Chapter 4

1218 Words
"Kau baik-baik saja? Ada yang sakit?" tanyanya panik. "oo?? Hmmm, tidak! Aku tidak apa-apa. Hehehe" "kau serius?" tanyanya kembali penuh selidik. "Ya! Hehehehe" jawabnya nyengir. "shhhh! Sepertinya ada yang aneh! Ikut aku!" ucap Bintang tanpa basa-basi langsung menarik tangan Ran dan memaksa ran mengikutinya. Ran terus memberontak dan terus berusaha melepaskan genggaman tangan cowok itu di pergelangan tangannya.. Diseret didepan banyak murid dan menjadi bahan sorotan benar-benar membuat Ran tak nyaman. "Bintang, lepaskan aku!" ucap Ran pelan tapi ada penekanan didalamnya. Tapi cowok yang menjadi the most wanted sekolah ini tak mengindahkan perkataan Ran dan terus menarik Ran menuju parkiran mobil. 'mau apa dia kesini?' batin Ran sambil melirik puluhan mobil mewah berjejer rapi sampai langkahnya terhenti disebuah mobil sport merah. Pandangan Ran meneliti mobil tersebut merasa kalau mobil itu tak asing lagi baginya. "Masuk!!" perintah Bintang setelah sesaat dia membukakan pintu disebelah kemudi pada Ran. Dengan raut wajah yang masih bingung, Ran menuruti apa kemauan Bintang! setelah memastikan Ran aman di kursinya, dia berlari menuju pintu kemudi yang sebelumnya dia menutup pintu Ran. "Ini mobilmu? Dan kita mau kemana? Kenapa kau keluar dengan mudahnya? Bukannya sekolah ini memiliki aturan ketat? Bagaimana kalau aku dihukum lagi? Hukuman denganmu saja belum selesai! Kau ingin membuatku dikeluarkan dari sekolah?" tanya Ran bertubi-tubi yang satupun tak diindahkan oleh Bintang yang tetap sibuk dengan mengendarai mobilnya. "Hei! Kau tak mendengarkanku? Aku rasa kau tidak tuli" ucap Ran lagi yang kini dibalas dengan gerlingan mata malas dari Bintang. "Menurutmu? Kau pikir aku mencuri mobil orang! Dan kau pikir kemana lagi kita pergi setelah insiden cerobohmu ini, aku tak ingin dikira menjadi cowok kejam yang membuat hidungmu berdarah! Ya walaupun tak akan ada yang menggosipkan aku seperti itu, tapi setidaknya aku harus mencari aman terlebih dahulu" jawabnya datar namun penuh penegasan. "bukan begitu! Tapi sepertinya aku mengenal mobil ini. ini persis seperti mobil yang tanpa sopan mengganggu langkahku disaat hari pertama masuk sekolah!" ucapnya panjang lebar yang membuat Bintang yang tadinya fokus langsung tertawa tanpa berniat ditahannya. "Kau masih ingat? Ahahha.. aku pikir kau sudah lupa!" "maksudmu? Jadi itu mobilmu?" tanya Ran sinis. "menurutmu? Apa kau lihat ada mobil lain di parkiran tadi yang sama persis seperti mobil yang kau lihat saat beberapa hari yang lalu? Dan menurutmu dari mana aku tahu kalau kau terlambat jika aku tak memergokimu digerbang saat itu?" "Kau! Kau benar-benar curang!" geram Ran sambil melirik kesal kearah Bintang. "Kenapa kau mengatakan aku curang? Curang darimananya?" "kalau kau yang dimobil saat itu, itu artinya kau juga terlambat! Kenapa hanya aku yang dihukum?" bentaknya. "kau pikir saja sendiri kenapa aku bisa diluar padahal asrama ada didalam, itu artinya aku ada keperluan diluar sekolah Bodoh! Dan itu artinya aku juga sudah mendapatkan izin sekolah! Selain ceroboh ternyata kau juga bodoh!" ucap Bintang dengan gaya bicara sedatar mungkin sambil menoyor kepala Ran dari samping yang membuat gadis itu kesal setengah mati. Tak menjawab perkataan Bintang, Ran lebih memilih diam dan bergelut dengan rasa kesalnya. Bintang yang sadar dengan perubahan raut wajah yang terlihat jelas di wajah Ran membuatnya sedikit mengernyitkan hidungnya setelah itu senyum geli terlihat jelas diwajahnya walaupun hanya sebentar. Tak ada lagi yang memulai bicara setelah itu sampai mobil mewah tersebut memasuki sebuah rumah sakit megah. "Rumah sakit? Untuk apa kita kesini?" tanya Ran heran. "Menurutmu?" "kenapa dari tadi kau selalu mengucapkan 'Menurutmu' 'menurutmu' terus? Aku tanya kenapa ke rumah sakit?" ucap Ran yang benar-benar kesal. "kenapa kau tak tanya dirimu sendiri? siapa yang ceroboh menginjak tali sepatunya sampai membuatnya terjatuh dan mencederai hidungnya sampai berdarah" cerocos Bintang yang mulai gerah dengan Ran. Ran yang sadar akan hal itu hanya bisa menunduk. "sudah, jangan banyak bicara lagi. kita kedalam" perintah Bintang tak terbantahkan. Seperti kerbau yang di cucuk hidungnya, Ran menurut begitu saja dan mengikuti Bintangi yang lebih dulu berjalan di depannya. "kau tunggu disini!' perintah Bintang sesaat setelah mereka sampai di depan ruangan yang bertuliskan Dr. Hani. Bintang masuk kedalam dan membiarkan Ran menunggu seperti gadis bodoh didepan ruangan tersebut. Tak berapa lama Bintang keluar dan langsung menarik Ran kedalam ruangan. Ran yang tak tahu mau di apakan hanya diam sampai dia didudukkan di sebuah bangku yang sudah disediakan untuk pasien. "Jadi gadis manis! Siapa namamu?" tanya dokter yang duduk di seberang meja yang ada didepannya. "Namaku Ran" jawabnya gugup. "Namanya Ran dan dia salah satu murid di UHS, dia sangat bodoh dan ceroboh. Tadi gadis bodoh ini berjalan dan tak sengaja menginjak tali sepatunya yang membuatnya terjatuh dan menyebabkan hidungnya berdarah! Ayolah kakak, jangan basa basi, aku hanya memintamu untuk memeriksanya bukan untuk mengintrogasinya karena kami harus segera kembali ke sekolah! dan pastikan dia tak geger otak karena kepala sekolah btak itu akan menuduhku melakukan kekerasan pada gadis ceroboh ini" ucap Bintang panjang lebar, Ran hanya melongo melihatnya tapi tidak dengan dokter yang tadi dipanggilnya kakak, dia justru tersenyum manis melihat tingkah adiknya. "Oke baiklah!, Ran berbaringlah di sini!" perintah Hani sambil menunjuk tempat tidur yang ada disebelahnya. "dan kau bocah cerewet, kau harus keluar!" lanjut hani yang tertuju pada adiknya. Ran melongo mendengar Hani memanggil Bintang dengan sebutan bocah cerewet. Sedangkan yang dipanggil hanya diam sambil menatap hani dengan tatapan membunuhnya. "kau ingin pacarmu ini diperiksa atau tidak?" lanjutnya lagi tapi sekarang menggunakan embel-embel pacar yang membuat Ran semakin melongo sedangkan Bintang menatapnya dengan tatapan yang tak bisa terbaca apa maksudnya. "aiihh,, dokter, aku bukan pacarnya. Hehehe!" ucap Ran gugup sambil sesekali melirik kearah Bintang yang kini tak menatapnya lagi. Tanpa berkata apa-apa, Bintang memutar balik badannya dan membanting pintu dengan kasar. Kulihat dokter Hani menghela nafas berat sebelum dia mengarah kepadaku. Sepertinya hubungan kakak beradik ini tak akur. "kau siapanya bocah tengil itu?" tanya hani to the point. "Eh? Oooo,, aku.. aku adik kelasnya dokter!" jawab Ran gugup. Ran POV                          "Eh? Oooo,, aku temannya dokter!" jawabku gugup sambil terus menatap mata dokter Hani. "bagaimana kau bisa kenal adikku? Setahuku dia tak mudah didekati apalagi oleh perempuan!" tanyanya lagi sambil terus memeriksa bagian wajahku. "karena dia ketua kedisplinan di UHS, dan aku salah satu siswa yang berkasus di awal sekolah! hihihi" jawabku jujur dengan senyum sedikit mengembang diwajahku. "apa yang kau lakukan? "tanyanya lagi sedikit membuatku rishi. Kakak adik ternyata sama saja menyebalkannya. Selalu ingin tahu dan pemaksa. "aku terlambat di hari pertamaku sekolah!" jawabku gugup. "baiklah, hidungmu tidak apa-apa! Tak ada masalah serius dengan tulangnya. Hanya saja benturan keras yang kau alami bisa membuat kau harus siap menahan sakit selama kurang lebih tiga hari ini" ucapnya panjang lebar dan kujawab dengan anggukan menandakan tak apa-apa. "baik dokter! terima kasih!" ucap Ran. "apa dia memarahimu saat kau terlambat?" "umm! dia sangat menjengkelkan! kalau saat itu aku sedang diluar mungkin aku akan mencekiknya sampai dia kehabisan nafas!" ucapku panjang lebar tanpa sadar membuat Dr Hani tersenyum tipis mendengar penjelasan tak masuk akalku. sadarr dengan apa yang barusan kucapkan membuatku seketika langsung senyum malu sambil menggaruk tengkukku yang tidak gatal sama sekali "maafkan aku Dokter! bukan maksudku menjelekkan adikmu" "HAhaha! tidak apa-apa! kau santai saja! justru aku harus berterima kasih padamu!" "Eh? kau tidak marah?" "Tidak! sudahlah, jangan lupa tebus obatmu dan minum secara rutin sampai habis!" 'keluarga yang aneh' batinku "baiklah dokter! saya permisi dulu!" pamitku dan Sebelum keluar ruangan, kusempatkan mengucapkan terima kasih dan menundukkan kepalaku sedikit.. "Ran!" panggilnya sebelum tanganku sempat menggenggam gagang pintu. "Ya!" "tetaplah di sisinya! Jangan tinggalkan dia sendiri! berjanjilah padaku." Ucapnya yang membuatku bingung. Kenapa harus begitu? Memangnya dia anak kecil yang masih harus di jaga? Atau jangan-jangan dia anak mami? "kau mau berjanji padaku?" ucapnya lagi yang kali ini hanya kujawab dengan anggukan dan pergi meninggalkan ruangan itu. ***** PLIIISS BANGET JANGAN LUPA KASIH LIKE NYA YAAAA..^0^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD