Be My Lover

1336 Words
Beberapa bulan kemudian… “Zi, do you want to be my lover?” Ziona ternganga, tidak menyangka akan mendengar pertanyaan seperti itu dari bibir Noah. Memang, hubungan mereka kian hari kian dekat, bahkan banyak orang kantor yang penasaran dengan hubungan mereka karena sering menghabiskan waktu bersama. Entah itu saat makan siang, berangkat dan pulang kerja bersama dan lain sebagainya. Ya, tidak bisa dipungkiri semakin hari Ziona merasa semakin nyaman dengan kehadiran Noah. Pria itu easy going, bisa diandalkan dan yang pasti tampan dengan tubuh tegap yang tampak bisa melindunginya dengan baik. Tidak heran kalau mereka semakin dekat, bahkan Ziona akhirnya setuju saat Noah hendak mengajaknya berangkat kerja bersama dan mengantarnya pulang setiap hari. Meski awalnya menolak karena tidak ingin merepotkan dan tidak ingin dianggap memanfaatkan, akhirnya Ziona luluh juga karena Noah begitu gigih. Pria itu seolah tidak bosan bertanya meski Ziona sudah menolak tawarannya berulang kali! Kegigihannya itulah yang membuat Ziona luluh! Dan malam ini, secara tidak disangka Noah menanyakan hal sepenting itu padanya? Oh God! Ziona harus jawab apa?? “Zi?” panggil Noah saat Ziona belum sanggup merespon. “Apa kamu lagi ngerjain aku?” Noah mengerjap mendengar pertanyaan Ziona. Mengerjainya? Bagaimana mungkin Ziona menanyakan hal itu padanya untuk pertanyaan seserius tadi? Noah memang suka bercanda, tapi tidak untuk hal sepenting ini! Hal yang menyangkut perasaan pula! “Tentu saja aku serius, Zi. Aku tidak mungkin bercanda untuk hal sepenting ini. Aku tidak ingin dianggap mempermainkan hati seorang gadis. Dan yang paling penting, aku serius dengan pertanyaanku barusan,” jelas Noah panjang lebar. Ziona terdiam, merasa gugup. Sejujurnya, Ziona juga memiliki perasaan yang sama pada Noah, tapi entah kenapa lidahnya kelu hingga tidak sanggup berkata-kata! “Jadi apa jawaban kamu? Apa kamu bersedia menerimaku atau sebaliknya?” tanya Noah dengan jantung berdebar, ini adalah pertama kalinya Noah menyatakan cinta pada seorang gadis meski usianya sudah 28 tahun. Tidak heran kalau dirinya gugup! Lagi, Ziona menggigit bibir, berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk ragu. Noah menahan nafas melihat respon Ziona, namun meski begitu, dirinya perlu kejelasan. “Apa ini tandanya kamu menerimaku?” Ziona menarik nafas panjang dan mengangguk untuk yang kedua kalinya, kali ini terlihat lebih yakin, tidak ragu seperti awal. “Ya, aku mau jadi kekasihmu, Noah.” Dan malam itu, Noah dan Ziona resmi berkencan. Memulai babak baru dalam kehidupan percintaan mereka yang tidak selalu mulus. *** Ziona memijat keningnya yang terasa pusing karena pekerjaan seolah tidak ada habisnya dan datang terus menerus ke atas mejanya. Malam ini dirinya harus kembali lembur, padahal Ziona sudah lelah karena lembur selama hampir seminggu berturut-turut! Tapi mau bagaimana lagi? Salah satu karyawan di divisinya mengundurkan diri dan belum menemukan pengganti, tidak heran kalau beban pekerjaannya bertambah! “Hei, kamu lembur lagi?” tanya Noah saat masuk ke dalam kantor Ziona. “Begitulah.” “Lebih baik kita makan malam dulu, istirahat sejenak agar tenaga kamu bisa pulih dan kembali konsentrasi, okay?” bujuk Noah. “Hmm… kebetulan, aku juga sudah lapar!” keluh Ziona. Noah terkekeh, paham dengan kebiasaan makan kekasihnya yang bisa dibilang sehat. Ya, setelah menjalin hubungan selama satu tahun, baik Noah dan Ziona sudah memahami kebiasaan masing-masing. Salah satunya Noah paham kalau Ziona memiliki nafsu makan yang baik, tidak seperti gadis pada umumnya yang pusing memikirkan masalah diet, tapi Ziona malah bisa melahap apapun asalkan itu makanan yang disukainya. Meski terkadang pemilih mengenai makanan, tapi Ziona tidak pernah bersikap jaim di depan Noah. Hal yang pria itu sukai. Setidaknya Noah bersyukur karena berkencan dengan seorang gadis, bukan dengan tengkorak berjalan! “Jadi kamu mau pesan apa?” “Hmm… aku mau ayam bakar bagian d**a 2, tahu goreng 1, nasi 1 dan minumnya teh manis hangat,” dikte Ziona, membiarkan Noah yang menuliskan pesanannya. “Ada lagi yang lain?” “Itu aja dulu.” Noah menyerahkan pesanannya pada tukang pecel ayam yang setiap sore membuka tenda tidak jauh dari kantor mereka berada. Tempat favorit namun murah meriah, apalagi Ziona menyukai sambalnya yang luar biasa pedas! Sambil menunggu pesanan, Ziona melihat ponsel dan sesekali menunjukkan hal-hal lucu yang diunggah ke media sosial pada Noah. Noah menatap wajah Ziona lekat-lekat, ini pertama kalinya Noah resmi berkencan, sebelumnya Noah memang pernah menyukai seorang gadis beberapa kali, tapi sifat dan sikap mereka berbeda jauh dengan Ziona. Gadis yang sebelumnya memiliki sikap angkuh dan merendahkan pekerjaan serta gajinya. Tidak heran kalau Noah langsung mundur, enggan berurusan dengan wanita matre yang pasti akan menyulitkannya di kemudian hari! Sekarang Noah bersyukur bisa bertemu dengan Ziona karena hal yang tidak terduga pula! Andai malam itu Noah tidak lembur dan tidak melintasi jalan pintas sepulang kerja, Noah mungkin tidak akan mengenal Ziona. Beruntung Noah melewati jalan pintas itu untuk menghindari kemacetan dan malah menemukan Ziona yang sedang kesulitan karena seorang pria mabuk! Mungkin itulah yang dinamakan takdir. Dan sekarang, setelah setahun menjalin kasih, Noah merasa lebih bersyukur lagi karena sejak awal Ziona tidak pernah ‘menguras’ isi dompetnya dan gadis itu pun bisa diajak untuk hidup ‘merakyat’. Seperti malam ini contohnya saat mereka hanya bisa ‘berkencan’ di warung tenda pinggir jalan, Ziona tidak protes, malah makan dengan lahap! Begitulah kekasihnya, tidak pernah ambil pusing meski Noah terkadang merasa bersalah karena belum bisa membahagiakan Ziona dengan layak. “Apa kamu tidak keberatan hidup seperti ini denganku terus menerus, Zi? Apa kamu tidak bosan hidup susah jika bersamaku?” tanya Noah tanpa dapat dicegah, sesaat setelah mereka selesai menyantap makanan yang ada. Ziona mengangkat alis mendengar pertanyaan mendadak Noah. Pertanyaan yang sudah pernah dilontarkan oleh pria itu sebelumnya saat Noah menyatakan kekhawatiran akan masa depan hubungan mereka. “Kenapa kamu bertanya seperti itu padaku? Kita sudah sepakat untuk tidak membahas hal seperti itu lagi kan?” jawab Ziona pelan. Ya, mereka pernah membahas hal seperti ini sebelumnya. Saat Noah diangkat sebagai karyawan kontrak yang memiliki penghasilan sedikit lebih rendah daripada Ziona yang adalah karyawan tetap. Tapi jujur saja, sebagai seorang pria yang usianya lebih tua dibanding Ziona, terkadang Noah bertanya-tanya apakah Ziona akan bisa tetap bersikap seperti ini padanya? Atau ada saatnya gadis itu memilih pergi? “Kamu tau sendiri berapa penghasilanku dan aku belum bisa membahagiakanmu meski kita sudah bersama selama satu tahun,” desah Noah merasa malu. Malu dengan penghasilan dan statusnya yang hanyalah sekedar karyawan kontrak. Ziona mengangkat alis mendengar ucapan Noah. “Jadi menurutmu aku tidak bahagia menjalani hubungan ini? Kenapa kamu berkata seperti itu? Apa tindakanku ada yang membuatmu hingga berpikir seperti itu?” Tidak. Selama ini Ziona tidak pernah melakukan hal yang menyinggung ego dan harga diri Noah sebagai pria. Meski sesekali bertengkar, itu murni karena keduanya sedang merasa lelah dengan pekerjaan hingga membuat emosi mereka labil. Bukan karena hal lain. “Tidak. Tapi aku takut tidak bisa membahagiakanmu.” “Tenang saja, selama kamu terus berada di sisiku, tidak selingkuh dan tidak mengkhianatiku, aku pasti bahagia. Masalah pekerjaan dan penghasilan masih bisa ditingkatkan asalkan terus berusaha,” tegas Ziona yakin. Jawaban Ziona membuat hati Noah menghangat, pria itu merengkuh bahu mungil Ziona ke dalam pelukannya, bahagia karena pada akhirnya dirinya menemukan seorang gadis yang bisa menerimanya apa adanya. Keesokan harinya… Noah masuk ke dalam sebuah toko perhiasan, memandang deretan cincin yang berkilau indah di hadapannya. Mendengar jawaban Ziona semalam membuat Noah merasa yakin dengan pilihan hatinya. Tidak ada gadis yang bisa menerima Noah sebaik Ziona menerimanya. Sejak awal, hanya Ziona yang bisa menerima Noah tanpa protes! Tidak heran kalau Noah bertekad untuk mengikat Ziona ke dalam sebuah pernikahan. Noah tidak mungkin melepaskan wanita yang bisa menerima dirinya apa adanya kan? Noah bahkan tidak yakin apakah dirinya bisa bertemu dengan gadis lain yang sebaik Ziona atau tidak! She is the one. Jadi daripada kehilangan, lebih baik Noah mengikatnya segera ke dalam ikatan pernikahan agar gadis itu tidak bisa melarikan diri! Atau yang lebih parah, sebelum gadis itu direbut oleh pria lain! Sayang, Noah tidak menyadari semakin serius sebuah hubungan, maka akan semakin besar badai cobaan yang datang menghadang, dan itulah yang terjadi dalam hubungan percintaan Noah dan Ziona! Dan yang lebih menyakitkannya lagi, cobaan itu datang dari orang terdekat yang tidak pernah mereka sangka sebelumnya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD