PEOPLE COME AND GO [INDONESIA]

"Bina! Ayok pulang! makan dulu." Teriak seorang wanita paruh baya kearah kerumunan anak anak yang sedang bermain didepan rumahnya. Anak yang merasa terpanggil itu, segera menghampirinya sembari mengusap hidungnya kasar. Wanita itu hanya bisa tersenyum dan menggeleng lelah dengan tingkah adiknya itu. "Ayok makan, tapi mandi dulu ya, kotor banget itu bajunya. Sekalian ajak Teguh ya." Ucap Kak Dwi, Kakanya Bina. Bina segera meneriaki sahabatnya itu dan mengajaknya masuk kedalam rumah. "Aku mandi dulu ya." Ucap Bina sembari menggapai handuk yang ada di pegangan tangga. Teguh pun mengangguk. Bina segera masuk kedalam kamar mandi. Teguh Satria, bocah laki laki itu adalah sahabat sekaligus cinta pertama bagi seorang Nirbina Poetry. Walau masih terbilang muda, Bina sudah tahu dan paham soal rasa suka dan cinta. Mereka bertemu saat taman kanak-kanak, saat itu Teguh selalu di bully dan Bina membelanya. Seklise itu pertemuan mereka. Bahkan kini mereka duduk di bangku sekolah dasar di sebuah sekolah yang sama. Kata orang sih, dimana ada Bina disitu ada Teguh, karena mereka bagai sepasang sepatu yang selalu bersama. "Eh, Teguh ngapain didepan kamar mandi? nungguin Bina?" Suara Kak Dwi itu bisa terdengar oleh Bina yang kini sedang ada di bawah pancuran shower. Tanpa sadar, Bina mengukir senyuman. Setelah selesai mandi, Bina segera memakai baju yang sengaja ia bawa ke kamar mandi. Saat ia bercermin, ia terdiam menatap dirinya yang terbilang besar untuk ukuran anak SD. Walau pengalaman hidupnya masih terbilang sedikit, tapi Bina sudah mengalami hal tidak mengenakan. Contohnya, saat ia baru pertama kali masuk SD, ia langsung dibully karena bentuk tubuhnya. Walau Teguh selalu membelanya, tapi tetap saja kata-kata pembully itu menancap pas kena hatinya. Dan ini menjadi salah satu faktor mengapa ia tidak berani menyatakan perasaannya pada Teguh, ia merasa kurang pantas jika bersandingan dengan sahabatnya itu sebagai kekasih. Karena Teguh itu terlalu sempurna baginya, ia tampan dan lahir di keluarga yang sangat mapan. "Bina... masih lama?" Ucap Teguh sembari mengetuk pelan pintu kamar mandi. Bina segera mengusap air matanya dan segera keluar dari kamar mandi. *** Kini mereka berdua sedang duduk dan menikmati masakan Kakanya Bina di meja makan. Lebih tepatnya Teguh sedang makan dan Bina hanya melihatnya tanpa menyentuh makanannya sendiri. Teguh yang sadar sedang ditatap itu, segera menoleh pada Bina. "Bina gak makan?" Tanyanya, Bina hanya tersenyum dan menyuapkan satu sendok makanannya, itu pun dengan jumlah yang kecil. Sebenarnya ia lelah, lelah harus menahan lapar agar mendapat tubuh 'normal' seperti teman-temannya. Miris bukan? Seharusnya gadis seumurnya masih bermain tanpa berpikir soal penampilan. Setelah selesai makan, mereka berdua memutuskan untuk menonton televisi diruang tamu rumah Bina. Mereka menonton kartun favorit mereka yaitu The amazing world of gumbal Mereka tertawa bersama. Teguh yang hobi sekali melontarkan joke receh itu tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Bina hanya tertawa kecil dan terus memandang pujaan hatinya itu. Menurutnya suara tawa khas Teguh itu menjadi favoritnya. Teguh pun menoleh kearahnya. "Bina cantik banget sih." Kalimat yang terlontar dari bibir seorang bocah lelaki umur sembilan tahun itu, berhasil membuat gadis yang sedang ia tatap itu tersipu malu. Bina yang memang terlabeli sebagai gadis tomboy itu segera memukul lengan Teguh. Teguh pun meringis kesakitan sembari mengelus tangannya sendiri, namun itu berhasil membuat Bina tertawa. Televisi itu tetap menyala, namun penontonnya sudah pergi ke alam mimpi. Mereka tertidur sembari berpegangan tangan. Sedekat itu persahabatan mereka, sampai-sampai keluarga mereka berdua selalu menggoda tentang hubungan mereka. Teguh yang tidak mengerti hanya diam, berbeda dengan Bina. Jika ia mendengar keluarganya atau keluarga Teguh menggoda mereka, telinganya pasti terasa sangat panas karena malu. *** Perlahan Bina membuka mata, ia sangat terkejut, karena ia terbangun di atas kasurnya. Ia pun segera keluar untuk menanyakan keberadaan Teguh pada kakaknya. Namun, saat ia melangkah keluar, ternyata ibunya yang super sibuk itu baru saja pulang dan sedang duduk diruang televisi. Saat ia melihat kearah jam dinding, ternyata memang sudah pukul enam sore. "Eh ade, ini ibu bawain bolu kesukaan ade." Ucap Ibunya sembari menyodorkan sebungkus bolu kemasan padanya. Bina berterima kasih dan menanyakan keberadaan Teguh pada Kakanya yang sedang duduk disamping ibunya. "Pulang, tadi mamahnya dateng. Dia mau pergi katanya." Jawab Kakaknya. Bina hanya mengangguk mengerti, ia yang tadinya akan masuk kedalam kamarnya itu, ditahan oleh Ibunya. Sebenarnya kedekatan Bina dengan ibunya itu tidak seperti ibu dan anak pada umumnya. Ibunya ini seorang wanita karir yang sangat fokus pada pekerjaannya, dan hanya dengan cara memberi uang atau barang saja, ibunya itu menampakan cintanya. "Ade mau ngerjain PR dulu bu." Ucap Bina yang berbohong. Akhirnya ibunya itu mengizinkan Bina untuk kembali kedalam kamarnya. Saat sudah ada di dalam kamar, ia membuang bolu itu, bukan tidak menghargai ibunya. Tapi lagi-lagi karena alasan yang sama seperti saat makan dengan Teguh. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur dan memejamkan mata. Ia pun terlelap sampai pagi.