bc

Babysitter Diminta Jadi Mama

book_age18+
3
FOLLOW
1K
READ
HE
forced
heir/heiress
blue collar
sweet
bxg
single daddy
like
intro-logo
Blurb

Alura diceraikan dan dipulangkan ke rumah orangtuanya di malam pertama dengan tuduhan yang tidak Alura lakukan. Mirisnya, kedua orangtua Alura percaya dengan tuduhan suaminya tersebut. Akhirnya, Alura diminta orangtuanya untuk meninggalkan kampung halaman dan bekerja di ibukota. Dengan perasaan sedih, Alura mengikuti perintah orangtuanya tersebut. Begitu sampai di kota, Alura mengalami Luka-luka karena menolong seorang anak laki-laki berusia 5 tahun yang nyaris ditabrak mobil. Karena kejadian ini juga, anak laki-laki itu meminta pada papanya untuk menjadikan Alura babysitternya. Tak cukup sampai di sana, anak laki-laki itu juga akhirnya meminta Alura menjadi mamanya. Apakah Alura benar-benar akan menjadi mama dari anak laki-laki itu?Baca dan semoga suka.Oya, mulai novel ini, karena beberapa alasan, aku mengganti nama penaku dari Mayangnoura menjadi Mayang Sari.

chap-preview
Free preview
Tuduhan Di Malam Pertama
"Darahnya mana?!" Boy menunjuk tempat tidur dengan kelima jari tangannya. Sementara tangan satunya lagi melipat di pinggang. Alura wanita yang baru dia nikahi tadi pagi dan barusan dia renggut kesuciannya, menatap Boy dengan wajah ketakutan sekaligus bingung. "A-Aku tidak tau...." "Tidak tau bagaimana?!" Boy menaikan nada suaranya secara tiba-tiba hingga membuat Alura tersentak kaget. "Tubuh itu milik kamu! Harusnya kamu tahu kenapa tidak ada darah yang keluar?!" Boy memiringkan wajahnya dan menatap wanita yang berstatus istrinya itu dengan mata menyipit penuh kecurigaan. "Katakan saja kalau kamu sudah membohongiku! Katakan saja kalau sebelum menikah denganku seorang pria telah merenggut kesucian kamu tapi dia tidak mau bertanggung jawab dan agar aku mau menikahi kamu, kamu mengaku masih perawan padaku!" Mata Alura melebar mendengar tuduhan yang baru saja dilontarkan pria yang sudah menjadi suaminya itu padanya. "Aku tidak pernah melakukan hubungan intim selain denganmu tadi." "Bohong!" Boy menyahut dengan membentak kuat. Membuat Alura kembali tersentak kaget. "Aku yakin kamu sudah melakukan hubungan intim dengan pria lain sebelum ini! Buktinya tak darah yang keluar karena punyamu sudah sobek sebelum aku aku menyobeknya! Katakan padaku siapa pria itu?!" "Pria mana? Aku tidak pernah berpacaran selain dengan kamu apalagi sampai melakukan hubungan intim!" Alura terus membantah. Airmatanya mulai keluar dari dua matanya yang bening indah karena merasakan sakitnya mendapat tuduhan yang tidak pernah dia lakukan. "Kalau begitu mengapa tidak ada darah yang keluar?!" "Aku tidak tahu tentang darah itu. Aku tidak tahu mengapa tidak keluar darah. Tapi percayalah, aku tidak pernah melakukan hubungan intim dengan siapa pun. Kamu yang pertama." "Aku tidak percaya! Kamu sudah terbukti sudah tidak perawan sebelum dengan aku karena tidak ada darah itu! Sungguh aku tidak mau memiliki istri bekas orang lain! Karena itu... kamu... akan aku ceraikan! Malam ini juga aku akan memulangkanmu pada orangtuamu!" Lemas Alura mendengar keputusan pria yang dicintainya itu, sampai-sampai dia tidak bisa mencegah saat Boy memasukkan pakaiannya ke dalam tas besar dan kemudian menariknya keluar rumah. Mirisnya, begitu sampai di rumah masa kecilnya, orangtuanya lebih percaya pada tuduhan Boy daripada pembelaannya. "Ayah tidak menyangka kamu bisa melakukan ini, Al. Selama ini ayah berpikir kamu adalah gadis baik-baik. Tapi ternyata...." "Percayalah padaku, yah. Aku mohon. Aku tidak pernah melakukan perbuatan hina itu." Dalam perasaan putus asa, Alura berusaha menjelaskan kalau dirinya benar. "Ayah tahu sendiri kalau aku jarang keluar rumah bukan? Sepanjang hari membantu ibu menjahit?" "Tapi kamu masih keluar untuk berbelanja ke pasar. Saat itu bisa saja kamu gunakan untuk bertemu pria itu." Alura terdiam. Dia sudah letih menjelaskan tapi tak seorang pun mempercayainya. Bahkan ibunya yang selama ini paling dekat dengannya, hanya diam. Itu pun menatapnya dengan tatapan curiga. Terdengar hempasan nafas kasar dari pria tua yang dipanggil ayah oleh Alura yang kini berdiri di depan jendela dengan tatapan keluar. "Berita ini akan segera menyebar di desa ini. Kita semua, terutama kamu akan dihujat karena menikah dalam keadaan tidak perawan dan membohongi suami. Jadi, daripada mendengar hujatan itu, lebih baik kamu pergi dari desa ini." Alura terhenyak. "Ayah mengusirku?" "Ini yang terbaik untukmu. Desa ini sebentar lagi akan menjadi tempat yang tidak nyaman untukmu lagi." "Tapi ayah, aku tidak mau pergi." "Jangan membantah. Menurut saja pada perintah orangtua." Alura langsung meraih tangan ibunya. "Bu, tolong bujuk ayah untuk tidak mengusirku." Wanita tua itu tak menjawab permohonan Alura. Dia justru menarik tangannya dari genggaman sang putri sebelum akhirnya meninggalkan kursi dan masuk ke dalam kamarnya. *** Matahari ibukota cukup terik saat Alura menghentikan langkah di depan pagar sebuah rumah besar. Berdasarkan alamat yang diberikan oleh temannya, benar rumah ini yang telah menerimanya sebagai pembantu menggantikan pembantu lama yang tiba-tiba berhenti bekerja karena sakit parah. Temannya itu juga bekerja di rumah ini dan menjadi pembantu juga. Karena rumahnya cukup besar, makanya tidak cukup satu pembantu. Begitulah kira-kira. Alura baru akan mengeluarkan ponsel dari dalam sling bagnya untuk menelpon temannya tersebut, ketika indera penglihatnya menangkap sosok anak laki-laki berusia lima tahunan berlari ke arahnya. Agak jauh di belakang anak laki-laki itu, seorang wanita berpakaian seragam baby sitter mengejar sembari berteriak. "Tuan muda Brandon! Berhenti! Kamu mau kemana?!" teriak sang baby sister sembari terus mengejar. Tiba-tiba, langkah anak laki-laki itu yang semula lurus, berbelok seperti hendak menyeberang jalan. Pada saat itu sebuah mobil melaju cukup kencang dari belakang baby sitter ke arah anak laki-laki kecil tersebut. Alura yang melihat itu, tentu tersentak kaget. Refleks dia melempar ponselnya sebelum kemudian sekuat tenaga berlari ke arah anak laki-laki itu. Lalu saat moncong mobil sudah sangat dekat dengan tubuh anak laki-laki itu, dia menyambarnya dengan sangat kuat dan cepat, sampai-sampai tubuhnya yang dalam keadaan memeluk anak laki-laki itu terjatuh ke sisi jalan. Anak laki-laki itu tidak terluka sedikit pun karena terlindungi oleh tubuhnya. Tapi tidak begitu dengan dirinya. "Brandon!" Seorang pria bertubuh tinggi tegap dan berwajah tampan yang tiba-tiba muncul entah dari mana, langsung berlari ke arah Alura. Setelah dekat, dengan panik dia lalu mengambil anak laki-laki itu yang ternyata bernama Brandon dari pelukan Alura. "Kamu tidak apa-apa, Brandon? Apakah ada yang terluka?" Pria tampan itu memeriksa tubuh Brandon hingga di bolak-balik. "Tidak apa-apa. Aku tidak terluka sama sekali," jawab Brandon dengan cerewetnya. "Makanya kamu jangan nakal. Papa sudah sering memperingatkanmu bukan?!" Pria tampan yang bernama Sean mendadak jadi memarahi Brandon. Bukan tanpa sebab, anak laki-lakinya ini memang luar biasa nakal. Tidak ada baby sitter yang tahan mengasuhnya lebih dari satu bulan. Dan sepertinya kali ini juga begitu. Soalnya baby sitter yang mengejar Brandon tadi sekarang sedang berdiri gemetaran dengan wajah pucat pasi karena hampir saja anak majikannya itu tertabrak mobil. Sementara itu, Alura memeriksa kedua kaki dan tangannya. Ada banyak luka lecet yang membuatnya merasa perih. Dia meringis karena rasa perih itu. Lalu, dia pun bergerak bangun. Tapi.... "Aww!" Alura menjerit kesakitan. Pergelangan kakinya terasa begitu sakit ketika digerakkan. Mendengar jeritan Alura, Sean yang beberapa saat tadi melupakan keberadaan Alura dan hanya peduli dengan Brandon, langsung menoleh pada Alura. Mata tajamnya melebar begitu melihat Alura. Pria itu pun segera memberikan Brandon pada baby sitter dan mendekati Alura. "Kamu terluka ya?" tanya Sean yang kini telah duduk berjongkok di depan Alura dan memperhatikan lecet-lecet yang ada di tangan dan kaki Alura. Alura mengangguk. "Iya. Kakiku juga sakit untuk digerakkan." "Maaf sudah membuat kamu terluka gara-gara menolong anakku. Aku akan bertanggung jawab." "Oh, iya," balas Alura tak begitu memperdulikan yang diucapkan Sean. Dia terus berusaha bangun dengan meringis menahan sakit meskipun tidak pernah berhasil karena pergelangan kakinya memang sakit sekali. Sean yang melihat hal itu, merasa iba. Dia pun lebih mendekat pada Alura. "Biar aku bantu." Dalam sekejap, Alura sudah berpindah tempat menjadi dalam bopongannya. Tentu ini membuat Alura terkejut luar biasa. "Maaf, pak, eh om, eh tuan, kenapa aku dibopong?" tanya Alura dengan wajah tidak nyaman. "Karena aku harus mengobati kamu." Alura terdiam. Dalam kebingungan, dia membiarkan Sean membawanya entah kemana. Dia kemudian memilih untuk mengarahkan wajah ke bahu Sean daripada harus melihat ekspresi wajah tampan Sean ketika membopongnya. Itu rasanya tidak nyaman. 'Mengapa aku harus mengalami ini? Kenapa aku harus berada di dalam gendongan pria tampan ini? Tubuhnya sangat harum lagi,' gumam Alura dalam hati. Bersambung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.0K
bc

My Secret Little Wife

read
96.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook