangan Ghundis ia angkat ke atas sambil memohon ampun pada Hathor. Kelihatannya pertarungan mereka berlangsung cepat, itu karena kekuatan yang membedakan mereka benar-benar imba. Haha... Ternyata kita sudah menang. Ini sama sekali tidak terlalu sulit. **** “Tuan-Tuan tolong jangan bunuh kami, kami tidak akan mengganggu perjalanan kalian. Dan kami minta maaf karena telah mencegat kalian. Kami berjanji untuk selalu membiarkan kalian yang ada di sini lewat dengan aman melalui Ngarai Bajra. Bahkan aku Ghundis yang akan mengantarkan kalian keluar masuk Ngarai Bajra, jadi tolong... Lepaskan kami.” “Kepala Desa? Apa keputusan anda?” ujar Hathor. “Lepaskan saja mereka, lagipula tidak ada satupun dari kita yang terluka. Mereka juga sudah cukup menderita, kurasa lebih baik menerima tawaran dan permintaan maaf dari mereka. Dan kau Ghundis, kau harus mengingat janjimu! Mulai hari ini... Siapapun dari kami yang akan melewati Ngarai Bajra, keamanannya akan berada di tanganmu,” jawabku. “Ba-baik Tuan Kepala Desa, saya akan mengingat wajah kalian dan saya akan mengingat janji saya ini. Sekali lagi terimakasih karena telah mengampuni kami, Kepala Desa.” Kemudian Ghundis dan kelompoknya pergi terbirit-b***t menjauhi kami. Kelihatannya Hathor membuat dia mengalami Phobia yang sangat dalam. “Kepala Desa, apa keputusan yang anda ambil sudah tepat? Mereka adalah seorang Bandit Gunung, walaupun kita bisa menghadapi mereka dengan mudah, mereka tetaplah orang-orang bengis yang rela membunuh untuk mencuri barang.” “Hathor, orang yang memiliki niat membunuh tidak akan pernah menawarkan kita sebuah jalan aman. Bukankah di awal Ghundis bilang, jika kita mau memberikan sebagian barang kita, mereka akan membiarkan kita lewat. Artinya selama kita mau mendengar kata-katanya, dia juga akan memegang kalimatnya.” “Jika memang mau membunuh, mereka pasti melakukannya dengan cara membabi buta tanpa peringatan apapun,” imbuhku. "Satu perbuatan baik akan melahirkan dua perbuatan baik lainnya, ingat itu!" "Baik Kepala Desa," jawab Hathor. “Ya sudahlah... Karena hambatannya sudah berlalu, lebih baik kita lanjutkan perjalanan kita. Kerajaan Palapis masih jauh berada di depan.” “Ayo!!!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD