Kesal Tapi Cinta

1413 Words
“Ziona!” panggil Noah panik, bergegas keluar dari mobil dan langsung menggendongnya tanpa perlu berpikir dua kali. Raut cemas terpancar jelas dari wajah Noah. “Kita ke rumah sakit! Cepat!” perintah Noah pada Gerald yang langsung melarikan mobil dengan kecepatan maksimal! Siloam hospital… Noah mondar mandir gelisah. Sudah hampir 15 menit berlalu, tapi dokter belum muncul juga, masih sibuk memeriksa Ziona! Dan saat dokter muncul, Noah langsung membombardirnya dengan berbagai macam pertanyaan! “Bagaimana keadaan Ziona, Dok? Apa dia baik-baik saja? Dia sakit apa?” cecar Noah. “Pasien baik-baik saja, namun tetap perlu istirahat selama beberapa hari ke depan.” “Sebenarnya Ziona sakit apa, Dok?” ulang Noah, merasa sedikit lega. Setidaknya dokter sudah memastikan Ziona baik-baik saja, itu yang terpenting! “Maag akut. Sepertinya saudari Ziona sudah memiliki riwayat penyakit lambung cukup lama, tidak heran kalau sekarang bertambah parah. Mungkin karena terlalu stress atau terlambat makan, tidak heran kalau penyakitnya kembali kambuh hingga membuatnya pingsan seperti ini.” Noah mengeluh dalam hati. Kesal karena Ziona tidak menjaga kesehatannya dengan baik. “Tapi asalkan cukup istirahat maka tidak akan ada masalah kan, Dok?” “Ya, asalkan bisa menjalani pola hidup sehat. Makan teratur, menghindari stress, istirahat yang cukup dan olahraga rutin, saya yakin itu akan membantu mengatasi penyakitnya.” “Baiklah. Terima kasih, Dok.” Noah masih termenung dalam diam saat Gerald menghampirinya. “Tuan…” “Kamu pulanglah, berikan kunci mobilnya padaku, aku akan berjaga di rumah sakit.” Ucapan Noah membuat Gerald tertegun. Bagaimana tidak? Untuk apa Noah, selaku boss, menjaga sekretarisnya yang sakit? Lagipula Ziona juga tidak sakit parah! Hanya maag! Tidakkah perhatian bossnya terlalu berlebihan? Hal itu membuat Gerald semakin yakin kalau bossnya memang memiliki perasaan untuk Ziona! Perhatian Noah bukan lagi seperti boss kepada sekretarisnya, tapi perhatian seorang pria terhadap wanitanya! Hmm, menarik! “Tapi untuk apa anda berjaga di rumah sakit? Saya yakin nona Ziona akan baik-baik saja meski hanya sendirian disini.” “Jangan membantahku! Serahkan saja kunci mobilnya dan kamu pulanglah!” ketus Noah membuat Gerald bungkam seketika. “Baiklah, kalau begitu saya pulang dulu. Jika perlu bantuan, anda bisa langsung menghubungi saya.” “Hmm. Thanks, Gerald.” Kini, Noah menatap Ziona yang masih terlelap. Efek obat yang disuntikkan oleh dokter tadi. Wajar kalau gadis itu terlihat seperti sleeping beauty! ‘Setelah kamu meninggalkanku, kenapa aku masih tetap mencintaimu? Kenapa aku masih terus mengkhawatirkanmu seperti ini? Padahal kamu telah mengucapkan kata-kata yang menyakiti hatiku!’ batin Noah sambil menatap wajah Ziona dalam-dalam. Wajah yang tampak lelah. Noah mendesah, menggenggam tangan mungil Ziona. Tangan yang sering digandengnya saat mereka bersama dulu. Lagi, kenangan indah itu kembali muncul dalam benak Noah. Lamunan Noah akan masa lalu pupus saat ponselnya berdering. Mommy Victoria. “Yes, Mom?” “Bagaimana keadaan perusahaan di Bali, Noah? Tidak ada masalah kan?” “Semuanya aman terkendali, Mom. Tidak perlu khawatir. Mommy fokus saja pada perusahaan kita di San Fransisco.” “Baiklah, tapi kenapa suara kamu terdengar lelah? Apa kamu masih di kantor?” “Tidak, aku sedang dalam perjalanan pulang, Mom.” “Okay, kabari Mommy jika terjadi sesuatu disana, okay?” “Of course, Mom. Don’t worry.” Victoria menutup pembicaraan, merasa janggal. Yakin kalau Noah sedang memikirkan hal lain, bukan masalah perusahaan. Entah apa. Wanita paruh baya itu menoleh ke arah Jesslyn dan memberi perintah, “Kyle selalu mengawasi Noah kan?” “Tentu saja, Nyonya.” “Segera hubungi Kyle. Minta dia melaporkan segala hal yang dilakukan Noah selama di Bali. Tanpa terkecuali!” “Baik, Nyonya.” Keesokan paginya… Ziona mengernyit saat sinar matahari menyilaukan matanya membuat tidur lelapnya terganggu. Dengan malas Ziona membuka mata dan menyadari kalau dirinya tidak berada di rumahnya sendiri, apalagi bau obat-obatan yang begitu menyengat langsung menyerbu indera penciumannya membuat Ziona pusing seketika! ‘Aku ada dimana?’ batin Ziona bingung, otaknya masih buram, belum bisa berpikir jernih. Ziona bergerak, ingin mencoba duduk, tapi gerakannya terhenti saat tangan kanannya terasa kram dan berat, seperti sedang tertindih sesuatu. Ziona menoleh dan melihat Noah sedang terlelap di sampingnya, menjadikan tangan kanannya sebagai bantal, tidak heran kalau sekarang tangan Ziona terasa kram! Entah sudah berapa lama pria itu tidur dalam posisi seperti itu! Saat itu juga Ziona sadar kalau dirinya berada di rumah sakit, dengan bau obat-obatan yang menyengat dan nuansa ruangan yang berwarna putih, tebakannya pasti tidak keliru! Sekelebat ingatan mampir ke otaknya yang mulai bisa diajak berpikir. Ziona ingat teriak kecemasan Noah yang masuk ke telinganya sesaat sebelum Ziona tidak sadarkan diri. Tanpa dapat dicegah hati Ziona menghangat, ternyata di balik sikap ketus pria itu, Noah masih memiliki sedikit perhatian padanya. Setidaknya pria itu tidak meninggalkan Ziona yang pingsan! Syukurlah! “Noah!” panggil Ziona lemah. Wajar, tenaganya belum pulih sepenuhnya. Tidak ada respon, pria itu masih asyik terlelap. Perlahan, tangan kiri Ziona terulur, hendak menyentuh wajah Noah, pria yang masih dicintainya. Perasaan yang berusaha keras dikuburnya kini kembali menerjang masuk bagaikan air bah. Mau seberapa keraspun dirinya menyangkal, Ziona tidak bisa memungkiri perasaannya sendiri. Tepat sebelum Ziona sempat menyentuh wajah tampan Noah yang terlihat lelah, pria itu mengernyit membuat Ziona bergegas mengurungkan niat. Tidak ingin Noah salah paham padanya atau keadaan akan semakin rumit! Noah merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal dan kaku. Serius, ini pertama kalinya Noah nekat tidur di rumah sakit dan ini semua dirinya lakukan karena khawatir pada Ziona! Hanya Ziona yang bisa ‘memaksa’ Noah untuk melakukan hal yang enggan dilakukannya! Pengaruh gadis itu terlalu kuat bagi Noah. Bukti kalau Ziona memang berarti untuknya hingga Noah tidak bisa mengabaikannya. “Noah,” panggil Ziona lagi membuat pria itu menoleh dan mendesah lega. “Akhirnya kamu bangun juga. Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa lambungmu masih terasa tidak nyaman?” cecar Noah. Refleks, tangannya menekan bel, memanggil dokter. “Aku baik-baik saja, Noah. Jangan khawatir.” “Bagaimana mungkin aku tidak khawatir saat melihat kamu pingsan tepat di depan mataku? Saat melihatmu pingsan semalam aku sangat takut, Zi!” desah Noah mengeluarkan rasa frustasinya. Ziona tertegun, baru kali ini Noah menunjukkan rasa frustasinya di depan Ziona. Bukankah biasanya pria itu selalu bersikap dingin dan ketus? “Lagipula bagaimana bisa kamu tidak memperhatikan kesehatan diri sendiri hingga sakit lambungmu bisa separah ini? Apa kamu terlambat makan lagi?” “Well, banyak hal yang harus aku kerjakan jadi aku tidak sempat makan siang, tapi seharusnya tidak masalah karena aku sudah minum obat.” Jawaban Ziona membuat Noah kian kesal, ternyata dugaannya memang benar. Ziona lagi-lagi terlambat makan dan hanya mengandalkan obat! “Bagaimana kamu bisa mengabaikan jadwal makan siangmu sendiri? Kamu tau pasti kalau lambungmu akan langsung protes jika terlambat makan sebentar saja! Apalagi ini yang tidak makan hampir seharian? Wajar kalau kamu langsung pingsan! Untungnya aku mengantarmu pulang, jika tidak, entah bagaimana keadaanmu sekarang!” gerutu Noah. “Mau bagaimana lagi? Karena ada seseorang yang memintaku menyelesaikan laporan sekian banyak dalam waktu satu hari!” sindir Ziona, kesal karena terus diomeli oleh Noah. Padahal jika dipikirkan baik-baik, Ziona terkapar di rumah sakit juga karena Noah kan? Andai pria itu tidak memberinya tugas dengan jangka waktu yang tidak masuk akal, Ziona pasti tidak akan melewatkan makan siangnya! Tapi karena Ziona harus bergegas menyelesaikan laporan sialan itu membuatnya tidak bisa bersantai meski hanya sejenak! Noah mendesah pelan, menyadari kesalahannya. Tidak seharusnya Noah mempersulit Ziona dengan tindakannya yang impulsive dan kekanakkan hanya karena rasa cemburu. “Baiklah, maafkan aku.” Ziona tertegun saat mendengar permintaan maaf Noah, apalagi raut wajah pria itu tampak menyesal dan penuh rasa bersalah! “Hmm…” Hanya itu jawaban Ziona, jadi bingung sendiri harus merespon apa. Rasa kesalnya menguap begitu saja. Dan lagi Ziona juga tidak ingin memperpanjang perdebatan, debat hanya menghabiskan tenaganya saja. Ziona cinta damai! Pembicaraan mereka terinterupsi saat dokter muncul dengan wajah ceria. “Morning, bagaimana keadaan anda hari ini? Apakah sudah merasa lebih baik?” “Ya, rasanya saya sudah sehat,” balas Ziona polos membuat dokter terkekeh. “Mungkin anda sudah merasa sehat, tapi tetap saja lebih baik anda beristirahat selama 1 atau 2 hari ini. Dan yang paling penting, jangan terlalu stress dan perbaiki pola makan.” Jangan stress katanya? Bagaimana mungkin Ziona tidak stress jika memiliki boss seperti Noah? Boss yang selalu memberi banyak pekerjaan untuk dilakukan! “Baik, Dok, tapi hari ini saya sudah boleh pulang kan?” “Ya, tentu saja.” Ziona baru saja bernafas lega saat dokter kembali bersuara, “Anda beruntung karena suami anda terus berjaga sepanjang malam. Senangnya memiliki pasangan yang begitu perhatian,” ucap sang dokter membuat Ziona merona malu!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD