PART 7

1372 Words
•• Setelah membaca pesan dari Bastian, Nizar pun langsung menyambar kunci mobil dan berjalan dengan cepat keluar ruangannya. Delia yang melihat Bos nya akan pergi, lantas memanggil dan bertanya. " Pak Nizar, maaf.. Bapak mau kemana?" Nizar menoleh dengan raut wajah penuh amarah. " Apa aku harus laporan kepadamu saat aku ingin pergi dari kantor..?! Huuhh?!" - Nizar berkata dengan nada ketus. " Ma..Maaf Pak, ta...tapi nanti setelah jam makan siang Bapak ada meeting dengan klien baru kita untuk membahas tema Iklan.." " Batalkan semua pertemuan hari ini..! Dan atur ulang besok!" - Nizar pun melangkah pergi dengan langkah tergesa. Delia hanya dapat diam terpaku ditempat.. Ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan percakapan keduanya. " mengapa Ia terlihat marah dan pergi tergesa-gesa? ada apa dengan Kak Nizar...?" - batin Levia. Levia pun menghampiri Delia di meja kerjanya. " Maaf, Mba Delia.. Pak Nizar apa ada di ruangannya?.." " Oh.. baru aja Pak Nizar pergi mba.. Ada yang bisa saya bantu mba..?" " Heem.. Iya mba, tadi Bu Eveline meminta saya untuk bertemu Pak Nizar untuk membahas konsep Iklan dari klien kita yang baru.." " Oh begitu ya mba.. tapi baru aja Pak Nizar nya pergi, dan sepertinya sih nggak balik kantor ya mba. Karena tadi Pak Nizar meminta saya untuk membatalkan semua pertemuan hari ini sama klien." Levia mengangguk. " Baik mba Delia kalau begitu, terima kasih. Saya permisi mba..." " Oh Iya silahkan mba Levia.." Levia pun meninggalkan Delia dan berjalan kembali ke ruangan kerjanya. Dengan perasaan sedikit bingung mengapa Nizar pergi terburu-buru dan dengan raut wajah penuh amarah. " Ahh.. kenapa aku jadi kepo dengan urusannya, tidak tidak via. jangan campuri urusan yang bukan menjadi urusanmu.." Via pun kembali melanjutkan pekerjaannya. ~~••~~ Nizar memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju lokasi yang telah di share oleh Bastian. Nizar mencengkeram erat stir mobilnya, seolah masih tak percaya dengan apa yang baru saja Ia dengar dari Bastian tentang Reza. Tak butuh waktu lama akhirnya Nizar pun sampai di lokasi. Banyak mobil polisi sudah terparkir disana. Ia bergesa untuk masuk ke dalam guna melihat kondisi sahabatnya. Namun belum genap Ia melangkah masuk, tangannya dicekal oleh salah seorang petugas di lokasi tersebut. " Maaf, anda siapa? ada kepentingan apa? di dalam sedang dilakukan penggeledahan terhadapa salah seorang yang terduga terlibat dalam kasus penyalahgunaan obat terlarang." " Saya sahabat orang yang terduga tersebut Pak... Tolong ijinkan saya masuk ke dalam." " Anda tidak diperkenankan untuk masuk, silahkan tunggu disini.." Nizar pun membuang nafas kasar. Tak selang berapa lama Bastian muncul dan menghampirinya. " Gimana Zar...?" " Dia di dalam dan gue gak bisa masuk." " Kita sabar aja tunggu disini.." Sekitar sepuluh menit menunggu, akhirnya polisi keluar dan membawa Reza yang kini sudah di borgol di pergelangan tangannya. Nizar menatap pilu kepada sahabatnya itu. Nizar menghalau langkah mereka, " Za.. kenapa bisa sampai begini?.." " Maafin gue Zar.. Tolong gue.." - ucap Reza lirih. Kemudian polisi melanjutkan membawa Nizar ke dalam mobil polisi, Nizar dan Bastian ikut bersama rombongan polisi tersebut. Nizar ingin membantu sahabatnya, dan ingin tahu alasan sebenarnya mengapa Ia bisa terjerat kasus seperti ini. Di dalam mobil yang kini dikendarai Bastian. Nizar terus memijit keningnya yang terasa sangat pening. " Gue gak nyangka Reza bisa pakai narkoba Zar.." " Apalagi gue Bas.. Kenapa coba dia bisa kenal barang haram itu! Pergaulan mana yang membuat dia jadi seperti ini..!" " Beneran gak habis pikir gue!" - Bastian. Sesampainya di kantor kepolisian, Nizar dan Bastian menunggu Reza sampai selesai menjalani proses pemeriksaan oleh petugas. Sekitar satu jam lebih menunggu, Nizar pun meminta ijin kepda petugas agar dapat berbicara sebentar dengan Reza. Petugas pun mengiyakan permintaan mereka. Nizar dan Bastian kini duduk berhadapan dengan Reza. Nizar dan Bastian saling pandang untuk sesaat, lalu Nizar menatap tajam ke arah Reza. " Sekarang lo bisa jelasin semuanya ke gue Za? Ada apa dengan semua ini? Dimana lo kenal sama barang-barang haram kaya gini..?!" - Nizar bicara dengan nada tinggi. Bastian mencoba menenangkan sahabatnya itu. " Sabar Zar.." - ucap Bastian lirih. Reza tetap tak bergeming, Ia belum membuka mulut dan berbicara ataupun menjawab pertanyaan Nizar. Bastian yang gerah karna Reza tak jua membuka suara pun itu geram. " Za...! lo gak tuli kan?! Jawab dan jelasin semua ke kita!!" Reza nampak menarik nafas panjang dan menghembuskannya. " Maafin gue Zar.. Bas.. Gue khilaf, awalnya gue cuma jadi kurir, tapi lama kelamaan gue tertarik untuk cobain barang itu, sampai pada akhirnya gue ketagihan dan jadi pemakai tetap." Nizar geleng-geleng kepala. Betapa terkejutnua Ia mendengar pengakuan Reza. " Kurir?? Pemakai??Za..! are you kidding me? come on dude! kenapa bisa lo sampai jadi kurir? Hahh???!! Bukannya pekerjaan lo selama ini udah cukup baik untuk menopang biaya hidup lo dan juga keluarga lo..?" - Nizar " Nggak Zar, gue masih serba kekurangan. Dan gue waktu itu perlu uang cukup banyak, makanya gue ambil jalan pintas ini supaya gue bisa dapat duit yang banyak dan cepat." " Reza..Reza.. Lo itu bodoh atau gimana? Lo pikir apa gunanya kita-kita ini disamping lo? ada gue, Nizar, Rio, Angga.. Lo anggap kita apa? huh??!" - Bastian " Za.. apapun alasan lo, lo tetep salah, dan sekarang kalau udah gini. Lo pikir gimana kondisi nyokap lo pas tahu anaknya ketangkap sama polisi kasus narkoba..?" - Nizar " Zar, Bas, Gue mohon sama kalian.. Jangan kasih tahu Nyokap dan keluarga gue soal ini. Please. Gue gak mau buat mereka cemas." Kali ini gantian Bastian yang memijit pelipis matanya. " Oke! Gue akan rahasiain ini dari Nyokap dan keluarga lo. Dan gue juga akan siapkan pengacara untuk dampingi lo dalam kasus ini..." - ucap Nizar mantap. Bastian menoleh ke arah Nizar, menatap dalam ke arah Nizar lalu menghembuskan nafas kasar. " Oke Zar, udah kan? Kita cabut yuk.." - ajak Bastian Nizar mengangguk, Reza yang mendapati Bastian berkata demikian menunjukkan raut wajah tak suka. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini. " Oke Za, gue sama Bastian balik dulu.." " Zar, gue mohon... bantu gue keluar dari sini.." - Reza mencoba memelas kepada Nizar. Bastian yang mendengar itu pun memutar bola matanya, Ia jengah melihat Reza. " Za.. berani berbuat berani bertanggung jawab, Nizar pasti bantu lo. Tapi semua keputusan ada di pengadilan nanti." - ucap Bastian Reza kembali menatap tajam ke arah Bastian, tangannya mengepal. Bastian dan Nizar kini berjalan menuju parkiran, Nizar mengeluarkan ponsel dari saku celananya lalu menghubungi seseorang. " Pak David.. Saya ingin minta bantuan Bapak.." "...." " Ya Pak, untuk sahabat saya Reza.." "...." " Narkotika Pak, silahkan Bapak bertemu langsung dengannya di Polres ****" "...." " Baik Pak, terima kasih banyak." Nizar pun kembali memasukkan ponsel ke saku celananya. Bastian mengantar Nizar kembali ke Apartement tempat dimana Reza tertangkap tangan oleh Polisi. Karena mobil Nizar Ia tinggal disana. " Lo yakin mau bantu Reza, Zar..?" Nizar mengedarkan pandangannya keluar jendela mobil. " Kenapa lo nanya gitu ke gue? Pasti lah gue bantu dia. Gimana pun dia sahabat kita Bas.." Bastian hanya mengangguk. Bastian tahu betul Nizar sudah menganggap Reza seperti saudara nya sendiri, sejak dulu Nizar selalu membantu Reza dalam hal apapun, dimulai dari finansial keluarganya, permasalahan Reza dengan Ayahnya, dan lain-lain. Tapi kenyataanya, Reza tidak tahu diri. Terdapat sebuah rahasia besar tentang Reza yang belum Nizar ketahui, Sebetulnya Bastian ingin sekali mengatakan hal itu kepada Nizar, namun Ia tak tega kepada Nizar. Apalagi ternyata Reza malah tertangkap atas kasus Narkoba. Ia akan menunggu sampai waktunya tepat. Bastian kembali memijit kening dan membuang nafas kasar. " Lo udah bilang Rio dan Angga soal ini..? " - Tanya Nizar Bastian menggeleng, " Belum Zar..." " Jangan dulu deh, biar mereka berdua gak panik.." Bastian tak menjawab, hanya mengangguk. ~~••~~ Nizar kini tengah berada di mobilnya, dan menuju ke rumah. Ia tak berniat kembali ke kantor, rasanya kepalanya sudah cukup penuh oleh masalah Reza. " Ah.. ya, aku harus hubungi Delia, untuk mengatur ulang jadwal meeting dengan klien esok hari.." Nizar memasang earphone bluetooth di telinga kirinya, lalu men - dial nomor Delia. " Halo Delia, tolong kamu atur ulang jadwal meeting besok ya.." "..." " Oh ya, ada apa memangnya?" "..." " Oke, sampaikan ke Via, jam 9 pagi saya tunggu di ruangan saya." "...." " Oke, thanks Delia." Nizar kembali fokus menyetir mobilnya. ••
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD