Sepanjang jalan menuju kafe, Kelly bercerita tentang Kafe yang akan kami kunjungi ini, menurutnya kafe ini merupakan salah satu kafe hits baru di area Seminyak, setiap weekend, mulai pukul 22.00 area kafe berubah menjadi lantai dansa. Sehingga menjadi salah satu kafe yang lumayan padat pengunjung, terutama saat menjelang weekend.
“Gimana, Kel? Ada tempat?” tanyaku menghampiri Kelly dan lainnya yang sudah jalan lebih dulu, kuintip sedikit dari belakang Kelly yang tengah bertanya sesuatu pada waitress.
Ukuran kafenya lumayan luas, didominasi warna cerah untuk kursi dan sofanya, warna kuning cerah! Tetap dengan paduan beberapa tanaman hijau di beberapa sudut, yang membuat suasana Kafe terasa asri. Temboknya sendiri perpaduan warna putih dan abu- abu muda. Putih, abu, kuning, Cantik sekali!
“Ada nih, pas banget ada yang baru kelar, Yuks!”
Malam yang menyenangkan, tak lupa diisi sesi foto, beberapa puluh foto instagramable kemudian, kami mulai duduk tenang, mengisi malam dengan percakapan – percakapan kecil di tengah kudapan – kudapan nikmat. Menyenangkan sekali! Tak terasa waktu bergulir cepat, ketika jam menunjukkan pukul 22.00. Meja – meja tengah sudah digeser oleh staff kafe, music live mulai terdengar. Terlihat beberapa orang mulai terjuan ke lantai dansa.
“Toilet dulu ya, ada yang mau ikut?” tanyaku yang dijawab gelengan kecil dari mereka bertiga, Kana sibuk mengetik di Handphonenya, sedang Sandra Nampak menikmati music yang sedang diputar, Kelly mengecek hasil foto suasana kafe untuk blognya.
Sekembalinya aku dari toilet, langkahku terhenti saat pandangku tertuju ke meja yang sejak tadi kami tempati, tampak beberapa sosok asing berdiri di sekitar meja, aku tertegun sejenak. Pindah tempat? Apa udah keluar? Mang selama itu aku di toilet??
Masih tertegun kusadari lambaian di antara badan – badan bongsor yang membelakangiku, mereka bergeser perlahan sembari menengok ke arahku, dan Nampak Kana, melambai riang padaku, di sampingnya duduk menempel sesosok laki – laki tampan yang memeluk pinggangnya dengan protektif.
Raymond POV
Lagi – lagi Ben ngajak travelling dadakan! Bayangkan, dia Cuma bilang kita hari ini ke Bali, yah, baru subuh ini! Kurang impulsive apa ini anak!
Awalnya, dengan berat hati aku tolak ajakannya yang menggiurkan itu.
“Ben, gak bisa gua, lagi banyak kerjaan gak bisa ditinggal.” Jawabku rada kesal, sambil memijit keningku yang sakit karena tidurku yang terganggu oleh panggilan telepon dari Ben di jam yang gak wajar ini, baru jam 4 gilee.
“Eh, bro gak sekarang juga kali.” Gelaknya
“Jadi kapan?” kutarik lagi bedcover menutupi pundak, mencari posisi enak untuk tidur lagi.
“Terserah, lu bisa beresin kerjaan lu buat 4 hari ke depan sampai jam berapa?” lanjutnya,”Tiket yang jam 7.30 malam oke gak?”
“Bentar, Bro… harus hari ini banget?” tanyaku masih terselubung kantuk yang memperlambat daya tangkap otakku, nih anak biasa kalo ngilang gak pake ajak – ajak, biasa juga ngilang gitu aja sendiri. “Coba, kenapa lu tiba – tiba mao ke Bali? Dan napa ngabarinnya pagi buta gini?”
“Cewe gua lagi di Bali bareng temen – temen kantornya,” ada nada bangga dalam ucapannya.”Dia sempet ajakin mau bareng gak pas meet up bulan lalu, dan g baru inget kalo itu hari ini.”
“Bro, sejak kapan lu punya cewe?” dahiku berkerut bingung, meski jelas Ben gak bisa melihat ekspresiku saat ini.
“Minggu lalu officially,hehe…Si Kana, inget gak?” ah, temennya si mungil, terbayang sosoj wanita berbadan aduhai yang mungil dan doyan makan itu di benakku. “Gimana, Ray? Ikut Gak nih?” Tanyanya lagi, menyadarkanku dari lamunanku.
“Oke...Gua usahain,” kataku seketika bersemangat, bangkit dari kasur, dan mulai bersiap menyelesaikan kerjaan hari ini, dan menyiapkan beberapa instruksi untuk bawahanku sementara aku mengambil libur beberapa hari, yah, liburan deh sesekali.
Begitu tiba di Bali, kami langsung menuju Seminyak, menurut Ben, kekasih hatinya itu dan teman – temannya sedang dinner di salah satu kafe di sana. Ben juga berhasil mengajak Mike dan Kenny, tentunya dengan iming- iming pantai, bule dan cewek cakep, mereka tidak akan bisa menolak. Andy dengan berat hati tidak ikut karena dia bekerja 9-5, tipikal pengacara yang tidak akan bisa mengambil libur dadakan, karena setiap harinya ada case yang butuh perhatiannya, tentunya ia tidak melepaskan Ben begitu saja, setelah puas mengumpat panjang lebar pada Ben, mengeluhkan mengapa Ben tidak merencanakan perjalanan sejak bulan lalu, yang oleh Ben, seperti biasa hanya dijawab dengan tawa penuh rasa tak bersalah, “Sorry, Bro, lupaa… haha.”—barulah Andy rela menutup teleponnya.
Begitu kami memasuki kafe, kulihat tak tampak banyak meja di sana, hanya ada beberapa di sudut – sudut ruangkan, pencahayaannya agak temaram, sebagian besar area kosong yang mungkin tadinya tempat meletakkan meja, tampak telah disulap menjadi lantai dansa, tampak beberapa pasangan yang berdansa diiringi music yang diputar cukup keras oleh sang DJ.
Mengikuti langkah Ben, kami mendekati sebuah meja di sudut dalam kafe, Kana nampak riang, ia langsung berdiri dari dudukya dan menghambur dalam pelukan Ben, yang merentangkan tangannya lebar, memeluk kekasih hatinya itu dengan ekspresi penuh rindu.
Kenny memutuskan untuk menganggu suasana romatis ala film di depan kami, “Oi, udahan, oi. Kasihanilah kami para jomblo,” Candanya sambil menarik – narik Ben, mengundang gelak tawa di meja itu.
Kuperhatikan di meja ini hanya ada 3 wanita, Kana dan 2 orang temannya, Si Mungil gak ikut? s**t! Dia memang berasumsi sendiri kalo si Mungil ikut saat Ben menyebutkan Kana dan teman kantornya, jelas teman kantornya bukan Shella seorang.
Kana bergeser ke tempat duduknya, kemudian memperkenalkan temannya, Ben duduk merapat padanya. “Kenalin ini Sandra, dan Kelly, temen sekantorku juga.”
Aku, Kenny dan Mike yang masih berdiri di sekitar meja, menyalami teman – teman Kana yang berdiri dan memperkenalkan dirinya.
“Kalian bertigaan aja?” Tanya Mike setelah usai memperkenalkan diri.
“Berempat, lagi ke toilet Si….” Kana menunjuk kea rah toilet yang kami belakangi, matanya kemudian tertuju pada ruang sempit antara aku dan Kenny berdiri, melambai riang. “Shell!” Panggilnya. Deg!
Sedikit bergeser, Kuputar kepalaku, nampak si mungil berdiri di sana tertegun bingung, Ia tampak agak beda hari ini, rambutnya tak lagi sepanjang pinggang, ada tambahan gelombang di ujung rambutnya, seperti biasa pakaiannya hari ini pun menampakkan lekukkan tubuhnya yang indah, tidak ketat, hanya entah mengapa tampak pas di mataku.
Dengan ekspresi sedikit bingung dan ragu, akhirnya ia melangkah mendekat, tersenyum gugup pada kami, dan mengambil tempat duduk tepat di seberang Kana.
Shella POV
“Siapa, Na?” Tanyaku pelan pada Kana di seberangku, namun dengan kedekatan yang mereka tunjukkan sudah bisa kutebak jawabannya.
“Inget Ben, kan? Kita akhirnya officially jadiaan minggu lalu, hehe...” jawabnya sambil tersipu malu, terpancar kebahagiaan di wajahnya, kualihkan pandangku pada wajah yang sedikit asing itu, Ben memeluk pinggang Kana sedikit lebih erat, mengecup sekilas pipinya kemudian berbalik padaku, “Hai, shella, ketemu lagi.”
“Hai juga, Ben, kapan nyampe?” Meski tak yakin pernah bertemu sosok yang diklaim sebagai kekasih Kana ini, namun beberapa kali mendengar ceritanya dari mulut Kana, membuatku merasa sedikit familiar, jadi aku memutuskan berusaha bersikap ramah.
“Baru nih, langsung dari airport kita,” Jawabnya
Ketika kurasakan kursi di sampingku ditarik, dengan ragu kutengok, kuperhatikan sessosok pria dengan wajah bahkan lebih tampan dari Ben, duduk di sampingku. Ia mengenakan kaos Polo putih dan celana panjang warna khaki. Menyadari tatapanku, Ia menengok ke arahku, mengangguk kecil padaku yang kubalas dengan senyuman kecil, dan segera kualihkan pandanganku darinya, banyak sekali orang baru yang kuhadapi hari ini, membuatku sedikit gugup, segera kuambil gelas jusku dan kusedot perlahan, kemudian berusaha melanjutkan, “Oo, kalian nginap di daerah Seminyak?” Tanyaku lagi.
Serempak semua mata tertuju padaku, dahiku berkerut bingung, “Kenapa?” Tanyaku.
“Mereka bakal sharing Villa sama kita, Shel,” Jawab Sandra dari ujung sana.
“Lu belum bilang sama Shella ya, Kan?” Melihat ekspresiku yang bingung, Kelly bertanya pada Kana yang duduk persis di sebelahnya
“Eh, bukannya udah ya?” Elak Kana dengan ekspresi tertegun. ”Kayakya udah bilang dari bulan lalu deh…” Ia nampak mencoba mengingat – ingat, aku masih bingung dan sedikit kaget, merasa belum mendapat info ini sama sekali. “Masa? Gak tahu lhoo…”
“Oh!” Seru Kana tiba – tiba, “Gue lupa...! Sempat mau kasih tau lu, Shel, Terus kepotong sama panggilan Bu Ani, gue jadi lupa beneran deh, duh… Soryy…” ucapnya dengan nada memelas.
Aku hanya bisa menghela nafas dan mengangguk kecil, berusaha menyunggingkan senyumku dengan paksa, tak ingin merusak suasana liburan yang awalnya berjalan mulus ini, meski merasa sedikit tidak nyaman dengan informasi baru ini. Gak mungkin kan bisa tiba – tiba nyaman dengan keberadaan makhluk – makhluk ganteng ini, padahal untuk merasa nyaman ngobrol dengan Kelly dan Sandra aja, Aku butuh waktu hampir satu setengah tahun, ditambah liburan setengah hari ini, di mana kami menghabiskan banyak waktu bersama untuk sharing dan ngobrol, sehingga muncul rasa kedekatan itu.
Raymond POV
Si mungil di sampingku, nampaknya baru mengetahui kalo kami bakalan sharing villa dengan mereka, ya kali, Ben jauh – jauh nyamperin Kana cuma buat tinggal jauh – jauhan. Imposibble! Tapi aku juga sedikit terkejut dengan informasi baru ini, kukira kami bakal menyewa villa di sekitar villa yang mereka tempati, bukan malah sharing di tempat yang sama. Haha…
Kuperhatikan meski ada senyum tersungging di wajahnya, namun ia terlihat sedikit tak nyaman.
“Hey, masih inget?” panggilku mencoba mengalihkan perhatiannya, ia jelas bukan tipe yang nyaman dengan orang baru, berbeda dengan teman – temannya yang lain, Sandra dan Kelly tampak sudah asyik mengobrol dengan Mike dan Kenny, “Aku Raymond, panggil aja Ray,” kuulurkan tanganku padanya, mencoba memperkenalkan diri sekali lagi, mana tahu dia lupa.
Dengan ragu ia membalas uluran tanganku, “Shella,”
Oke fix, dia gak inget, sebegitu tak berkesan perkenalan pertama kami.
“Kita udah pernah kenalan, Shel, inget gak? Gue Kenny,” Timbrung Kenny dari belakangku, sedikit menggeser badanku ke samping, mencoba menarik perhatian Shella padanya.
“Masa ya? Hallo, Kenny,” ucapnya masih dengan tampang penuh tanda tanya, mungkin berusaha mengingat. Duh… Muka bingungnya pengen kuuyel – uyel rasanya, kok gemes ya.
“Company dinner, Shel.” Kana mencoba mengingatkan, akhirnya inget kalo di sini gak cuma dia dan Ben aja.
“O, ya ampun… Sorry, sorry, agak pelupa gue, terutama kalo baru ketemu sekali, hehe…Sorry!” Tersipu malu dan sedikit menunduk.
“It’s Okay, Shel, gue Mike ya, jangan lupa lagi… hahaha…” Canda Mike mengundang tawa dari bibir Shella, Oh! Ya ampu! senyumnya itu… Manis sekali!