ORANG PERTAMA

Dua orang berlawanan keluar dan masuk dari pintu ruangan yang berbeda. Dengan senyum tipis di bibir nya yang tampak ranum seperti cerih walau tanpa polesan apa-apa, gadis itu keluar dari pintu kamar merasa dunia baru nya akan dimulai dengan usia menginjak 20 tahun tepat hari ini tanggal 4 September. Gadis itu melangkah ringan menghampiri sang ibu yang tampak sedang menyiapkan sarapan dan juga sesuatu sebagai perayaan bertambah nya umur anak gadis satu-satu mereka. Sang ayah keluar membawa kotak berwarna Orange, warna kesukaan sang anak. Ia mengulurkan tangan memberikan kado tersebut yang dengan senang hati di terima oleh anak gadis nya. "Selamat ulang tahun kesayangan ayah. Semoga di usiamu yang dewasa ini, kamu bisa meraih semua impian mu apapun itu." Sang ayah memeluk tubuh mungil putri nya tak lupa memberinya kecupan di kening. Sedangkan sang ibu hanya tersenyum membuat sang anak beralih memeluknya. "Selamat ulang tahun nak, apapun keinginan yang kamu inginkan tercapai. Di usia sekarang ini, semoga kamu bisa bersikap seperti yang seharus nya. usia dewasa bukan remaja lagi." ibu turut memberikan kecupan di kening sang anak. "Terima kasih tuan Hwang dan Nyonya Hwang. Nona Hwang pasti akan meraih semua itu dengan dukungan kalian." mereka terkekeh mendengar ucapan itu, "Ning janji akan berpikir dewasa di saat yang tepat hehe." Sambung nya di balas anggukan oleh kedua orang tua nya. [ Di usia dewasa sekarang, aku bisa melakukan semuanya tanpa terkecuali termasuk jatuh cinta untuk yang pertama kali nya. Aku pasti bisa meraih dunia yang kuinginkan, dunia yang kuimpikan, dunia tanpa dibedakan remaja maupun dewasa. Aku bisa meraihnya tanpa tekanan apapun. ] *** Disisi lain di tempat yang berbeda dan di waktu yang sama, seorang laki-laki berperawakan tinggi, postur tubuh yang ideal, wajah tampan yang sangat dikagumi oleh para kaum hawa di luaran sana bahkan di kantor pun tidak sedikit para karyawan wanita berlomba mencari perhatian nya namun tak satupun ia gubris. Dengan pakaian casual suits, kancing yang terbuka bagian atas menambah kesan cool dalam diri laki-laki itu. Dia memasuki ruang kebanggaan yang sudah ia tempati selama 7 tahun terakhir diikuti oleh sekretaris. Nuansa khas maskulin bisa dirasakan dalam ruangan tersebut. Sang pemilik ruangan duduk menyilang kaki dengan sekretaris berdiri di hadapan nya memberi tahu setiap jadwal sang atasan. Sang atasan membuka laptop melirik sekretarisnya yang tampak masih berceloteh, " Inti nya ke arah mana pembicaraanmu, Choi?" ucap nya menyelah celotehan sang sekertaris yang tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putih jangan lupakan lesung pipi di kedua sisi. Tidak atasan, tidak sekertaris kedua nya benar-benar sempurna di mata orang lain terutama wanita. "Inti nya Nyonya besar ingin anda kerumah utama siang nanti, untuk makan siang dan juga merayakan ulang tahun mu." Jawab Choi selaku sekretaris. Ia terkekeh namun terlihat di paksakan, "Kamu yakin hanya itu, Choi Jung Nam-ssi?" Tekan nya. Karena dirinya sangat yakin, bukan hanya ulang tahun yang mereka bahas saat melakukan pertemuan untuk merayakan ulang tahun. Apalagi di usia nya yang sudah berkepala tiga tepat hari ini. Mendengar atasan menyerukan nama lengkap nya, itu arti nya ia tak bisa mengelak lagi. "Oke. Seperti biasa beliau bertanya tentang gadis dengan saya, dan kamu juga tau saya tidak bisa menolak permintaan beliau apalagi Nyonya besar sudah bertitah dan membawa kesehatan nya, itu saja Sir." jelas Jung Nam menatap atasan nya. Ia ingin tahu seperti apa reaksi yang dia berikan, penolakan seperti biasa atau menerima tawaran mereka kali ini. "Kosongkan jadwal untuk siang ini dan kabari mereka." Jung Nam mengepalkan tangan ke udara menyerukan kata yes dan segera keluar bersiap melakukan perintah sang atasan. Melihat Jung Nam menutup, laki-laki itu berbalik membuka tirai kaca dan menatap beberapa gedung pencakar langit yang berada tak jauh dari gedung kantor nya. [ Masa kanak-kanak sudah berlalu, masa remaja pun hanya berkutat dengan buku. Sedangkan masa dewasa mulai merasakan dan tau arti dunia yang sesungguh nya. Dunia seperti apa yang kita impikan tidak akan berjalan sebagai semesti nya. Jika ada orang yang berpikir dunia baru nya akan di mulai dengan usia dewasa, itu benar. Namun perjalananmu akan berada di titik semu yang tak bisa ditebak karena itulah dunia yang sesungguh nya.] ? ["Dunia ini milikku dan aku akan menjalani nya seperti apa yang aku harapkan.]" Aku Hwang Ning umur 20 tahun, anak dari pasangan Hwang Dong Ho dan Hwang Ji Min yang akan memulai hidup masa dewasa nya. "[Dunia milikku? jangan terlalu percaya diri. Karena usia dewasa bukan lah tempat untuk bermain jika pikiranmu masih remaja bahkan kekanak-kanakan.]" Aku, Kim Jin Seok umur 30 tahun anak dari pasangan Kim Young Suk dan Kim Yoo Na. yang sudah melalui semua nya termasuk fase usia dewasa yang bagi orang baru terlihat menyenangkan. Kedua nya berucap dalam hati secara bersamaan walau di tempat yang berbeda. Lalu bagaimana jika kedua nya harus dipersatukan dan terikat dalam suatu hubungan yang dinamakan pernikahan? Apakah akan berhasil atau akan berakhir dengan cara mereka sendiri, yang memiliki begitu banyak perbedaan dalam diri kedua nya. ~♥~'ORANG PERTAMA'~♥~ Aku duduk bersama ibu dan ayah yang tampak sedikit berbeda setelah kami merayakan ulang tahunku kali ini. Aku tidak tahu ada apa dengan mimik wajah mereka, terutama ayah yang terlihat sedang memikirkan sesuatu. Ingin bertanya tapi takut menyinggung karena aku tau seperti apa ayah jika sedang memikirkan sesuatu. Ibu menghela nafas sejenak menatapku dengan tatapan yang lagi-lagi tidak aku mengerti. "Ning udah besar kan sekarang?" aku pun mengangguk sebagai jawaban, "Ning udah bisa memutuskan sesuatu yang menurut Ning baik--" "Umur Ning emang udah dewasa tapi belum bisa memutuskan apa-apa tanpa bantuan ibu sama ayah." aku menyelah ucapan ibu walau ku tau itu tidak sopan. Tapi, "Ning gak tau apa yang terjadi sama kalian, Ning berharap ayah sama ibu tetap jujur seperti sebelum nya. Ayah kenapa diam saja, apa sesuatu terjadi di tempat kerja ayah? ini juga baru jam makan siang tapi ayah sudah pulang. " Aku bertanya berharap mereka jujur. Ku lihat ibu berdiri membereskan piring bekas, aku pun berniat membantu sebelum ayah meraih tangan ku berharap tetap duduk di tempat. Ayah menghela nafas sejenak menepuk pelan punggung tanganku. "Ayah minta maaf--" "Kenapa minta maaf? ayah gak salah apa-apa kok sama Ning." Aku menoleh ketika ibu menepuk pundak ku berharap mendengar ucapan ayah. Aku pun mengangguk mengerti. "Nak, apapun yang ayah katakan jangan merasa di tuntut untuk melakukan nya. Ayah hanya ingin kamu melakukan itu jika memang kamu siap atas semua nya. Ning kenal tuan Kim kan," Aku mengangguk pelan walau perasaan tak menentu dan kembali mendengar ucapan ayah, "Beliau ingin melamarmu nak." DEG!!! Entah kemana pergi nya jantung ini saat mendengar ucapan ayah seakan dunia yang kuimpikan runtuh begitu saja tepat di depan mata. Aku tau,ayah tak memaksa namun aku tau posisi ayah seperti apa di luar sana tanpa bantuan dan kepercayaan dari seseorang yang dengan tulus membantu nya saat berada dalam kesulitan. Akan ku jelaskan, kami memang dari keluarga bisa dibilang berkecukupan dengan ayah berjabat sebagai direktur keuangan dari perusahaan K.A COMPANY bekerja di bidang AGRARIS yang bergerak dengan mengelola tanah agar menjadi lahan dalam memenuhi kebutuhan. Perusahaan ini terbagi menjadi perkebunan,perikanan, pertanian serta peternakan dan juga pembangunan jika mendesak. Dan Kim Young Suk adalah pemilik perusahaan tersebut yang sekarang diberikan pada putra satu-satu nya. kalau bertanya dari mana aku tau semua nya karena ayah pernah mengatakan semua itu padaku dan ibu saat tuan Kim datang berkunjung ke rumah. Bahkan ibu pun mengenal baik istri beliau. Lalu apa yang aku lakukan sekarang, Berbeda dengan Ning yang tak tahu apa yang harus ia lakukan mendengar permintaan..bukan permintaan hanya menyampaikan keinginan seseorang yang ingin meminang anak gadis nya. Tuan Kim dan Nyonya Kim tersenyum lebar saat permintaan nya tentang perjodohan dengan putri Tuan Hwang di angguki tanpa perlawanan sekali pun. Nyonya Kim meraih tangan Jin Seok memberinya tatapan lembut, "Mama yakin dia gadis baik-baik, kami berdua sudah bertemu dengan nya. Kamu juga sudah mengenal baik seperti apa tuan Hwang," pria itu mengangguk pelan, "Tapi kamu ingat nak, kamu harus membimbing dia nanti nya karena calon kamu itu baru saja memasuki usia dewasa." Nyonya Im sekali lagi tersenyum. Jin Seok menghela napas, " Yang penting mama senang." Walau berat ia akan lakukan demi sang mama. Ia berharap gadis yang akan menjadi istrinya kelak tidak akan menyulitkan nya setelah pernikahan dan tidak mengganggu privasi masing-masing walau sudah menikah. Namun siapa yang akan tau kedepannya seperti apa, bukan? Bagaimanapun seorang gadis akan merasakan semua yang mereka lalui untuk pertama kali nya, apalagi gadis sedikit manja seperti Ning jangan lupakan kepolosan nya yang tidak tahu apa-apa. Bahkan ada kata ibu dan ayah yang selalu ia selipkan di setiap omongan. Berbanding balik dengan Jin Seok yang dewasa bukan hanya pikiran namun juga umur nya yang terpaut 10 tahun. Jin Seok juga dikenal sebagai workaholik, dingin yang bermulut pedas jika mengatakan sesuatu yang tidak ia sukai. Apa lagi dengan pernikahan mereka hanya karena perjodohan semata