Part 05

1081 Words
-Author POV- Istvan tiba di lantai dasar mansion miliknya, ia berjalan keluar lift dengan gerakan kaki cepat dan masih terlihat ia sedang marah. Kemarahannya kepada isterinya tadi masih belum hilang. Entahlah, emosi Istvan selalu naik jika di dekat ataupun bersama Caryn. Ia tak bisa mengendalikan dirinya, selalu haus untuk menyiksa Caryn. Semenjak ia menikah, ia menjadi sosok yang tempramen. Selalu marah-marah tanpa alasan yang jelas. Itu semua karena pengaruh ke-tidakterima-annya menikahi Caryn. "Lama-lama aku bisa darah tinggi karena wanita sialan itu," gumam Istvan. Apakah dia tidak berpikir? Harusnya dia tahu kalau kemarahannya itu tidak berguna. Untuk apa melontarkan kemarahan kepada Caryn? Wanita yang tidak punya salah apapun kepadanya. Istvan celingak celinguk mencari seseorang yang akan menjadi target kemarahan selanjutnya. "SERGIO!" nada lantangnya menggema di lantai dasar. Dalam hitungan beberapa detik, orang yang memiliki nama Sergio pun tergopoh-gopoh menghampiri majikannya. "Ya, Tuan Istvan. Kau memanggilku?" Sergio membungkuk formal sesaat lalu menunduk. "Apa Caryn yang memberitahumu tentang kebenaran dibalik pernikahanku dengannya? Katakan sejujurnya, Sergio." "Tidak, Tuan Istvan. Aku sering melihatmu dan mendengar pertengkaranmu dengan Nyonya Caryn." Tidak sepenuhnya benar. Sergio secara detail tahu dari Caryn, karena Caryn bercerita akan permasalahannya dengan Istvan. Pernikahan mereka tidak bahagia, itulah kebenaran yang didengar Sergio dari Caryn. Sergio tidak membocorkan kebenaran pahit itu kepada siapapun, terutama kepada Aniela. Karena jika itu terjadi maka hal buruk akan menerjang Aniela. Sebenarnya siapa Aniela itu? Istvan menyunggingkan senyum kecut, "Ku dengar kalian membicarakan aku. Lalu apa masalahmu? Apa kau merasa dirugikan dengan apa yang ku lakukan pada Caryn hem?" Secara tiba-tiba, Istvan menarik kerah Sergio lalu menatap tajam kepala pelayan itu. Sergio meneguk salivanya, ia tahu ini akan terjadi. "Dasar tidak tahu diri! Lancang sekali kau membicarakanku, dari belakang. Kalau perlu bicaralah di depanku!" Pekik Istvan. Kalau aku bicara di depanmu, maka kau akan membunuhku. Aku tidak mau mati sia-sia, batin Sergio. Istvan semakin mengeratkan cengkeramannya pada kerahnya Sergio, "kenapa diam?!" "Maafkan aku, Tuan." "Jangan mencampuri urusanku dengan wanita sialan itu. Kau tidak berhak, Sergio. Aku tidak suka bila mendengar komentar tentangku dengan apa yang ku lakukan. Baik itu kepada Caryn ataupun siapapun!" "Tapi, Tuan. Sikapmu kepada Nyonya Caryn sangatlah tidak baik dan tidak pantas ia dapatkan. Kau suaminya, Tuan." Sergio memberanikan diri untuk mencoba membuat Istvan mengerti. Istvan bergemertak marah. Ia tidak suka bila ada yang mengatakan bahwa ia adalah suami Caryn, meskipun itu benar adanya. "Itu semua terserah padaku. Aku bebas melakukan apapun yang ku mau. Jangan menceramahi aku, jangan mengaturku, jangan membela wanita sialan itu dan ku pe.ri.ngat.kan padamu untuk DIAM saja. Jangan campuri urusanku!" Istvan melepaskan eratan tangannya dari kerah Sergio, dengan cara sedikit mendorongnya. "Ingat itu baik-baik. Jika kau tidak mendengarkan peringatanku, kau akan kehilangan nyawamu, Sergio. Aku tidak main-main," kata Istvan memberi tatapan membunuh kepada Sergio lalu melenggang pergi. Sergio menghela nafas dan berdoa yang terbaik untuk Caryn, semoga Tuhan selalu membantunya untuk tegar dalam menghadapi Istvan. Pria blasteran Yunani-Italia itu, maksudnya Istvan, kembali ke lantai atas dengan liftnya. Suara debuman terdengar nyaring, Istvan menutup pintu kamarnya tanpa perasaan. Pria berambut hitam legam itu melepaskan jas formalnya lalu melemparnya ke sembarangan arah. Ia berjalan mendekati meja lalu memukul atas meja dengan telapak tangannya. Ia menunduk dan mengatur nafasnya yang terengah-engah. Seraya memijat kepalanya yang sakit. Bayangan sosok wanita cantik dan sangat ia cintai masuk ke dalam pikiran Istvan tanpa ampun. Suara tawa, senyuman dan segala hal tentang wanita itu berputar-putar di benaknya. Nama wanita itupun kembali bertengger di dalam pikirannya, ia tak bisa melupakannya, melupakan perasaannya. Rasa rindu kembali menjelajah masuk dalam dirinya, ia merindukan wanita itu. Istvan berjalan menuju mini bar yang ada di dalam kamarnya yang luas itu. Pria itu menggulung kedua lengan kemejanya sampai siku, kemudian membuka dua kancing kemejanya. Setelahnya mengambil sebotol sampanye dan menuangkannya pada gelas, lalu menyesapnya tanpa berpikir. Istvan kembali meneguk minuman alkoholnya itu sampai berkali-kali. Lama kemudian ia seperti melayang, dalam arti dia mabuk. Itulah kebiasaannya juga semenjak ia menikah. Pria tampan itu berjalan gontai mendekati sebuah dinding. Ia melihat sebuah foto berukuran besar melekat di dinding kamarnya. Foto apa? Dirinya? Bukan. Lalu foto apa? Pernikahannya dengan Caryn? Tentu saja bukan! Istvan sama sekali tidak menyimpan atau memajang foto pernikahannya di dalam kamarnya, atau dimana pun. Kecuali kamar Caryn. Foto yang terpasang besar di kamarnya adalah foto kebersamaannya dengan seseorang, seseorang itu adalah Aniela. Aniela Xaferius, wanita cantik blasteran Yunani-Italia, berusia seumuran dengan Caryn. Aniela adalah adik kandungnya Istvan, adik satu-satunya dan sangat berarti. Sepasang adik kakak itu sudah ditinggalkan kedua orangtua mereka. Jadi, mereka yatim piatu. Orangtuanya tiada sejak umur mereka remaja dan semenjak remaja Istvan serta Aniela adiknya diasuh oleh bibi mereka. Aniela tinggal bersama bibinya saat ini, dia tidak lagi satu atap dengan Istvan. Karena Istvan sudah menikah, dan menyuruh kakak kesayangannya itu untuk tinggal berdua saja dengan Caryn. Istvan memandangi foto kebersamaan konyolnya dengan sang adik. Ia fokus menatap foto Aniela. "Andaikan aku bisa mengungkapkan yang sebenarnya, aku akan terbebas dari kesialan ini. Tapi, apa daya kakakmu tidak bisa melakukannya. Aku takut menyakiti hatimu, Aniela," gumamnya. Istvan menyesap sampanyenya, "kenapa Tuhan memberikan kehidupan seperti ini? Aku tidak menginginkan ini semua. Ini tidak adil! Kenapa harus begini? Tuhan memberikan kelemahan yang akan melenyapkan nyawamu, dan..." Ucapannya terhenti, ia enggan untuk mengatakannya lagi. "Kenapa kau meminta sesuatu yang sangat-sangat aku tidak inginkan, Aniela? Kenapa? Aku tidak ingin menikahi wanita sialan itu! Kenapa kau memintaku untuk mewujudkan keinginanmu? Andai saja kau tahu bila kau sebenarnya egois..." "...kelemahan yang menggerogoti tubuhmu telah mempersulit diriku. Aku tidak bisa melakukan apa-apa, hanya bisa mengabulkan permintaan bodohmu itu. Permintaan macam apa itu hah?" Istvan terduduk lemas dilantai, ia menyenderkan punggungnya di sisi ranjang. Ia kembali minum. Istvan tersenyum masam, "kau ingin aku mencintai wanita sialan itu, kau pikir itu akan terjadi setelah kau memutuskan untuk menjodohkan aku dengannya? Pernikahan ini? Tidak Aniela! Itu tidak akan terjadi..." "...aku MEMBENCINYA! SANGAT MEMBENCINYA! Sampai kapanpun aku tidak akan bisa jatuh cinta pada wanita br*ngsek itu. Aku tidak mencintainya, aku hanya mencintai satu wanita saja, dan wanita itu adalah..." Istvan tiba-tiba saja berhenti, ia menyunggingkan senyum masamnya. Istvan berdiri dan melangkah malas ke dekat jendela kamarnya. Ia menatap derasnya hujan dari balik jendela, ia menatap dengan tatapan dingin seraya menyesap sampanyenya lagi. "Kenapa kau lakukan ini padaku, Aniela? Adik yang egois. Keegoisan tanpa kau sadari, karena kau tidak tahu bahwa bukan Caryn yang ingin aku nikahi. Andai saja aku bisa menolak permintaanmu, aku akan menolaknya. Ku lakukan sesuai kemauanmu, itu demi kau Aniela..." "...pernikahan ini menyiksaku, dan aku akan melampiaskan kembali itu semua kepada Caryn, agar dia juga merasa tersiksa dengan pernikahan ini. Karena dia, hidupku menjadi sesial ini." Istvan mengingat Caryn, ia mengepalkan tangannya sampai gelas itu pecah. Pecahan kaca bergemeting dilantai. "Caryn Alemannus," ucap dingin Istvan seraya menatap telapak tangan kirinya yang mengeluarkan darah lalu mengepalkan tangannya yang terluka. Tidak perduli dengan rasa perih tangannya. * * * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD