Part 04

1559 Words
-Author POV- Pria tampan berpakaian formal dan tampak marah itu, tengah menarik paksa rambut panjang milik seorang wanita. Sesekali wanita cantik itu meronta-ronta minta dilepaskan, dan ia juga berusaha melepaskan diri. Tapi, usahanya selalu gagal. Pria itu yang adalah suaminya sendiri, dengan kuat dan tanpa ampun terus menarik rambut wanita itu. Siapa pria yang dimaksud? Tentu saja, Istvan Xaferius. Si pria tampan, dingin bahkan mendekati kata kejam, dan seorang CEO di sebuah perusahaan otomotif. Lalu siapa wanita itu? Dia adalah Caryn Alemannus, wanita dengan hati baiknya dan pemendam kesedihan. Dia tidak selalu menunjukkan kesedihannya, dibalik sikapnya yang ceria, ternyata dia wanita yang malang. Hidup Caryn terbilang beruntung, lantaran ia hidup ditengah kemewahan dan apapun yang ia inginkan selalu ada. Namun, unsur kemewahan tidak mendukung kebahagiaannya. Kebahagiaan sesungguhnya adalah ia mendapatkan kasih sayang dan cinta dari keluarganya. Keluarganya yang terdiri dari 5 anggota keluarga. Celia Ibunya, Franco Ayahnya dan Araldo serta Davidde kedua adiknya. Tak lupa kedua kakek neneknya yang telah tiada, namun kasih sayang mereka masih tersimpan dihati Caryn. Hanya saja, Caryn masih merasa ada yang kurang. Ia menginginkan sesuatu, sesuatu yang dianggapnya mustahil, yaitu CINTA dari pria yang sangat ia cintai. Andai saja pria itu mencintainya, maka hidup Caryn akan terasa sempurna. Bagaimana rasanya ketika kita mencintai seseorang, namun seseorang itu tidak mencintai kita bahkan mengabaikan kita? Sakit kah atau menggembirakan? "Istvan! Lepaskan aku!" Teriak Caryn dengan menahan air matanya, ia juga meringis kesakitan. Istvan diam dan terus memperlakukan Caryn dengan kasar. Ternyata Istvan membawa Caryn ke kamar yang berada diujung lorong lantai dua, itu adalah kamar Caryn. Istvan membuka pintu tersebut tanpa menutupnya kembali, lalu melempar Caryn dengan teganya. Tubuh Caryn tersungkur kebawah dalam keadaan posisi duduk. Caryn terengah-engah dan memegang kepalanya yang sakit. Ia mendongak, menatap Istvan yang sedang marah. "Tidak bisakah kau sehari saja tidak berbuat kasar padaku?" Caryn berdiri dan masih menatap Istvan. Istvan berjalan mendekati Caryn, kemudian mencengkeram dagu wanita itu. "Aku tidak bisa. Kau tahu? Aku selalu haus akan hal itu, menyiksamu!" Katanya. "Kenapa kau lakukan itu padaku, Istvan? Apa salahku padamu? Jika memang aku punya salah, bicaralah baik-baik padaku," balas Caryn yang sudah tak bisa memendam rasa penasaran. Yap! Caryn penasaran dengan alasan mengapa Istvan begitu jahat padanya. Padahal Caryn selalu menghormatinya. Sebenarnya ia sudah tahu, karena kemampuan jeniusnya. Tapi, Caryn ingin mendengarnya langsung. Caryn merasa bila ada yang disembunyikan Istvan darinya, itu sulit bagi Caryn untuk mencari apa itu yang ada didalam benak Istvan. Istvan melepaskan cengkeramannya lalu tersenyum kecut, "kau pantas mendapatkannya. Kau pantas untuk menderita." "Apa alasannya? Ini tidak masuk akal, Istvan. Kenapa kau jahat padaku? Apa salahku?" Tanya Caryn, berpura-pura. "Kesalahanmu banyak dan itu membuatku benci padamu. Kau ingin tahu alasannya? Apa kau tidak tahu?" "Aku tahu, Istvan. Karena kau tidak menginginkan pernikahan ini terjadi bukan?" "Kau benar, kau tahu tapi kau bertanya tadi. Sudah berulang kali ku katakan padamu jika aku, sangat tidak menginginkan pernikahan ini." Caryn membaca pikiran Istvan, dan ia menemukan sesuatu yang menggoreskan luka hati Caryn. Alasan lain adalah Istvan mencintai seseorang. Tapi Caryn tidak menemukan nama wanita itu. Caryn menghela nafas, "aku tahu bagaimana perasaanmu itu, Istvan. Aku mengerti dengan keterpaksaanmu itu. Tapi, tidak bisakah kau menghargai aku sebagai isterimu? Tidak bisakah kau berperilaku baik padaku? Aku tidak menuntutmu untuk memperlakukanku dengan lebih, perlakukan aku layaknya aku adalah temanmu, apa tidak bisa?" "Teman?" Istvan mengerutkan dahinya. "Kita memang menikah, kau adalah suamiku dan aku adalah isterimu. Kita sepasang suami isteri bukan? Jika memang kau tak ingin dan tidak mau menganggap aku sebagai isterimu, kau bisa jadikan aku dan anggap aku sebagai temanmu. Kita bisa menjalin pertemanan meski kita ada ikatan pernikahan. Kau mengerti?" Suara Caryn melembut dan mencoba mambuat Istvan paham. Istvan tersenyum sinis, "jadi maksudmu kau ingin aku menganggapmu temanku? Dengarkan aku, Caryn. Bahkan aku tidak ingin kau menjadi temanku. Dan kau harus tahu ini, bertemu dengan makhluk sepertimu saja aku merasa sangat sial. Aku tidak menyangka bila Tuhan menjadikan hidupku sesial ini. Kau paham?" Hati Caryn terasa sakit dan nafasnya tercekat, setelah mendengar penuturan Istvan yang terkesan menyakitkan. "Sial? Apa maksudmu?" Tanya Caryn pilu. Istvan tertawa hambar dan mengusap wajahnya kasar, "kau tidak mengerti? Harus sepanjang apa aku menjelaskanmu heh? Oke, aku akan menjelaskannya lagi tapi aku tidak akan mengulanginya." Istvan menatap Caryn dengan rasa muak, "hadirnya kau dalam kehidupanku, itu KESIALAN untukku Caryn." Caryn terpaku dan menikmati begitu sesaknya d**a, saat mendengar nada penekanan kata "kesialan" dari pria yang ia cintai. Kau bilang aku adalah kesialan untukmu? Memangnya apa yang telah ku lakukan? Apa, Istvan? Lirih Caryn membatin. Istvan tersenyum hambar, "hey! Kenapa kau menatapku sendu? Kau sedih mendengar ini? Kasihan sekali kau. Makanya jangan pernah datang dalam kehidupanku. Hidupku menjadi sial gara-gara kau." "CUKUP!" Pekik Caryn merasa sensitif. "Ada apa? Kau tidak menerima kenyataannya? Kenyataan bila kau adalah kesialan dalam hidupku?" "Tutup mulutmu! Aku sudah sabar menerima setiap perkataan omong kosong dan kasarmu. Tapi kali ini aku tidak bisa diam. Apa kau sadar kau mengatakan apa, Istvan? Kau mengatakan kata yang tak pantas untuk di dengar. Sial, kesialan, cih! Kau tidak punya etika berbicara." "Memangnya kenapa? Kau tidak terima dengan kata laknat itu heh? Kau pantas untuk mendengar dan menerimanya. Sudahlah Caryn, terima saja kenyataan bila kau sumber kesialan. Kesialan untukku." Caryn mengontrol emosinya lalu menunjuk Istvan dengan jari telunjuknya. "Jaga bicaramu, Istvan," desis Caryn. Istvan menepis kasar jari telunjuk Caryn, lalu dengan gerakan cepat ia mencekik leher wanita itu. "Kau sudah berani melawanku!" geram Istvan. Caryn menarik-narik cekikan Istvan dengan sekuat tenaga, dan terlepas. Caryn sedikit mental ke belakang dan terbatuk-batuk. Cekikan Istvan tadi kuat dan membuat nafas Caryn macet. "Ingin sekali aku membunuhmu," geram Istvan. Caryn menatap Istvan dengan sorot mata menantang, "lakukanlah! Tapi ingatlah Aniela. Apa kau sanggup membunuhku?" "Kau! Kau sudah mulai berani melawanku rupanya. Pertama kau berani membicarakanku dari belakang, kedua kau melawanku sebanyak dua kali. Dan jangan bawa-bawa Aniela." Caryn menarik nafas dan berhembus, "aku selama ini hanya diam setiap menghadapi perlakuan kasarmu ini, Istvan. Tapi kali ini kau sudah melewati batas. Kau mengatakan jika aku adalah kesialan untukmu, memangnya apa yang telah ku lakukan sehingga kau berkata seperti itu?..." "...dan Aniela, kau harus ingat dia sebelum kau memutuskan sesuatu, Istvan." Istvan mengepalkan tangannya dan menatap tajam Caryn, "karena kau hadir dalam hidup Aniela, permintaannya itu datang. Permintaan yang membuatku tidak habis pikir, mengapa ia memintaku untuk menikahimu. Menikahi wanita sial sepertimu. Semenjak itu aku baru sadar jika kehadiranmu ditengah-tengah kehidupan Aniela, kesialan langsung datang ke dalam hidupku." Tak terasa air mata jatuh dari pelupuk mata Caryn, "Istvan... ku mohon jangan sebut aku adalah kesialan. Cobalah mengerti ini semua, aku--" "Hadirmu dalam hidup Aniela, dalam hidupku, pernikahan ini, arghhh!!! Benar-benar sial! Kau wanita sialan! Kau mengubah kehidupanku yang menjadi tidak berarti!" Tukas Istvan berjalan mendekati Caryn. Caryn mundur beberapa langkah dan air mata terus melolos, "ku mohon mengertilah, Istvan. Bahkan aku..aku tidak menduga jika pernikahan ini menjadi permintaan terakhir dalam hidupnya. Kau tahu kan aku tidak bisa menolak, kau pun sama denganku. Mengertilah, Istvan. Pernikahan ini hanya sementara waktu saja. Ingat Aniela, pernikahan ini demi Aniela." "DIAM!!!" Pekik Istvan. Caryn terlonjak kaget dan berhenti berjalan mundur. Tiba-tiba saja Istvan mendorong tubuh Caryn ke atas ranjang dan menindihnya. Tubuh Caryn langsung membeku ketika tangan Istvan mengusap lembut sisi wajah Caryn. Caryn memejamkan matanya sekilas, sekedar menikmati sentuhan lembut jemari Istvan. Untuk pertama kalinya Caryn merasakan sentuhan lembut dari pria blasteran Yunani-Italia itu, tak lain adalah suaminya. "Andaikan dalam posisi seperti ini, posisimu adalah sosok wanita yang sangat aku cintai selama bertahun-tahun, betapa bahagianya aku. Seandainya aku bisa menolak permintaan itu, maka aku bisa mewujudkan rencanaku untuk menikahinya," ucap Istvan yang suaranya terdengar lembut dan serak seksi. Caryn terkejut, kedua matanya terpaku menatap mata Istvan. Ia mencoba mencari-cari siapa wanita yang dimaksud. Tapi Caryn tak menemukan nama wanita yang ada dibenak Istvan. Caryn tahu saat ini Istvan sedang menenggelamkan nama seorang wanita. Sulit baginya memecahkan siapakah wanita yang dicintai Istvan. Apakah Istvan tahu bila Caryn memiliki kemampuan khusus? Dan tahu caranya menenggelamkan suatu pikiran, sama dengan apa yang dilakukan Caryn kepada Ayahnya? Istvan terbangun dari kesadarannya dan ia lantas berdiri, dan menatap Caryn dengan pandangan muak. Istvan menarik tangan Caryn lalu menjatuhkannya ke lantai. "Aku sangat membencimu, Caryn, sampai kapanpun." Tekan Istvan lalu melangkah pergi. Setelah terdengar suara pintu tertutup dengan kencang. Saat itu juga tubuh Caryn bergetar menahan tangis. Ia berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata lagi, inilah kenyataannya. Kenyataan pahit Caryn bahwa alasan lain dibalik kejamnya Istvan, ternyata selama ini Istvan mencintai wanita lain. Caryn lebih sakit bila mendengarnya langsung dari mulut Istvan. "Kenapa kau tidak mengakuinya di depan Aniela, jika kau mencintai wanita lain? Mungkin Aniela akan mengerti dan pernikahan ini takkan terjadi. Aku memang mencintaimu tapi, aku lebih mementingkan kebahagiaanmu. Pernikahan ini bukan hanya menyakitimu, tapi juga aku. Karena, bagaimana bisa aku bahagia bila kenyataannya kau tidak bahagia bersamaku? Maaf bila kehadiranku memang kesialan untukmu," kata Caryn dengan tatapan sendunya. Caryn membatin, tapi aku akan tetap pertahankan pernikahan ini, Istvan. Ku lakukan demi Aniela, karena saat ini yang lebih penting adalah Aniela. Setelah kesepakatan kita berakhir, aku berjanji akan membantumu untuk bersatu dengan wanita yang kau cintai, selanjutnya demi kau Istvan, karena aku mencintaimu. Kedua telinga Caryn menangkap sebuah suara jatuhan air dari langit, tengah meronta-ronta di atas atap mansion. Semakin deras dan deras, hujan telah turun berpadu dengan suara petir menggelegar. Wanita cantik itu berdiri dan melangkah pelan menuju pintu balkon, ia membukanya dan tanpa perintah terpaan angin menyapu permukaan kulit. Udara dingin tersa menusuk pori-pori namun, ia tidak memperdulikannya. Ia butuh ketenangan, dan hujan dimalam hari bisa mengurangi kesedihan hatinya. Meskipun hujan malam ini berpadu dengan kilatan petir.  Caryn mendaratkan bokongnya di sofa balkon dan duduk disana dengan sejuta pikiran di benaknya. Padangannya menatap lurus ke arah langit yang hitam. * * * * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD