Kisah Cinta Yang Berakhir

1232 Words
Ziona memijat keningnya yang terasa pusing, bukan hanya karena pekerjaan, tapi ada hal lain yang mengusik pikirannya. Hari ini dirinya tidak bisa konsentrasi. Tidak heran kalau Ziona sempat diomeli atasan tadi karena laporannya memang kacau. Ziona berjalan lunglai menuju lobby, tempat dimana Noah sudah duduk menunggunya. “Hei, kamu sakit?” tanya Noah dengan kening berkerut bingung, tidak biasanya Ziona terlihat selesu ini. Apa ada masalah pekerjaan? Atau sedang sakit? “Tidak, hanya kelelahan.” Noah terdiam sejenak. Entah kenapa dirinya merasa Ziona sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Raut wajah kekasihnya tampak murung, padahal biasanya jika murung seperti ini, Ziona akan langsung menceritakannya pada Noah agar beban hati dan pikirannya terangkat meski hanya sebagian. Agar bisa merasa lega karena telah menyalurkan kegundahan hatinya, tapi kali ini Ziona malah enggan mengatakannya, malah terkesan menutupinya! Aneh! “Kita mampir makan dulu ya?” bujuk Noah, tidak ingin kekasihnya melewatkan makan malam atau sakit lambung Ziona akan langsung kambuh. “Take away aja ya? Aku ingin langsung pulang dan istirahat,” tolak Ziona pelan. “Baiklah.” Beberapa saat kemudian… “Setelah mandi, kamu harus makan dulu, okay? Jangan langsung tidur atau lambung kamu sakit lagi,” peringat Noah, sedikit cemas. “Okay. Aku pasti makan kok.” “Besok hari sabtu, aku boleh datang kan?” tanya Noah, takut kedatangannya ditolak karena Ziona terlihat murung hari ini. Siapa tau Ziona ingin sendirian, jadi lebih baik bertanya dulu daripada kedatangannya besok langsung ditolak! “Boleh kok.” “Ya sudah. Kabari aku kalau kamu perlu sesuatu.” “Okay! Thank you, Noah.” Noah mengecup kening Ziona dan pergi menjauh setelah melihat sang kekasih masuk ke dalam rumah, tanpa menyadari kalau keanehan sang kekasih adalah awal dari petaka yang menerjang masuk ke dalam hubungan mereka! Petaka yang datang secara tiba-tiba. Tanpa pemberitahuan. Membuat perasaan mereka berdua hancur berkeping-keping! Keesokan paginya… Noah baru duduk di sofa ruang tamu rumah Ziona, raut wajah gadis itu masih sama murungnya seperti kemarin membuat Noah penasaran! Namun rasa penasaran Noah lenyap dan berganti dengan kekagetan saat mendengar ucapan Ziona yang meski terdengar lirih namun bagaikan sambaran petir di telinga Noah! “Aku mau kita putus, Noah.” Noah mengerjap, mengira ini hanya mimpi buruk atau setidaknya hanya sekedar candaan tidak lucu yang dilontarkan oleh Ziona. Apakah ini tanggal 1 april alias april mop? Tidak, Noah yakin kalau sekarang adalah bulan agustus, bulan kelahiran Ziona! Tapi kenapa kekasihnya mengerjainya seperti ini? “Jangan bercanda, Zi!” “Apa aku terlihat seperti sedang bercanda?” tanya Ziona, nada suaranya terdengar lelah dan putus asa. “Tapi kenapa? Apa alasannya? Apa kamu menyesal karena memiliki kekasih sepertiku?” Ziona mengeraskan rahang, berusaha keras untuk tidak meluapkan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya. Berusaha keras menekan rasa frustasi yang beberapa hari ini dirasakannya. Berusaha tidak menyakiti hati Noah, namun gagal! “Ya, aku lelah menjalani hubungan ini. Aku lelah memiliki kekasih yang hidupnya pas-pasan sepertimu! Aku ingin memiliki kekasih yang bisa menjamin kehidupanku. Aku lelah bekerja! Aku ingin menikah dengan pria mapan dan fokus mengurus suami dan anakku tanpa harus pusing dengan masalah keuangan!” Wajah Noah memerah, tidak menyangka kalau Ziona akan mengatakan hal seperti itu padanya. Hal yang menyakiti hatinya. Bukankah Ziona bilang hal seperti itu tidak masalah? Tapi kenapa kini Ziona malah mengatakan hal yang sebaliknya? “Kamu bilang itu semua tidak masalah dan kita bisa hadapi semua itu bersama, Zi.” “Dan kamu percaya dengan ucapanku? Itu hanya ucapan yang aku lontarkan agar tidak melukai perasaanmu, tapi sekarang aku sudah lelah berpura-pura!” “Zi…” Noah belum sempat menyelesaikan ucapannya saat ponsel Ziona berdering. Gadis itu berdeham, menormalkan suaranya agar tidak terdengar frustasi. “Ya?” “Aku sudah sampai di depan rumahmu.” “Okay, sebentar lagi aku keluar.” Ziona kembali memandang Noah yang menatapnya dengan sorot mata terluka. “Mulai hari ini kita putus. Aku akan berkencan dengan David, dia pria mapan dan aku yakin bisa bahagia jika menikah dengannya. Maafkan aku, Noah.” Setelah mengucapkan kalimat itu, Ziona melangkah keluar rumah. Tidak peduli meski di rumahnya masih ada tamu, toh di rumahnya tidak ada barang berharga dan Noah juga sudah tau harus meletakkan kunci dimana. Jadi tidak masalah! Ziona ingin secepatnya menjauh dari Noah. Jika tidak, hatinya akan merasa kian sesak! Sedangkan Noah hanya bisa menatap kepergian Ziona dengan nanar, terlebih saat melihat gadis itu tersenyum lebar di hadapan David dan masuk ke mobil mewah pria itu! Sakit, itulah yang hati Noah rasakan dan rasa sakitnya semakin menjadi saat pandangannya tertumbuk pada kotak beledu berwarna tosca yang berada dalam genggaman tangannya. Kotak berisikan cincin sederhana. Saat itu juga Noah sadar kalau niatnya untuk melamar Ziona harus pupus karena pada akhirnya gadis itu memilih pergi dari sisinya! *** Ziona mengetuk pintu ruang kerja atasannya. “Ada apa, Zi?” “Pagi, Pak. Bisa minta waktu bapak sebentar?” Joe, yang berstatus sebagai manager divisi finance accounting mengernyit saat melihat sikap Ziona yang terlihat gelisah dan menampakkan keseriusan. “Sure, ada apa?” tanya Joe, memusatkan perhatian pada apapun yang hendak Ziona katakan. Sadar kalau yang ingin Ziona bicarakan adalah hal penting. Jika tidak, gadis itu tidak akan segelisah ini! Ziona mengulurkan sebuah amplop putih. Joe membukanya dan mengerjap kaget. Matanya bergantian menatap Ziona dan isi amplop itu bergantian. “Kamu serius, Zi? Tapi kenapa?” “Maaf, Pak. Tapi saya hanya ingin istirahat sejenak, setelah itu baru saya akan mencari pengalaman di tempat lain. Seperti yang bapak tau kalau saya sudah cukup lama bekerja di perusahaan ini dan rasanya sekarang saat yang tepat untuk mencari pengalaman baru.” “Apa perusahaan competitor merekrut kamu?” “Tidak. Tentu saja tidak. Saya murni ingin istirahat sejenak. Rasanya lelah dan saya hanya ingin cuti panjang selama beberapa waktu.” “Kalau begitu kenapa harus mengundurkan diri? Kenapa tidak menghabiskan sisa cuti yang kamu miliki di perusahaan ini? Bukankah kamu jarang menggunakan jatah cutimu?” “Jatah cuti yang diberikan perusahaan hanya 12 hari, Pak. Sedangkan saya ingin cuti setidaknya 2 sampai 3 bulan ke depan. Lagipula ada hal lain yang harus saya urus, jadi saya memutuskan untuk mengundurkan diri daripada tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaan,” jelas Ziona. “Apa kamu ingin menikah dengan Noah? Mengurus hal lain apakah itu artinya sibuk mengurus rencana pernikahan kalian? Begitukah?” cecar Joe, masih tidak rela jika harus kehilangan anak buah kompeten yang selalu bisa diandalkannya. Ziona hanya tersenyum tipis, tidak membenarkan atau mengoreksinya. Biarkan saja Joe mau berpikir seperti apa. Ya, setelah menjalin hubungan cukup lama dengan Noah, tidak heran kalau hubungan mereka diketahui oleh karyawan kantor dan melihat betapa tenang dan langgengnya hubungan mereka, wajar jika Joe berpikir kalau Ziona akan menikah dengan Noah. “Apa kamu tidak bisa mengurungkan niatmu ini? Rencana pernikahan bisa dilakukan sambil bekerja bukan? Ayolah, Zi! Dimana lagi aku bisa menemukan karyawan kompeten seperti kamu?” bujuk Joe. Sayangnya Ziona tetap menggeleng, meminta maaf dengan tulus. “Maaf, Pak, tapi saya tidak akan mengubah keputusan saya.” Joe mendesah pelan, sadar kalau Ziona sudah bertekad atas keputusan yang diambilnya. “Baiklah, saya tidak akan melarangnya dan akan menyerahkan surat pengunduran diri kamu ke bagian HRD agar mereka bisa mengurusnya, meski sangat disayangkan. Saya harap keputusanmu berubah di detik terakhir!” Ziona tersenyum tipis, tidak merespon ucapan Joe. Hanya mengucapkan terima kasih karena permintaannya tidak dipersulit. Sekarang, Ziona tinggal menjalankan rencana selanjutnya. Rencana paling berat yang harus dilakukannya. Rencana untuk meninggalkan Noah selama-lamanya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD