Diamnya Dara, Tangis yang Tak Didengar

1214 Words

Sudah hampir sebulan mertua tinggal bersama. Dapur bukan lagi tempat Dara menciptakan cinta lewat masakan. Kini itu jadi panggung utama penghakiman harian. Apa yang dimasak, salah. Apa yang dibeli, boros. Apa yang dipakai, norak. Dan puncaknya… datang malam itu. Di meja makan, Rafi baru pulang kerja. Wajahnya lelah. Dara menyuguhkan teh manis, walau ia tahu suaminya lebih suka kopi. Mertua menyambut Rafi dengan cerita seperti biasa. “Fi, kamu tahu nggak, Ibu tadi bersih-bersih kamar si kecil… Ternyata baju-bajunya banyak yang nggak disetrika. Kasian banget cucu Ibu, ya…” Rafi memandangi Dara. “Kamu nggak setrika baju anak?” Dara menarik napas. “Aku nyetrika malam-malam, Mas. Tapi kemarin Zahra tidur sambil peluk bajunya. Aku nggak tega ganggu.” Mertua menggeleng. “Alasan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD