BAB 01

1073 Words
AKU BUKAN DIA | 01 Samuel tampak berbaring miring di atas ranjang dengan salah satu siku tangan yang menopang bagian kepalanya. Ia sedang asyik mengamati wajah cantiknya Alyssa yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Sementara posisi tubuh wanita itu sudah terlihat berubah. Karena saat ini dia sedang berbaring telentang di atas tempat tidur mereka. Sehingga Samuel bisa mengamati wajah istrinya itu dengan sangat leluasa. Sebenarnya Samuel masih tidak menduga, kalau ia benar-benar berhasil menikahi Alyssa—wanita yang memiliki paras yang sangat mirip dengan mantan kekasihnya. Saat pertama kali ia melihat sosok wanita itu di dalam hidupnya, Samuel merasa ... jika ia pasti sedang bermimpi, atau mungkin berhalusinasi. Namun, akhirnya ia sadar, kalau sosok wanita itu memang benar-benar nyata, dan mampu membiusnya di tempat dengan auranya yang terasa sangat memikat. Hingga ia pun dibuat terpana oleh kecantikan wajahnya Alyssa, serta kemiripan wajah wanita itu dengan wajahnya Clarissa—mantan kekasihnya. Dan Samuel berani bersumpah, bahwa ia sama sekali tidak pernah menyesali keputusannya yang saat itu kembali ke Indonesia secara tiba-tiba. Meski kenyataannya, ia hanya ingin berlibur sebentar saja di sana, tepatnya di pulau Dewata. Lalu tak sengaja melihat sosok Alyssa yang cantik jelita. Sampai akhirnya, ia pun berhasil mengajak wanita itu berkenalan sekaligus mendekatinya. Butuh waktu cukup lama bagi Samuel sebelum benar-benar berhasil menaklukkan hati wanita itu, dan ... ya, mereka akhirnya resmi berpacaran. Namun, Samuel tidak bisa terus-menerus berada di Indonesia. Meski begitu, sesekali ia akan mengunjungi Alyssa di pulau Dewata, ataupun sebaliknya. Tetapi, ia belum pernah membiarkan wanita itu menginap di rumah ini, dan hanya membiarkannya untuk mampir, itu pun hanya beberapa kali. Untung saja wanita itu tidak pernah mempermasalahkannya, dan tidak pernah pula merasa curiga. Samuel lantas tersenyum lembut sambil menggerakkan sebelah tangannya yang bebas untuk menyentuh Alyssa yang masih tertidur pulas. Diusapnya sebelah pipi wanita itu dengan gerakan samar. Kemudian, ia pun mulai memejamkan matanya secara perlahan-lahan, seolah-olah tengah meresapi apa yang sedang ia lakukan. Ia tengah membayangkan sosok Clarissa yang langsung memegang pergelangan tangannya saat ia mengusap pipi mulus wanita itu dengan penuh kasih sayang. Selanjutnya, mereka berdua pun mulai bergerak untuk semakin memangkas jarak yang ada, dan segera mempertemukan bibir mereka di satu titik yang sama. Ciuman itu terasa sangat menggelora, dan Samuel sangat menyukainya. Seandainya saja Clarissa masih berada di sisinya, pasti saat ini ... Samuel pun langsung tersentak, dan refleks menjauhkan tangannya dari pipinya Alyssa dengan kedua bola matanya yang mengerjap lamban. Ia beringsut dari atas ranjang, lalu berdiri di atas lantai sambil menatap wanita itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Samuel lantas mengembuskan napas kasar, dan melangkahkan kakinya untuk segera keluar dari dalam kamar. Ia harus menjernihkan pikirannya sekarang juga sebelum benar-benar menjadi gila, karena terlalu sering membayangkan sosok Clarissa yang jelas-jelas sudah tidak ada lagi di sampingnya. *** “Permisi ....” Alyssa datang untuk menginterupsi kegiatan para pelayan yang sepertinya sedang sibuk menyiapkan makan malam, hingga semua orang yang ada di sana menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian. “Apa Anda sedang memerlukan sesuatu, Nyonya?” tanya Diana, si kepala pelayan, yang langsung sigap menghampiri Alyssa, lalu membungkukkan badannya sebentar sebagai bentuk kesopanan terhadap majikan. Alyssa segera menggelengkan kepalanya saat itu juga, dan langsung melemparkan sebuah pertanyaan kepada Diana. “Apa kau melihat di mana Samuel berada?” “Tentu, Nyonya. Saya tadi sempat melihat Tuan masuk ke dalam perpustakaan yang terletak di dekat anak tangga menuju ke arah lantai dua.” Sebelum Diana sempat menawarkan dirinya untuk mengantarkan Alyssa ke tempat yang dimaksud olehnya, wanita muda itu sudah lebih dulu berlalu dari sana tanpa mengatakan apa-apa. Bahkan terdapat sebuah amarah yang sedang berkobar di dalam kedua bola mata jernihnya. Lalu, pandangan Diana pun tak sengaja terjatuh kepada bingkai foto berwarna putih yang sedang dibawa oleh majikan barunya itu. Hingga membuatnya ikut meninggalkan area dapur, karena ia tahu kalau sebentar lagi pasti akan terjadi sesuatu. *** Alyssa segera memutar gagang pintu yang terletak di dekat anak tangga menuju ke arah lantai dua tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Untung saja ruangan itu tidak terkunci dari dalam, sehingga ia bisa langsung masuk begitu saja, dan membuat Samuel benar-benar merasa terkejut atas kehadiran dirinya di sana. Karena ia baru saja membanting pintu ruangan perpustakaan itu dengan sangat kasar, dan tanpa sadar membiarkannya terbuka begitu saja. “Bisa kau jelaskan apa itu?” tanya Alyssa setelah melemparkan bingkai foto yang sedari tadi dibawanya ke atas meja kerja yang saat ini sedang dihuni oleh suaminya. “Alyssa, apa yang kau lakukan?!” Samuel melotot tak percaya, dan refleks menaikkan nada suaranya. Selanjutnya, ia sudah bergerak untuk mengamankan bingkai foto yang baru saja dilemparkan oleh Alyssa ke hadapan dirinya. “Kenapa? Apa kau merasa tidak terima karena aku baru saja membanting bingkai foto itu di hadapanmu, Sam?” Samuel langsung terdiam, lalu menyimpan bingkai foto itu ke dalam laci meja kerjanya, dan mencoba untuk tidak terlalu peduli pada permukaan kacanya yang terlihat sedikit retak. Karena yang terpenting sekarang, fotonya Clarissa sama sekali tidak rusak. “Siapa wanita itu, Sam?” tanya Alyssa dengan nada tertahan. Namun, Samuel masih tetap bungkam. “Siapa, Sam?” Alyssa kembali bertanya saat ia sudah benar-benar mendekati Samuel, dan memaksa pria itu untuk segera memandang ke arah dirinya. Entah kenapa, pandangan mata pria itu terlihat sangat berbeda. Hingga air matanya Alyssa pun mulai menggenang tanpa diminta. Ia tahu, pasti ada yang salah, hingga pria itu memandangnya dengan pandangan terluka yang terlihat sangat kentara. Sampai akhirnya, Alyssa pun benar-benar menangis di sana dengan rasa sesak yang mulai timbul di dalam d@da. Namun, ia segera menghapus air matanya saat itu juga. Karena ia sedang tidak ingin terlihat lemah di hadapan Samuel yang sepertinya tidak memiliki keinginan untuk segera menjawab pertanyaan dari dirinya. “Aku ingin pulang,” cetus Alyssa tanpa aba-aba. Saat ia sudah berbalik badan untuk segera berlalu dari sana, Samuel malah menahan sebelah pergelangan tangannya dengan cukup kasar. Bahkan genggaman tangan pria itu pun terasa terlalu erat bagi dirinya, dan ia yakin kalau sebentar lagi pergelangan tangannya pasti akan terlihat memerah. “Kau sudah berjanji, bahwa kau akan selalu mendampingiku di sepanjang sisa hidupmu.” Samuel mengucapkan kalimat barusan dengan nada penuh penekanan. Sebenarnya Alyssa merasa gentar, tapi hal itu hanya terjadi sebentar, dan ia pun langsung membuka suara untuk membalas ucapannya Samuel barusan. “Persetan dengan janji! Aku sudah tidak peduli lagi!” Alyssa berseru dengan nada berani sambil terus berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari cekalan tangannya Samuel, tapi usahanya itu sama sekali tidak berhasil. ***** Jangan lupa tap love-nya ya! Terima kasih :)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD