bc

Terjebak Obsesi Liar sang CEO Tampan

book_age18+
1.2K
FOLLOW
6.6K
READ
HE
escape while being pregnant
kickass heroine
heir/heiress
blue collar
drama
like
intro-logo
Blurb

#SeptemberUpdateProgram2023#

Setelah sekian lama Aurel mencoba untuk kembali bangkit menjalani kehidupan dan mampu menyembuhkan diri dari luka lama yang telah begitu kejam menyakitinya, namun pada akhirnya takdir kembali mempermainkan dirinya. Aurel kembali dipertemukan seseorang yang telah menghancurkannya di masa lalu, yang sialnya dia adalah CEO di tempat kerja barunya, yaitu Davin Gema Pratama.

“Aku kira hidupmu akan bahagia setelah apa yang telah kau lakukan dulu dan memilih untuk meninggalkanku.”

“Aku memang hidup bahagia.”

“Benarkah? Apa suamimu menelantarkan kau dan anakmu? Atau anakmu lahir tanpa seorang ayah?”

“Itu bukan urusanmu.”

Kita lihat saja, aku akan membuatmu menderita secara perlahan, seperti yang kau lakukan padaku dulu. Davin.

Rencana apa yang telah Davin siapkan untuk Aurel? Mampukah Aurel kembali bertahan menjalani kehidupannya setelah pertemuannya kembali dengan Davin, seseorang yang dulu telah melukai hati dan jiwanya?

chap-preview
Free preview
1. Tuduhan yang Menyakitkan
“Tenang saja Aurel. Semua akan baik-baik saja. Saya berjanji akan membantu kamu dan ibumu.” Aurel dengan kondisi yang rapuh, pandangan mata yang kosong, pikiran yang entah kemana. Hanya diam menerima pelukan dari seorang laki-laki paruh baya yang saat ini berada dihadapannya. Namun tiba-tiba datang seseorang yang menarik kasar kerah baju laki-laki yang memeluk Aurel, sehingga membuat Aurel dan laki-laki tersebut terkejut. Tak hanya itu, laki-laki itu pun juga menerima pukulan keras di wajahnya oleh seseorang yang tak ia kenal, sehingga ia tersungkur ke lantai. “Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan?” Laki-laki paruh baya itu mencoba untuk berdiri sambil mengusap mulutnya yang mengeluarkan darah. Bukannya menjawab, tetapi ia hanya diam menatap dengan wajah yang sangat marah, mengepalkan kedua tangannya, lalu menghampiri laki-laki paruh baya tersebut dan siap untuk melayangkan kepalan tangannya kembali. “DAVIIIINN BERHENTIIIIIII!!!!!!!” teriak Aurel. Plaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk Aurel melayangkan sebuah tamparan. “Aurel kenapa kamu menamparku?” “Lalu kenapa kamu memukulnya?” Aurel balik bertanya. “Jadi kamu membela laki-laki tua itu?” “Iya karena memang kamu yang salah.” Davin terdiam sejenak, lalu ia tersenyum tipis dengan menyunggingkan sedikit bibir atasnya. “Ah… sekarang aku sudah paham.” “Paham apa?” “Tentang kamu.” “Hah?” “Ya, aku sekarang sudah paham, kenapa beberapa hari ini kamu sangat susah dihubungi dan selalu menghindar dariku, dengan alasan kamu sedang sibuk. Ternyata kesibukan kamu adalah melayani om-om itu.” “Apa maksdumu?” “Tidak usah pura-pura sok polos. Selama ini aku sudah berusaha untuk mengerti keadaanmu. Aku tidak melarangmu untuk bekerja paruh waktu, karena kamu bilang sedang membutuhkan uang. Saat aku ingin membantumu pun kamu juga menolaknya dengan berbagai alasan. Tapi aku tidak menyangka kalau kamu akan melakukan hal menjijikkan seperti ini untuk mendapatkan uang.” “Apa yang kamu katakana Davin? Aku rasa kamu salah paham.” “Salah paham? Hahaha.” Davin kembali tertawa dengan menahan kesal dan amarah di hatinya. Aurel menghembuskan nafasnya dalam-dalam, “Davin dengarkan dulu, sebenarnya….” “Sudah berapa om-om yang kamu layani? Sudah berapa banyak uang yang kamu dapatkan?” PLAAAAAKKKKKK Sebuah tamparan keras kini kembali melayang mengenai pipi kiri Davin. “Cukup Davin! Cukup!” Aurel sudah tidak tahan lagi mendengar tuduhan Davin kepadanya. “Kenapa? Apa sekarang kamu merasa malu setelah menyadari perbuatan menjijikkanmu itu?” “Davin, aku rasa semua sudah cukup. Hubungan kita sudah berakhir.” “Apa maksudmu?” “Aku mau kita putus. Aku juga ingin kamu pergi dari sini sekarang juga. Jangan pernah kembali lagi. Jangan pernah muncul dihadapanku maupun kehidupanku.” “Ciiiihhh… Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu. Aku yang memutuskanmu. Aku juga tak sudi memiliki hubungan dengan wanita yang sudah dicicipi oleh banyak om-om. Benar-benar menjijikkan.” “Kalau begitu aku mohon kamu boleh segera pergi!” Davin menatap Aurel dan laki-laki paruh baya itu dengan mata penuh amarah dan kebencian. Lalu pergi meninggalkan mereka. Setelah Davin pergi, Aurel mendekati laki-laki paruh baya yang sudah dipukul oleh Davin. “Apa om Bagas baik-baik saja? Maafkan aku om.” “Tenanglah, om baik-baik saja.” “Tapi mulut om Bagas berdarah. Mari masuk ke rumah dulu, biar aku obati om.” “Tidak perlu, om tidak apa-apa. Apa dia laki-laki itu?” Aurel menjawab dengan sebuah anggukan. “Kenapa tadi kamu tidak menjelaskan semua yang sudah kamu alami padanya?” “Karena aku sudah sangat lelah untuk menjelaskan.” “Lalu bagaimana dengan anak dalam kandunganmu itu?” “Entahlah om. Aku tidak bisa memikirkan apapun saat ini.” “Apa perlu om mendatangi rumahnya dan pergi menemui orang tuanya?” “Tidak usah om. Aku akan menyelesaikan masalah ini nanti saja. Untuk saat ini yang terpenting adalah kesehatan mama.” “Ya sudah terserah kamu saja. Tapi kalau kamu butuh apapun itu, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi om.” “Iya om. Terima kasih.” “Kalau begitu sekarang kamu masuklah dan beristirahat, pasti kamu capek dua hari tak tidur. Kamu juga harus menjaga kesehatanmu. Om akan kembali ke rumah sakit menemani tantemu.” “Baik om. Aku titip mama ya om? Kalau ada apa-apa segera hubungi aku ya om?” “Iya kamu tenang saja.” “Terima kasih banyak om.” “Om pamit dulu ya? Beristirahatlah!” “Iya om. Hati-hati di jalan.” Aurel masuk ke dalam rumah dan segera membersihkan diri. Tubuhnya terasa remuk, dadanya terasa sesak, seperti terhantam batu yang begitu besar. Aurel merebahkan tubuhnya di kasur tanpa menyalakan lampu di kamarnya. Hanya kegelapan dan keheningan yang menemani Aurel saat ini. Tuhan… Ini sangat berat. Aku benar-benar ingin menyerah. Jika ini mampu menebus semua dosa-dosaku, maka kuatkanlah aku. Jika ini adalah perjalanan menuju kebahagian yang telah Engkau siapkan, maka genggamlah erat aku, agar mampu melalui semua ini. Air mata Aurel terus mengalir. Ia menangis tanpa suara. Hingga akhirnya ia tertidur. **** Aurel terperanjat dari tidurnya saat mendengar ponselnya berdering karena ada sebuah panggilan masuk. Dan ternyata sang mentari telah memancarkan sinarnya menembus jendela kamar. “Halo Reni. Ada apa?” “Aurel, kamu sakit?” tanya Reni saat suara Aurel terdengar sangat lesu. “Tidak Reni. Aku baik-baik saja.” “Syukurlah. Kamu hari ini juga tidak berangkat lagi ke kampus kah?” “Tidak Reni.” “Masalahmu belum selesai?” “Belum Ren.” “Sebenarnya masalah apa yang sedang kamu hadapi saat ini? Kamu bisa cerita padaku, siapa tahu aku bisa membantumu. Sudah hampir tiga tahun kita menjadi sahabat, berbagi suka dan duka bersama. Apa kali ini kamu tidak mau berbagi masalahmu padaku? Apa kamu sudah tidak menganggapku sebagai sahabatmu?” “Tidak. Bukan seperti itu. Aku sudah banyak menyusahkan dan merepotkanmu.” “Tidak ada kata menyusahkan dan merepotkan dalam persahabatan. Kecuali kamu sudah tidak menganggapku sahabat lagi.” “Itu tidak mungkin. Hanya kamu sahabat yang aku miliki. Tapi untuk saat ini aku belum bisa cerita padamu. Tapi jika suatu saat nanti aku merasa sudah benar-benar tidak sanggup lagi, aku pasti akan langsung berlari padamu.” “Janji?” “Iya, aku janji.” “Baiklah kalau begitu, aku mau mandi dulu. Karena hari ini kita ada kelas pagi.” “Iya Ren. Belajar yang rajin. Dengerin apa yang dosen jelaskan. Jangan malah stalking cowok-cowok ganteng di sosmed.” “Baik bunda.” “Hahaha. Ya sudah sana buruan mandi.” “Aku tutup ya? Semoga masalahmu segera selesai dan bisa kuliah lagi. Aku kesepian tanpamu. Bye Aurel.” Setelah panggilan dari Reni berhenti, Aurel pun segera bergegas mandi dan bersiap untuk pergi ke rumah sakit kembali. Namun, betapa terkejutnya Aurel saat melihat seorang dokter dan beberapa perawat mengerumuni ranjang yang di tempati mamanya. Aurel segera berlari mendekat. “Om, tante, ada apa dengan mama?” panik Aurel. “Tadi mamamu tak sadarkan diri dan jantungnya berhenti berdetak.” “AP-APA? Ti-tidak. Ini tidak mungkin.” Seketika tubuh Aurel melemas dan jatuh terduduk di lantai. “Kamu tenang dulu. Dokter pasti akan melakukan yang terbaik untuk mamamu.” “Mama tidak akan pergi kan tante? Bagaimana Aurel bisa menjalani hidup ini kalau mama pergi. Aurel tidak sanggup.” “Kita doakan yang terbaik.” TBC ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook