Setelah puas bermain di luar, Briana dan Liara akhirnya kembali ke hotel. Karena rasa bersalah sebelumnya gara-gara jagung pedas, Briana mengantar wanita enerjik itu sampai ke depan pintu kamarnya. Dengan kedua tangan dirapatkan di depan dadanya, Briana memohon dengan wajah murung. "Aku sungguh minta maaf! Aku benar-benar tidak sengaja melakukannya. Itu tindakan yang spontan!" ucap Briana dengan sungguh-sungguh. Liara mendelik kesal, lalu menunjuk bibirnya dengan wajah datar. "Lihat! Bibirku sudah bengkak seperti ini! Kamu masih bisa berkata seperti itu? Aku lebih konyol daripada badut sekarang!" Briana menghela napas pasrah, merilekskan ekspresinya. "Jadi, kamu ingin aku melakukan apa sebagai kompensasinya?" Liara mengelus dagunya sambil berpikir serius. Sikapnya tidak marah, ma

