Sepeninggalan dokter, Noah berdeham canggung. Tidak ingin Ziona salah paham. Lebih tepatnya tidak ingin Ziona mengetahui isi hati Noah yang sebenarnya. Tidak ingin ketahuan betapa dirinya mengkhawatirkan Ziona saat gadis itu pingsan semalam!
“Jangan berpikir macam-macam, aku hanya tidak ingin sekretarisku kenapa-napa, terlebih lagi aku yang terakhir kali sedang bersamamu. Jika terjadi sesuatu, aku juga pasti akan repot!” dusta Noah cepat.
“Hmm… aku tau, lagipula aku memang tidak berharap kamu khawatir padaku. Bahkan rasanya hal itu tidak mungkin terjadi!” balas Ziona, sibuk menghalau debaran di hatinya.
Jawaban Ziona membuat Noah sedikit jengkel, pria itu baru akan mendebat saat ponsel Ziona berdering. Dari David.
“Ya, David?”
Noah memicingkan mata, terlihat tidak suka namun tidak berkata apapun. Hanya fokus mendengarkan, ingin tau apa yang mereka bicarakan. Apalagi nada suara Ziona terdengar hangat dan bersahabat, berbeda jauh jika sedang berbicara dengan Noah!
Bukankah Ziona cenderung bersikap ketus dan dingin pada Noah? Tapi kenapa dengan David bisa sehangat itu? Noah tidak suka didiskriminasikan seperti ini!
“Aku baik-baik saja, David. Tidak perlu khawatir. Siang ini aku akan keluar dari rumah sakit dan dokter bilang aku hanya perlu istirahat selama 1 atau 2 hari ke depan,” ucap Ziona menenangkan saat David terdengar begitu cemas, apalagi pria itu ingin langsung menemuinya di rumah sakit! Demi Tuhan, Ziona hanya sakit lambung, bukan sakit parah!
“Baiklah, kalau begitu aku akan ke rumahmu siang ini.”
“David, aku…”
“Jangan membantah lagi, okay?”
“Baiklah, aku akan mengabarimu lagi nanti.”
“Okay!”
Ziona baru meletakkan ponselnya saat suara Noah kembali menerpa telinganya.
“Mau apalagi pria itu menghubungimu?” tanya Noah, terdengar tidak suka.
“David? Nothing, hanya ingin menemuiku.”
“Dan untuk apa pria itu menemuimu?” cecar Noah membuat Ziona kembali pusing.
“Astaga, Noah! Aku tidak memiliki kewajiban untuk melaporkan segala urusan pribadiku padamu! Hubunganku dengan David adalah hubungan pribadi, tidak ada urusannya dengan pekerjaan, jadi kamu tidak perlu tau dan tidak perlu bertanya apapun, okay?”
Mendengar kata ‘hubungan pribadi’ membuat rasa kesal Noah semakin memuncak! Namun sayangnya Noah tidak memiliki hak untuk mendebat. Tidak heran kalau Noah hanya bisa bungkam, tidak lagi membantah. Hanya bisa menyimpan rasa kesalnya! Damn!
Beberapa jam kemudian…
“Ya, David?”
“Aku sudah di depan rumahmu, kamu dimana?”
“Sebentar lagi aku tiba. Beri aku waktu 10 menit.”
“Okay!”
Dan kini, di dalam ruang tamu rumah Ziona yang mungil, sudah ada David dan Noah yang duduk di sofa lusuhnya. Tampak kontras. Dua pengusaha kaya raya muncul di rumahnya membuat Ziona merasa rumahnya begitu tidak layak!
“Hmm… kalian ingin minum apa?”
“Tidak perlu repot, aku akan mengambilnya sendiri. Kamu hanya perlu istirahat. Tidak masalah kan?” jawab David cepat sebelum Noah sempat merespon.
“Tentu saja, ambil apapun yang ada di kulkasku, meski aku tidak yakin apakah itu sesuai dengan seleramu atau tidak.”
“Thanks!”
David beranjak menuju dapur, bagaikan berada di rumah sendiri dan mengambilkan sebotol minuman dingin untuk Noah.
“Tidak perlu. Lebih baik sekarang aku pulang,” ketus Noah, enggan berlama-lama. Tidak suka melihat kedekatan antara David dengan Ziona.
Sikap David yang begitu nyaman dan leluasa di rumah Ziona membuatnya cemburu! Apalagi David bersikap seperti pemilik rumah! Dan yang lebih menyebalkannya lagi, Ziona tidak protes dan malah mengizinkannya dengan santai! Huh, perbedaan sikap Ziona saat menghadapi David dan dirinya sungguh jauh berbeda.
Noah benar-benar didiskriminasikan!
Noah pergi tanpa menoleh lagi membuat David terkekeh, senang karena berhasil membuat pria itu cemburu! Ya, David tidak mudah dibohongi. Dirinya yakin kalau Noah memang cemburu padanya. David yakin kalau Noah masih memiliki perasaan pada Ziona. Gerak gerik pria itu terlihat jelas, bahkan Noah sama sekali tidak menyembunyikan rasa cemburunya! Menarik!
“Jadi ada apa? Kamu tidak mungkin ingin menemuiku tanpa alasan kan?” tanya Ziona, mengabaikan kepergian Noah. Tidak ingin memikirkannya.
“Ziona, sepertinya Noah masih memiliki perasaan untukmu. Bagaimana dengan perasaanmu sendiri?” selidik David membuat Ziona tertegun, tidak menyangka kalau David akan menanyakan hal seperti itu padanya.
“Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti ini? Apakah ini hal penting yang ingin kamu bicarakan denganku?”
“Ya, bukankah ini sangat penting?”
“Tidak, David. Hubunganku dan Noah adalah masa lalu, jadi tidak perlu mengungkitnya lagi,” elak Ziona, enggan menjawab pertanyaan David.
“Masa lalu? Begitukah? Tapi menurutku Noah tidak memiliki pemikiran yang sama denganmu! Pria itu jelas-jelas masih memiliki perasaan padamu, Zi! Tidak heran dia cemburu padaku, bahkan Noah tidak menutupi rasa cemburunya! Masa iya kamu tidak bisa melihatnya?” goda David puas.
“Tapi…”
“Bagaimana kalau kita kembali melakukan hal itu? Pura-pura berkencan maksudku, bahkan jika perlu, aku akan mengatakan kalau kita berencana menikah atau setidaknya bertunangan. Aku ingin lihat apa yang akan Noah lakukan,” usul David, merasa tertantang untuk membuktikan apakah tebakannya meleset atau tidak!
“Tidak perlu, David. Dan aku yakin Noah tidak akan melakukan apapun. Aku tidak seberharga itu untuknya dan mungkin saja Noah masih membenciku setelah apa yang aku lakukan dulu. Jika tidak, pria itu tidak akan menyulitkanku di kantor!”
“Menyulitkanmu? Bisa tolong jelaskan apa maksudmu?”
Ziona menceritakan apa yang terjadi dengan enggan. Menceritakan penyebab kenapa dirinya harus terkapar di rumah sakit, yaitu karena terlalu sibuk mengerjakan tugas yang diberikan Noah hingga sakit lambungnya kembali kambuh.
Pekerjaan yang sebenarnya tidak terlalu mendesak namun pria itu menuntutnya untuk menyelesaikannya hari itu juga.
“Menarik! Aku yakin itu adalah salah satu cara Noah untuk menarik perhatianmu.”
“Oh, yang benar saja, David! Itu tidak mungkin,” bantah Ziona, merasa itu adalah alasan yang paling tidak masuk akal!
“Mungkin, Zizi Sayang! Kamu tidak tau begitulah kami, kaum pria, jika ingin menarik perhatian lawan jenis. Well, meski tidak bisa dipungkiri kalau itu adalah cara yang bodoh dan sedikit kekanakkan!” aku David terus terang sambil tertawa.
“Maksudmu Noah ingin menarik perhatianku dengan cara menyiksaku?” tanya Ziona tidak percaya, merasa itu adalah hal terkonyol yang pernah dirinya dengar.
“Begitulah, aku yakin kamu tidak percaya, tapi aku berani mempertaruhkan uangku kalau itu memang kenyataannya!” balas David yakin, masih terlihat santai meski Ziona meragukan ucapannya.
“Tapi…”
“Begini saja, aku tau kamu tidak percaya dengan ucapanku, tapi daripada penasaran lebih baik membuktikannya kan? Kita pura-pura berkencan, jika Noah diam saja, aku akan pura-pura melamarmu. Jika pria itu masih tidak merespon apapun, aku akan mengaku kalah! Lagipula aku ingin melihat sendiri bagaimana respon Noah. Memang, ada kemungkinan aku salah mengartikan sikap Noah, tapi entah kenapa aku lebih yakin kalau tebakanku tidak meleset!” beber David.
“Apa untungnya melakukan hal itu?”
“Keuntungannya adalah kamu tidak perlu lagi bertanya-tanya tentang perasaan pria itu padamu, Zi! Ayolah, aku tau kamu masih mencintai pria itu! Kamu tidak bisa membohongiku, Zi!” tembak David akurat.
Dilema. Tebakan David memang tidak salah. Ziona memang masih menyimpan perasaan untuk Noah, tapi apakah berpura-pura kencan dengan David adalah rencana yang baik? Bagaimana kalau Noah semakin salah paham dan kian membencinya?
‘Tidak ada bedanya, Ziona. Bukankah sekarang pria itu sudah membencimu?’
“Lalu bagaimana dengan Lauren?”
David tersenyum kecil saat Ziona menyebut nama kekasihnya. Kekasih yang sebenarnya. Kekasih yang sudah dikencaninya selama hampir 4 tahun terakhir namun mereka terpaksa harus LDR karena Lauren selalu disibukkan dengan perusahaan keluarganya.
“Jangan pusingkan soal Lauren. Wanita itu adalah urusanku!”
“Baiklah, aku setuju! Kita lakukan sesuai rencanamu, tapi jika tebakanmu meleset, kamu harus mengabulkan apapun permintaanku,” putus Ziona membuat David mengangguk puas, bahkan terlihat antusias!
“Okay. Dan jika tebakanku benar, kamu yang harus mengabulkan permintaanku. Bagaimana? Adilkan?”
“Okay. Deal!”
Ziona menjabat tangan David, sebagai tanda kesepakatan, tanpa menyadari kalau apa yang mereka lakukan bisa membuat keadaan semakin rumit!
***
Victoria Linford menoleh saat Jesslyn masuk ke dalam ruangannya. Konsentrasinya dalam memeriksa tumpukan dokumen seketika teralihkan sejenak, terlebih saat melihat raut wajah asistennya yang tampak serius.
“Apa ada masalah?”
“Berikut laporan dari Kyle, Nyonya.”
Ya, Kyle adalah pria yang dibayar rutin oleh Victoria untuk mengawasi Noah tanpa putranya itu sadari. Dirinya tidak memiliki waktu untuk mengawasi Noah secara langsung karena selalu disibukkan oleh masalah perusahaan yang tidak ada hentinya. Terlebih setelah suaminya, Benjamin Linford, meninggal dunia beberapa waktu lalu.
Praktis, semua masalah perusahaan beralih ke tangan Victoria karena suaminya tidak memiliki saudara alias anak tunggal.
Dan laporan Kyle membuat tangan Victoria terkepal erat, merasa kecolongan.
Bagaimana mungkin mereka kembali bertemu? Padahal dirinya sudah bersusah payah untuk memisahkan Noah dan Ziona!
“Batalkan seluruh meeting yang harus aku hadiri minggu ini. Aku harus ke Bali secepatnya. Aku tidak akan tinggal diam atau Noah akan kembali tergoda dengan wanita itu!” perintah Victoria, tangannya meremas foto di tangan kanannya.
Foto yang memperlihatkan saat Noah sedang mencium Ziona dengan penuh gairah!