"APA YANG KALIAN MAKSUD DENGAN MIA TELAH MENGHILANG TANPA ADA SATU PUN ORANG DIANTARA KALIAN YANG TAHU HAH?! KALIAN TAHU KAN DIA ITU HARUS SELALU BERADA DALAM PENGAWASAN KALIAN PARA BODYGUARDNYA?! JIKA MENJAGANYA SEORANG GADIS SAJA TIDAK BISA, UNTUK APA SEBENARNYA AKU MEMPERKERJAKAN KALIAN SEMUA!"
Teriakan murka Enzo terdengar seperti bunyi petir yang menggelegar di telinga para bodyguard yang bertugas mengawasi Mia setiap kali Enzo harus pergi menyelesaikan urusannya sendiri. Mereka hanya bisa menunduk menerima kemarahan bosnya sekarang, yang memang pantas mereka terima sebenarnya.
Tapi sepupu bosnya itu biasanya akan diam dengan patuh di apartemennya jika bos mereka pergi keluar. Siapa yang bisa menebak bahwa hari ini gadis itu akan menyelinap pergi sekalipun mereka melakukan patroli ketat setiap menitnya?
Lagipula, sampai sekarang mereka bahkan tidak tahu bagaimana bisa Mia menyelinap pergi tanpa diketahui oleh siapa pun di gedung yang ramai oleh anak buah Enzo ini.
"Lalu apa kalian sudah menemukannya sekarang?!" tanya Enzo masih dengan geramannya. Para bodyguard itu hanya bisa kembali menelan ludah gugup. Bosnya ini pasti tidak akan suka dengan apa yang akan mereka katakan selanjutnya.
"Ka-kami belum bisa melacak keberadaannya Bos. Hujan deras ini menghambat pencarian kami, dan rekaman CCTV hanya memperlihatkan Nona Mia yang pergi melalui salah satu lorong di belakang bagunan menggunakan pakaian serba tertutup dan kacamata hitam tidak lama setelah Bos pergi."
Prang
Dengan kasar Enzo baru saja memecahkan asbak yang ada di meja ruang tamunya ke lantai di bawahnya. Lelaki itu tengah kesal sekaligus khawatir, saat pulang dan tidak menemukan keberadaan sepupu manisnya itu di mana pun.
"LALU UNTUK APA KALIAN MASIH DIAM SEPERTI ORANG BODOH TEPAT DI DEPAN WAJAHKU?! SESEORANG CEPAT LACAK GPS HANDPHONENYA!" raung Enzo lebih kesal lagi saat tidak ada satupun bodyguard Mia yang mau bergerak sedari tadi. Ramalan cuaca mengatakan bahwa sebentar lagi hujan akan turun. Dan lebih dari siapa pun, Enzo sangat tahu bahwa Mia akan berubah tidak terkendali saat dia sendirian ketika hujan mulai turun. Enzo tidak mau Mia kembali panik saat gadis itu mendengar suara rintikan hujan. Dia pulang cepat untuk itu, namun hilangnya sang sepupu kini hanya bisa membuatnya khawatir setengah mati.
"Masalah itu....... Di-dia tidak membawa handphonenya, Bos."
Clek
Sebuah pistol tiba-tiba ditodongkan ke kepala bodyguard tersebut begitu dia baru saja selesai menjawab pertanyaan Galen. Wajah pria itu semakin menggelap, ingin sekali rasanya dia membunuh semua bodyguard tidak becusnya saat ini.
"DASAR BODOH! AARRGGGHHH, CEPAT KERAHKAN SEMUA ORANG UNTUK MENCARINYA! SEGERA TEMUKAN DIA ATAU AKU AKAN MENEMBAK KALIAN SEMUA!"
Ruang itu seketika sepi saat semua orang dengan tergesa-gesa segera keluar dari apartemen yang dihuni oleh Enzo dan Mia sebelum pria itu merubah pikirannya. Enzo menghela nafas kasar seraya mengusap wajahnya lelah ketika dia kembali duduk di sofa ruang tamunya. Ini bukan kali pertama Mia keluar tanpa memberitahunya. Kadang kala, Mia memang tidak sadar dengan konsekuensi tindakannya sendiri dan berusaha menyelinap pergi seakan dia dan para bodyguard yang menjaganya adalah musuh.
Gadis itu mungkin berpikir bahwa mereka hanya mengurungnya di bangunan besar ini selama ini. Tapi lebih dari apa pun, Enzo hanya ingin Mia aman dari ancaman apa pun yang bisa membahayakan gadis tersebut. Mengenalkannya ke publik saja sudah memancing bahaya yang besar. Sekali musuh-musuhnya tahu bahwa Mia adalah orang terpentingnya, akan sulit bagi Enzo untuk membiarkan gadis itu tetap berjanji lagi sambil diam-diam melindunginya. Enzo tidak ingin membuat Mia takut dengan mengatakan secara langsung betapa bahayanya hidup dengan mengemban nama keluarganya. Mereka hidup dari sisi lain dunia yang gelap. Cahaya terang Mia, hanya akan menarik banyak orang jahat jika keberadaan gadis itu sampai diketahui di lingkungannya.
Enzo sudah melakukan berbagai upaya untuk melindungi Mia sekaligus membiarkannya terus hidup untuk mengejar mimpinya sebagai seorang penyanyi. Namun mengabulkan kehidupan yang diimpikan gadis itu sambil memastikan keselamatan dan kebahagiaannya ternyata tidak mudah untuk dia lakukan begitu saja. Kadang dia sendiri harus mengorbankan masa muda Mia. Enzo hanya bisa membiarkan Mia hidup dalam lingkaran perlindungannya, tanpa bisa tahu bahwa dunia bisa menjadi tempat yang sangat kejam jika mereka sampai salah dalam mengambil langkah.
Ingin rasanya Enzo sekalian memasang pemancar di tubuh gadis itu jika Mia mulai bertingkah seperti ini. Dengan Enzo yang selalu tahu di mana posisi sepupunya itu, Mia seharusnya selalu bisa dia awasi bukan? Lagipula menambah jumlah bodyguard sepertinya tidak pernah menyelesaikan masalah ini. Atau jika dia bisa, Enzo bahkan lebih ingin Mia hanya diam di rumah tanpa perlu melakukan apa pun lagi. Dia bisa membahagiakan Mia dengan memberi gadis itu apa pun yang dia mau selama gadis itu patuh untuk diam di rumah mereka, agar Enzo bisa memastikan bahwa Mia akan selalu aman dalam perlindungannya.
Sebutlah Enzo berlebihan. Dia hanya ingin sepupunya itu aman dan dapat dia jaga setiap waktu. Dia tidak mau melihat kondisi Mia terluka lagi oleh siapa pun juga. Pemandangan menyedihkan saat Mia mereka temukan dalam kondisi penuh luka dengan tubuh kurus kering hanya boleh dia rasakan sekali. Dia tidak ingin melihatnya lagi, apa pun yang terjadi.
Enzo mengigit bibirnya kesal saat suara petir mulai terdengar dari kejauhan. Rasa takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada gadis manis itu semakin menggerogoti pikirannya. Enzo pada akhirnya ikut bangkit berdiri, dia siap mengobrak-abrik dunia demi menemukan sepupunya itu.
Hujan adalah mimpi buruk untuk Mia, dan Enzo tahu benar akan hal itu.
*****
"Bos, Nona Mia telah kembali!"
"Di mana dia?!"
Enzo yang baru saja keluar dari lift segera berubah semangat saat salah satu bawahannya memberitahu kabar yang ingin dia dengar sedari tadi. Enzo berjalan dengan cepat, dia sudah siap menenangkan Mia kembali saat wajah bahagianya dengan cepat berubah menjadi wajah penuh waspada ketika dia sampai ke titik yang ditujukan oleh salah satu bawahannya.
Di lain sisi, Victor dan Leon yang dikelilingi oleh orang-orang bersenjata bawahan Enzo tetap tenang bahkan ketika Enzo yang baru datang menatap mereka dengan tajam. Victor memberi Leon isyarat, agar menyerahkan gadis yang menyusahkan mereka saat ini pada Enzo agar mereka bisa segera pergi dari tempat ini.
"Dia tiba-tiba menghentikan mobil kami dan meminta agar kami agar mengantarnya kembali alamat ini sebelumnya. Kamu seharusnya bersyukur, bosku masih mau mengantarnya kembali bahkan di tengah jadwal padatnya ditambah fakta bahwa kami harus datang ke markas musuh tanpa pengawalan sama sekali."
Melihat bahwa Leon kemungkinan besar berkata jujur, disertai fakta bahwa Mia terlihat baik-baik saja di gendongan Leon, Enzo akhirnya menghembuskan nafas panjang dan berusaha untuk meredakan emosinya yang tidak stabil sebelum ini. Matanya menatap semua bawahannya yang masih waspada, tidak ingin sedikit pun menurunkan pistol mereka di depan dua petinggi penting organisasi saingan mereka.
"Kalian bisa menurunkan senjata kalian," perintah Enzo yang segera dituruti oleh orang-orang tersebut. Enzo berjalan mendekati Leon dan Victor setelahnya, tangannya terulur untuk mengambil alih Mia yang pingsan di gendongan Leon.
"Terima kasih karena telah mengantarnya kembali. Aku akan mengingat kebaikan ini sampai kapan pun," ujar Enzo pada Victor juga Leon. Pria yang lebih tua membalasnya dengan anggukan, sementara Victor hanya diam sambil menatap wajah gadis manis yang kini telah berpindah tangan tanpa dia bisa melakukan apa-apa.
"Kita kembali sekarang Leon," perintah Victor singkat. Bawahannya itu mengangguk, mereka berbalik arah tanpa melihat Enzo lagi yang hanya terdiam saat menatap kepergian mereka sampai dua orang itu akhirnya menghilang sepenuhnya dari pandangan Enzo.
*****
"Huft, tadi itu hampir saja," komentar Leon saat dia ikut masuk ke mobil setelah selesai membukakan pintu untuk bosnya. Leon memasang sabuk pengamannya dengan benar, sebelum dia melirik bosnya yang masih mengerutkan kening dari cermin kecil di dalam mobil.
"Bos, apa kamu masih kesal karena kita diperlakukan secara tidak hormat tadi? Kita bisa mengirim seseorang, untuk membuat masalah pada mereka yang berani mengangkat senjatanya kepadamu tadi jika Bos mau," tawar Leon pada Victor. Lelaki yang duduk di kursi belakang itu masih diam, hanya matanya yang menatap balik Leon dari cermin kecil itu seperti yang dilakukan oleh Leon sebelumnya.
"Cari tahu segala informasi tentang gadis itu. Jangan sampai ada yang terlewat, dan jangan sampai meninggalkan jejak sekecil apa pun. Kelompok mereka juga memiliki hacker yang hebat sepertimu."
"Ah.... Wanita cantik yang selalu menempel pada Enzo itu bukan?" ujar Leon berkomentar. Victor tidak bersuara, tapi Leon setidaknya tahu bahwa perkataannya itu memang benar adanya.
"Baik Bos. Kali ini, aku sendiri yang akan menggali informasinya. Sehebat apa pun wanita itu, dia tidak akan bisa mengalahkan pria yang telah hidup di dunia ini selama belasan tahun," lanjut Leon kemudian. Pria itu mulai menyalakan mobil saat Victor membalasnya dengan anggukan. Mobil segera melaju, meninggalkan lahan parkir bawah tanah di daerah gedung apartemen milik Enzo pribadi.
*****
Begitu Victor dan Leon menghilang dari hadapan Enzo, pria itu akhirnya ikut berbalik arah untuk membawa Mia yang masih pingsan kembali ke penthouse mereka. Melihat bahwa Enzo ingin segera kembali, seorang wanita muda berinisiatif mendekati Enzo tanpa rasa takut sedikit pun. Wanita itu membantu Enzo memanggil lift, sebelum ikut masuk kedalam lift bersama Enzo yang masih menggendong Mia tanpa kesusahan sedikit pun.
"Bos, maaf aku atau Kakak tidak bisa membantu menemukan Mia sebelumnya," ujar wanita itu memulai. Melihat wajah menyesal yang ditunjukan wanita itu, Enzo akhirnya hanya bisa menghela nafas panjang.
"Bukan salahmu atau Rose. Kamu hanya aku tugaskan untuk menjadi manager Mia, menjaganya saat dia sudah berada di penthouse bukanlah tugasmu lagi Lily. Dan Rose, kakakmu itu baru saja meminta ijinku untuk kembali terlebih dahulu karena dia sakit. Kejadian ini murni karena yang lain lalai dalam menjaga Mia. Kamu dan kakakmu, kalian tidak perlu merasa bersalah lagi oke?"
Pipi wanita itu sedikit merona saat Enzo berbicara dengannya dengan nada lembut. Padahal pria itu jelas-jelas masih dalam emosi yang tidak memungkinkannya untuk bicara dengan lembut. Tapi ketika pria itu bicara dengannya, Enzo masih tetap berusaha bicara pelan hanya untuk menjaga perasaannya. Tindakan kecil itu, sudah cukup untuk menimbulkan debaran tidak teratur di jantung wanita tersebut.
Pada akhirnya, Lily hanya bisa menggeleng kecil. "Aku senang jika bisa berguna untukmu Bos....." balasnya kecil sebari menunduk malu. Mendengarnya, Enzo akhirnya tersenyum samar. Dia sama sekali tidak sadar, bahwa gadis kecil berwajah pucat yang dia temui waktu itu sudah begitu dewasa saat ini.
"Terima kasih Lily. Aku senang bisa bertemu denganmu, juga kakakmu."
Walaupun Enzo masih membawa nama kakaknya dalam pembicaraan mereka, Lily masih tersipu malu saat Enzo berterima kasih padanya. "Bo, bos yang menolong kami.... Dengan nyawa pun kami tidak akan mampu membalas kebaikan Bos.... " gumam Lily dengan malu. Mereka belum sempat melanjutkan obrolan mereka saat lift telah sampai di lantai yang mereka tuju. Enzo keluar pertama, diikuti oleh Lily yang mengekor dengan patuh di belakang pria itu.
"Kalau begitu, aku akan kembali ke kamarku setelah selesai memanggil Dokter Daren, Bos. Selamat malam, semoga Bos dan Mia baik-baik saja dan kalian bisa beristirahat dengan tenang malam ini."
Enzo mengangguk saat mereka harus berpisah setelah Lily selesai membantunya menidurkan Mia di kamarnya sendiri setelah wanita itu dengan hati-hati mengganti pakaian basah Mia dengan sebuah piyama.
"Kamu juga. Beristirahatlah dengan tenang untuk hari ini Lily," balas Enzo singkat. Wanita muda itu tersenyum kecil sambil mengangguk. Dia keluar dari kamar Enzo setelahnya, meninggalkan Enzo yang memandang lelah Mia yang kini sudah tertidur dengan pakaian tidur yang sudah digantikan oleh Lily.
"Kenapa kamu masih seperti ini hm? Aku hanya mencoba melindungimu dari dunia yang kejam, Mia. Aku tidak ingin kamu terluka lagi. Aku tidak ingin kamu menangis lagi. Di masa depan, tolong coba untuk lebih mengerti diriku oke? Aku bisa gila jika kamu menghilang lagi. Aku hanya memilikimu di dunia ini. Aku tidak bisa kehilanganmu juga. Tidak akan pernah bisa Mia," monolog Enzo dengan suara kecil. Dirinya mencium lembut tangan Mia dengan sedih. Sedih melihat Mia masih tidak dapat mengerti maksud semua tindakannya dengan benar bahkan setelah Enzo menghabiskan seluruh waktunya untuk melindungi gadis manis itu.
Ding dong
"Bos, ini aku Daren. Lily memanggilku untuk memeriksa Nona Mia."
Enzo segera menetralkan emosinya kembali saat dokter yang ada di organisasinya telah datang ke penthouse dalam waktu yang sangat singkat. Enzo menyempatkan diri untuk menatap Mia lama, menaikan selimut gadis itu sampai leher, sebelum mencium keningnya dengan lembut. Setelah semuanya telah selesai, baru lah kaki Enzo melangkah keluar dari kamar Mia. Pria itu merasa dia harus cepat membuka pintu untuk dokter itu dan kembali ke kamar Mia, sebelum gadis itu menghilang lagi dari jangkauannya sebelum Enzo bisa mencegahnya.
To be continued