Antara Ibu, Istri, dan Iman yang Runtuh

1400 Words

Dara duduk di warung kopi sederhana dekat gang masuk kompleks. Tempat itu bukan tempat biasa untuk pertemuan yang mendebarkan. Tapi pagi itu, warung kopi itu terasa seperti ruang interogasi KPK. Ia menyesap kopi hitam yang pekat. Bukan karena suka—karena butuh. Jantungnya deg-degan, tangan dingin. Tapi wajahnya tetap kalem. Dara adalah perempuan yang bisa memasak sambal dengan air mata, dan tetap tersenyum sambil menyajikannya. Sepuluh menit kemudian, Della datang. Pakai blouse krem, celana bahan, dan sepatu hak rendah. Rapi, wangi, dan senyumnya... menyebalkan. > “Mbak Dara?” “Iya.” “Terima kasih udah mau ketemu.” Dara duduk dengan punggung tegak, tangan dilipat di d**a. > “Langsung aja, Mba. Saya bukan tipe perempuan yang doyan basa-basi. Kecuali kalau itu sambal terasi.” D

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD