••
" Bagaimana Para Saksi? Sah?.."
" SAH..!"
Riuh tamu undangan mengucap syukur atas SAH nya pernikahan Angga.
Reza, Nizar, Bastian, dan Rio pun sangat bahagia melihat sahabatnya kini telah menikah.
Ditengah kebahagiaan itu, tiba-tiba ponsel Reza berdering yang membuat ketiga sahabatnya itu menoleh ke arahnya, Reza yang menyadari kini Ia tengah dipandang oleh sahabatnya pun langsung tersenyum kikuk dan berkata.
" Nyokap gue, bentar yaa gue angkat dulu..." - ucap Reza dan Ia beranjak pergi keluar gedung.
Nizar dan Rio tidak merasa aneh dengan sikap Reza, berbeda dengan Bastian, Ia sedikit menaruh curiga kepada Reza. Ia tahu, sebetulnya Ia tidak patut mencurigai sahabatnya sendiri, namun sikap Reza benar-benar aneh. Ia merasa Reza menutupi banyak hal, namun tak berani berasumsi, Bastian pun ingin menyelidiki dahulu sebenarnya ada apa dengan sahabatnya yang satu itu.
" Woy, Bas..! kok bengong, ayo foto, itu si Angga udah minta kita naik ke pelaminan buat foto..!" - tepukan bahu dari Rio membuyarkan Bastian.
" Oh.. Iya, Oke. Yuk!!"
Bastian berjalan mengikuti Rio ke arah pelaminan yang disana sudah ada Angga beserta istrinya dan Nizar,
" congrats Bro!!! finally...!" - Bastian menyalami Angga dan memeluk sahabatnya itu.
" Ha..Ha..Ha.. makasii makasii..."
" Loh, Reza mana?.. kok gak diajak foto sekalian..?"
" Tadi udah gue susulin keluar, ehh taunya dia udah pakai Jaket dan Helm, pas gue tanya mau kemana, dia cuma jawab " gue cabut duluan, ada hal penting." dia titip salam aja buat lo Ngga.." - Rio menjelaskan.
" Yah, gak asyik tuh anak, kenapa sih, akhir-akhir ini sok sibuk banget..!" - Angga menimpali dengan wajah sedikit kecewa.
" Udah..Udah.. Mungkin dia emang lagi ada urusan yang gak bisa ditinggal dan penting, Kapan nih mulai sesi fotonya..?" - Nizar
" Aneh..." - gumam Bastian.
Akhirnya keempat sahabat itupun melakukan sesi foto.
••
" Kita pamitan dulu yuk sama Angga.." Nizar.
" Bro, kita pamit ya, once again, congrats!" - Bastian
" Kok buru-buru sih kalian..!" - Angga
" Udah capek gue, semaleman gak bisa tidur nyenyak.." - Rio
" Siapa suruh teler..!" - Angga
" Yah, namanya juga lagi stress, Bini gue juga belom gue tengokin nih." - Rio
Nizar dan Bastian hanya terkekeh mendengar percakapan Angga dan Rio.
" Oke, makasi ya.. hati-hati dijalan..!" - Ucap Angga yang kembali menyalami dan merangkul ketiga sahabatnya itu, diikuti dengan sang istri yang juga menyalami dan mengucapkan terima kasih kepada ketiga sahabat suaminya.
" Oke, kita balik yaa.. Selamat belah duren!! Mbak, cepetan bikinin keponakan yaa buat kita-kita..!" - Bastian.
Istri Angga hanya tersenyum malu mendengar ucapan Bastian, dan diiringi tawa keras dari Nizar dan Rio.
••
Ketiganya kini tengah di parkiran.
" Yo.. lo balik bareng gue apa Bastian?" - Nizar
" Bareng Bastian aja Zar, lebih searah sama dia kan, lo juga mau ke kantor kan?." - Rio
" Hmm.. Iya sih, yaudah kalo gitu, gue duluan yaa..!" - Nizar
" Oke Bro, hati-hati...!" - Bastian
" Siaap...!" - Nizar
Nizar masuk kedalam mobil, menyalakan mesin mobil lalu melaju meninggalkan gedung pernikahan.
" Ayo Bas! Lo bengong mulu dari tadi..!" - Rio
" Eh.. Yaudah Ayo...!" - Bastian
Keduanya kini di dalam mobil dan sedang menuju Rumah Rio, dalam perjalanan Bastian masih saja memikirkan tentang keanehan sikap Reza, dia benar-benar berubah, bahkan disaat sahabat mereka menikah pun, bisa-bisanya Reza pergi meninggalkan acara.
" Yo.. lo ngerasa aneh gak sih sama sikap Reza?" - Bastian
" Aneh gimana maksud lo..?"
" Ya aneh, gue perhatiin belakangan ini si Reza tuh jarang kumpul bareng kita, trus sekalinya kumpul dia jarang ngobrol, beda banget sama Reza yang dulu. Dan tadi yang paling aneh, masa tiba-tiba dia pergi gitu aja dari nikahan Angga.."
" Hmm.. gimana ya, sebenernya iya aneh sih. tapi kan kita gak tau apa penyebabnya, mungkin bener emang dia ada keperluan mendadak dan penting tadi .."
" Gue harus nyelidikin dia.."
" Mau ngapain lo? ntar kalo dia tahu dan salah paham!!"
" Gak lah, udah lo tenang aja..."
Rio hanya terdiam.
Setelah mengantar Rio ke rumahnya, Bastian berniat menuju kantor Nizar, Ia ingin membicarakan tentang Reza kepada Nizar, karena menurutnya Nizar lah yang paling dekat dengan Reza sejak masih di bangku SMA.
~~••~~
Di kantor, Nizar sudah berkutat dengan segudang pekerjaan yang menantinya. Manager hanyalah sebuah pangkat baginya, pada kenyataanya Ia mengemban tugas layaknya Direktur di Mahendra Corporate.
Nizar mengangkat gagang telepone di mejanya, lalu men- dial satu angka.
" Delia, tolong ke ruangan saya.."
"..."
" Oke, saya tunggu."
Tak berapa lama setelah menutup panggilan. Pintu ruangan nya pun terketuk.
" Bagaimana dengan pelamar itu? Kamu sudah menghubunginya? Bukankah saya minta dia untuk datang pagi ini..?"
" Iya Pak, saya sudah menghubungi saudari Levia Putri Samantha, namun dia meminta untuk dijadwalkan ulang interview nya Pak, dikarenakan ingin mengantar Ibu nya ke rumah sakit."
" Oh.. Begitu, jadi kapan jadwal interview nya?"
" Saya jadwalkan ulang besok di jam 10 pagi Pak.."
" Ok, kalau begitu. Terima kasih infonya. "
" Sama-sama Pak, apa ada yang bisa saya bantu lagi..?"
" Sudah, cukup. kamu bisa kembali ke ruangan kamu.."
" Baik Pak, saya permisi.."
Delia keluar dari ruangan Nizar.
" Ibunya sakit? itu berarti Ny. Samantha yang sakit?.. Aku sangat penasaran dengan Levia, aku akan coba mencari info tentangnya.." - batin Nizar.
Nizar membuka layar laptopnya dan mulai mencari tentang Levia. Beberapa saat dia men- scroll suatu artikel. Tiba-tiba pandangannya terhenti dan Ia menyipitkan mata.
" Lulusan terbaik dari Universitas Humboldt Berlin?...
Wow.. ternyata dia wanita cerdas..!"
Nizar kembali men- scroll artikel tersebut dan menemukan fakta bahwa Levia adalah anak sulung dari pasangan Tn. Bramantyo Samantha dan Ny. Artika Sari Samantha, dan mereka memiliki puteri kedua yang bernama Adinda Putri Samantha yang bersekolah di Sekolah Pelita Bangsa.
" Hah..? Pelita Bangsa? itu sekolah Belia, adiknya bernama adinda..? dan.. oh.. wait, Belia cerita kalau kakak sahabatnya baru pulang dari Jerman, dan Belia juga diberikan oleh-oleh gantungan kunci bertuliskan kata Berlin .. Apa mungkin...?"
TOKK TOKK....!
" Ya Masuk...!"
Delia membuka pintu,
" Maaf Pak mengganggu, ada Pak Bastian ingin bertemu dengan Bapak..."
Tak lama kemudian Bastian muncul dari balik punggung Delia dan melangkah masuk ke ruangan Nizar.
" Oke, kamu bisa keluar Delia. Terima Kasih."
Delia hanya mengangguk dan kembali menutup pintu ruangan Bos nya itu.
" Sorry gue ganggu lo Zar..."
" It's oke dude, ada apa..? apa ada yang bisa gue bantu..?"
" Nope. Gue dateng kesini mau bicarain soal Reza.."
Nizar mengerutkan keningnya.
" Reza?? Kenapa sama Reza..?"
" Lo sadar gak sih sikap dia belakangan ini aneh banget..?"
" Gue masih belum paham, aneh gimana mksud lo Bas..?"
" Ya.. Aneh... Dia kayak jarang banget kumpul bareng kita, tiap diajak kumpul ada aja alesannya. Trus dia juga kayak nyembunyiin sesuatu dari kita..?"
" Ya.. kalo menurut gue sih, ya mungkin emang dia sibuk Bas, trus yang lo maksud nyembunyiin sesuatu tuh gimana contohnya?"
" Zar, udah beberapa kali gue perhatiin, tiap dia terima telepon, dia gak mau ada di sekitar kita, dia selalu alasan kalau itu dari nyokap nya lah, ini lah, itu lah... Agak gak logis, gue yakin banget dia nyembunyiin sesuatu Zar.. Tapi apa itu, gue juga masih belum tau..."
" Hmm.. Iya sih, emang dia sering sembunyi-sembunyi gitu kalo terima telepon. Dan jujur, gue emang sedikit curiga sama dia, Trus lo ada rencana apa..?"
" Gue rencana mau nyelidikin dia.."
" Nyelidikin? maksud lo..?"
" Gue mau ikutin dia, mau tau kegiatan dia tuh sehari-hari ngapain aja, dan gue bakalan dateng ke rumah nya.. Ingin tau aja, gimana kabar nyokapnya.."
" Tapi lo hati-hati, jangan sampai ketahuan dia, dan malah dia berbalik curiga ke lo, apalagi sampai salah paham."
" Iya.. tenang aja, gue bakalan main aman.."
" Yaudah oke, kapan lo mau ikutin dia..?"
" Nanti gue kabarin deh, Yaudah itu aja sih yang mau gue sampaiin ke lo, gue tau lo super sibuk Ha..Ha..Ha.. Gue cabut ya..!"
" Oke Bas, hati-hati dijalan."
Bastian bangkit dari duduknya dan berjalan sambil mengacungkan ibu jari ke arah Nizar.
Nizar menyandarkan bahunya di kursi.
Menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan.
"ada apa sebenarnya sama lo Za..?" - batin Nizar.