Part 1

1722 Words
Part 1 Jeder Absatz, den ich schreibe, enthält immer etwas über dich (Setiap paragraf yang aku tulis selalu berisikan tentangmu.) **** Marcelle Ar-Rasyid tahun ini genap berusia 25 tahun. Lepas menyelesaikan study doctornya tahun lalu. Lelaki itu memilih untuk menikahi kekasih hatinya. Wanita yang ia cintai sejak masih kecil hingga saat ini. Katakan dia b***k cinta. Tapi, begitulah kenyataannya. Marcelle tidak bisa melepaskan wanita itu begitu saja, apalagi saat dirinya terus menginginkan wanita itu. "Dad, Mom. Marcelle mau melamar Jesika." Ya, Jesika. Itulah nama wanita yang begitu Marcelle cintai. Wanita yang selalu bisa menjadi pedal rem, saat ia hampir hilang arah setiap kali menghadapi musuh bisnis keluarganya, yang sengaja menyentuh adik bungsunya. "Gitu dong Kak. Berani. Nikah itu enak loh, ya kan sayang?" Tanya kembaran Marcelle kepada wanita yang duduk di sampingnya. Ya, keluarga Ar-Rasyid tengah menikmati makan malam mereka. Dan seperti biasanya, akan ada bahan perbincangan di meja makan dan perbincangan bisnis dilarang muncul dalam pembahasan setiap malam karena anak bungsu mereka akan mengamuk nanti. Karena Marcelle sangat tahu jika adiknya sangat benci sekali dengan dunia bisnis sampai di usianya yang sudah 20 tahun itu, malah memilih untuk terjun ke dunia hukum. Dunia yang sama sekali tidak pernah ada di pikiran Marcelle mengenai adiknya. Dia pikir Bella akan mengambil seni ternyata tidak. "Mana aku tahu El, kan kita belum menikah." Sindiran halus wanita berkerudung membuat semua orang yang ada di meja makan tertawa. "Hahaha... ya ampun sayang, Kakak kamu itu terlalu luar biasa ya. Masa tidak peka jika Kak Alexa itu kode minta di lamar. Aku kalau jadi kakakmu sudah aku lamar dari dulu." Ledek pemuda yang selalu menempel dengan adik bungsunya, Alden Johnson. Lelaki yang dijodohkan dengan adiknya. "Wahai Tuan Alden Jhonson, jangan berharap anda bisa bersama adikku! Langkahi dulu mayatku baru bisa." Marcello menjawab ucapan Alden yang memang malam ini tengah duduk bersama di ruang makan keluarga Ar-Rasyid. Adik keduanya itu memang selalu bisa diandalkan. Marcelle yang sedari tadi menyaksikan mereka hanya diam tanpa mau ikut campur obrolan keduanya. Pasalnya anak bungsu dari sahabat Daddynya itu terlahir dengan sangat menyebalkan. Bayangkan saja sejak pertemuan mereka dulu di pantai, Alden jadi sering berkunjung ke rumahnya dan itu selalu membuat Marcelle tidak bisa melepaskan matanya pada lelaki di hadapannya saat ini. Ya, kalian pasti semua tahu inseden ciuman dari lelaki yang sangat Marcelle kesalkan. Apalagi dalam hitungan hari mereka akan melangsungkan pertunangan bisa dibayangkan makhluk terkutuk itu semakin menjadi-jadi nantinya. "Langkahi mayat Kak El mah gampang, tinggal aku tidurkan Kakak sekarang ke lantai, restu sudah dapat aku dapatkan. Tinggal nikah aja nih. Hahaha.." Alden sialan. Maki Marcelle. Lelaki itu tidak habis pikir dengan anak bungsu Johnson itu. Rasanya jika ada alat yang bisa diciptakan untuk menghilangkan manusia akan dia beli dan ia tembakan alat itu ke arah Alden. "Lelaki gila. Jangan kamu pikir mudah mendapatkan adikku. Karena aku tidak akan biarkan kamu mendekatinya semudah itu." Marcelle menatap Alden dengan tatapan membunuhnya. Marcelle kesal sekali dengan lelaki yang hanya terpaut satu tahun dengan adiknya. Jadi, memisahkan mereka agak sulit apalagi Mommynya sangat menyukai bocah ingusan itu, jadi hal tersebut menambah kekesalannya. "Percaya diri sekali kamu, sebagai kembaran yang berbagi kehidupan di dalam perut, aku tidak akan membiarkan kamu mendekati adikku. Kamu lupa kamu pernah hampir gagal melindungi adikku hah?!" Sindiran adik ketiganya membuat Marcelle mengingat kejadian beberapa bulan lalu. Kejadian di mana adiknya hampir saja tertembak. Beruntung si Alden itu sigap kalau tidak, auto mati ditangan Marcelle bocah satu itu. "Tidak akan terjadi Bil. Bagaimanapun aku tidak akan biarkan mereka menyentuh, kekasihku." Marcelle sangat percaya janji bocah 20 tahun itu, karena dia yakin Alden tidak akan pernah menyakiti adiknya. Yang ada adiknya selalu membuat Alden uring-uringan dan hal tersebut membuat Marcelle takut. Takut jika bocah ingusan itu khilaf dengan adiknya. Apalagi pergaulan di sini sangat bebas. Kalau sampai adiknya yang sangat dicintai ternodai gimana? "Rinso kali ah noda." Ledek Alden membuat Marcelle mendengus kesal. Apalagi melihat wajah tengilnya. "Lagian ya Kakak-kakak sekalian, kita ini mau tunangan jadi mau kalian melakukan apa pun tidak akan memengaruhi hubunganku dengan Bella." "Bisakah kamu tidak bermimpi Alden? Aku tidak akan mau bersama dengan kamu. Mau sampai anjing melahirkan tikus kek atau hanya ada kamu di dunia ini, aku tetap tidak akan memilih kamu!" "Good job sister! Memang harusnya kamu jangan memilih dia. Nanti Kakak akan carikan kamu lelaki yang tepat." "Bian!!" Seru Marcelle dan Alden bersamaan. Dibandingkan orang lain, Marcelle lebih setuju Alden. Karena di sudah tahu segalanya tentang Alden. Bagaimana ia tidak tahu? Lelaki itu hampir setiap hari ke sini. Bahkan jika weekend atau liburan pasti selalu mengikuti kemana Bella pergi. Dasar b***k cinta! "Ngaca wahai saudara. Anda juga b***k cinta karena tidak bisa mengalihkan pandangan dari Kak Jesika. Tidak tahu aja Kak Jesika itu banyak fansnya kalau di kantor. Ya aku doakan saja Kak Jesika menemukan jodoh yang terbaik. Aamiin" ingin sekali Marcelle melempar pisau yang ada di sisi piringnya. Benar deh kata Arlo dulu, anaknya sangat menyebalkan! "Perasaan kaya ada yang ngomong tapi gak ada wujudnya. Jangan-jangan..." "Kamu jangan ngaco. Nanti kalau muncul beneran baru tahu rasa." Marcelle menggelengkan kepalanya. Adiknya yang memang sangat jual mahal pada lelaki di sampingnya. Padahal Marcelle sangat tahu jika adiknya sangat menyukai Alden. Bahkan pernah Alden dekat dengan partner bisnisnya dan sang adik merajuk saat itu juga. Lucu sekali mereka. "Alden bisa diam dulu?" Tanya Marcelle serius. "Baik kakak ipar." "Kalian ini sudah kepala dua semua, tapi tingkah kalian kaya anak-anak. Mommy setuju jika kamu menikahi Jesika. Untuk apa kalian berpacaran lama-lama? Toh kalian sudah kenal sejak kecil dan seharusnya dari dulu saja kamu nikahi dia. Kenapa baru sekarang?" Raisa menatap putra sulungnya dengan wajah serius. "Malah aku punya rencana akan menikahinya kalau Bella benar-benar aman." Marcelle menatap adiknya yang saat ini juga menatap matanya. "Aku pernah bilang kan sama kalian? Jangan tunggu aku bahagia, kalian berhak mencari kebahagian kalian. Kalau Kakak berpikir demikian, aku yang akan kecewa sama Kakak, karena aku seperti penghambat kebahagian kalian." "Bella!!" Seru Marcelle bersama ketiga adiknya yang lain. Marcelle tidak berpikir seperti itu, malah dia memang sengaja untuk menunda pernikahannya karena ia ingin melihat jika adik bungusnya baik-baik saja tanpa bantuannya. Walaupun pada akhirnya mereka akan menemukan rumah sendiri. Marcelle bersumpah akan melihat rumah adiknya sampai ia yakin jika melepaskan adiknya saat itu adalah hal yang tepat. "Bella, adik Kak El yang paling cantik sedunia. Tidak seperti itu. Kita hanya tidak mau kamu terluka seperti dulu. Kakak tidak mau kamu melakukan hal gegabah itu lagi. Kamu harus pikirkan keselamatan kamu juga pikirkan orang di sekitar kamu, yang sangat mencintai kamu. Ingat betapa marahnya Daddy dan Alden kala itu? Kita hanya tidak mau kesalahan yang sama terulang kembali." Marcelle berterima kasih kepada saudara kenbarnya yang sudah membaca pikirannya sehingga bisa merangkai perkataan yang begitu epik di dengar oleh telinga. Marcelle menatap Bella yang menatap mereka dengan serius. Bahkan sekarang tatapan itu berubah menjadi sebuah smrik yang begitu menakutkan bagi mereka semua. Termasuk kedua orang tua mereka. "Don't do that. Aku tidak akan biarkan masuk dalam dunia gelapku Bella. Kamu berhak hidup seperti remaja lainnya jangan campuri masalah keluarga kita karena itu tanggung jawabku." "Hahaha... Tanggung Jawab Kakak?! Semua kejadian di masa lalu adalah tanggung jawab kita semua. Kenapa Kakak berusaha mati-matian melakukan semuanya sendiri hah?! Aku yakin, jika kecelakaan itu tidak terjadi, kalian semua tidak akan membahasnya bukan? Dan kalian semua akan tetap merahasiakan dari aku. Benar bukan?" Marcelle menghela nafasnya. Jika Bella sudah marah seperti ini, pasti ada hal yang adiknya ketahui sampai-sampai gadis cantik itu seakan meluapkan segala emosinya. Dan tatapan Marcelle jatuh pada Alden. Lelaki yang kini menatapnya dengan seksama, seakan mengatakan padanya jika buka dia pelakunya. "Jangan salahkan Alden dia tidak tahu apa-apa. Salahkan kalian yang selalu menganggap aku gadis lemah." "Bella sayang, maksud kamu apa? Kita tidak menyembunyikan rahasia apa pun pada kamu. Coba ceritakan sama Mommy kenapa kamu bisa seperti ini?" Bukannya berjalan memeluk Raisa, Marcelle malah melihat adiknya naik ke lantai atas. Sepertinya benar ada yang Bella ketahui tapi mereka tidak tahu apa. "Kalian tidak mau menceritakan pada Mommy apa yang terjadi dengan Bella?" Raisa bertanya pada anak-anaknya. Bahkan Marcelle sangat takut menjelaskan apa yang ada di kepalanya. Masalahnya gini, Bella itu masuk dalam bagian organisasi yang dibangun buyutnya. Kalian pasti tahu bukan? Ya, Association of Intelligence atau sering kalian sapa AOI. Sebuah organisasi yang menyediakan jasa bantuan bela diri, dokter dan juga teknologi. Sejak kepemimpinan Marcelle di sana, masuk dalam bagian AOI sangat lah sulit. Karena lelaki itu akan mempersiapkan tes yang luar biasa menakjubkan sulit. Sejak insiden di masa lalu, di mana ibunya hampir saja meninggal saat melahirkan adik bungsunya. Ia bersumpah saat itu, kalau dia akan membuat organisasi yang di kembangkan Rafael harus melahirkan anak buah yang begitu cekatan dan sangat terlatih. Dan pastinya siapa pun yang mengkhianati Marcelle dia akan bunuh detik itu juga tanpa kata maaf sedikit pun. Dan begitulah orang lain mengenalnya sebagai monster berbahaya. Mencari masalah dengannya, harus siap kehilangan harta dan nyawanya. Karena Marcelle, pasti akan melakukannya. Melakukan hal melebihi apa yang Rafael lakukan dulu. "Bella masuk AOI, Mom. Bahkan dia masuk sejak usianya 17 tahun jadi saat insiden penembakan Bella. Bella sudah tahu siapa yang menyerangnya, tapi dia diam saja karena dia tengah mengumpulkan bukti. Dan mungkin dia berhasil melakukan itu." Penjelasan Alden membuat Marcelle menatap sosoknya serius. Rafael dan Raisa yang selesai mendengarkan penjelasan Alden langsung berlari ke lantai atas. "Alden, kenapa aku tidak tahu kalau Bella bagian AOI sejak tiga tahun lalu?" Marcelle menatap Alden dingin. Ia memang tidak tahu kalau adiknya bagian AOI sekarang, apalagi anak buahnya tidak ada satu pun yang menjelaskan padanya. Sepertinya Marcelle harus memberi pelajaran untuk mereka semua. "Hahaha... Bahkan kamu juga tidak tahu Bos, jika aku bergabung dengan AOI sejak usiaku 14 tahun." Ledek Alden membuat Marcelle mendengus kesal. "Bagaimana bisa kamu tidak tahu Acel? Tiga tahun loh dia gabung, masa kamu tidak tahu?" Serbu Marcello kesal. Kenapa mereka berempat bisa kelolosan. "Aku juga tidak tahu El. Tanyakan sama bocah itu kenapa Bella bisa gabung ke tempat kita." Tunjuk Marcelle ke arah Alden. "Jangan-jangan waktu penembakan Bella kala itu, lelaki terkutuk yang menyekapnya menjelaskan semuanya?" ujar Bian. "Kalau iya, sial sekali. Kita harus cepat menangkap lelaki itu." Marcelle gusar begitu pun dengan yang lain. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh adikku." Ya, Marcelle tidak akan membiarkan adiknya terluka lagi. Jika perlu, ia potong semua tangan manusia yang berani melukai adiknya. Marcelle bersumpah akan menemukan lelaki sialan itu! ???
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD