Chapter 3

1097 Words
Alhasil selama sebulan penuh Ran harus menghabiskan harinya sepulang sekolah diruang kedisplinan untuk dilatih tentang aturan sekolah serta membuat surat perjanjian tertulis tangan. hukuman itu terjadi saat esok hari setelah dimana Ran dihukum membersihkan Aula dan Ran terlambat masuk sekolah. dia terlambat lagi dan tak bisa mengikuti pelajaran pertama. Ketiduran menjadi alasan polos darinya lah yang membuatnya harus rela berdiri didepan kelas dengan kedua tangan diangkat keatas. semua ini gara-gara insiden hilangnya ciuman pertama Ran yang membuatnya tak bisa tidur. dan Apa boleh buat,dia harus menerima hukumannya sekarang. 'ini semua gara-gara cowok tengil itu' Langkah Ran akhirnya terhenti di depan ruangan yang dipintunya terpampang tulisan RUANG KEDISIPLINAN. Ini kali pertamanya Ran menginjakkan kaki keruangan itu, sebelumnya hukuman itu dijalankan Ran di perpustakaan sendirian dan sekarang beralih ke ruang kedisiplinan karena di perpustakaan Ran selalu membuat siswa lain terganggu dengan gerutunya yang tak mau berhenti. 'kenapa posisinya selalu membuat orang kesal' Mencoba menguatkan diri dengan menghembuskan nafasnya panjang, berharap hari ini akan berakhir cepat. Dengan hati-hati dia masuk dan sepertinya ruangan itu sepi. Ruangan ini luasnya bahkan lebih luas dari kamar Ran di kampung. Padahal bagi Ran kamarnya itu sudah menjadi ruangan yang paling besar menurutnya untuk sebuah ruangan istirahat. Tapi ketika pertama kali memasuki ruangan kedisplinan sekolah ini, Ran hanya bisa geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, ruangan ini tak layak disebut ruangan yang cocok ada di sekolah. Di dalamnya ada TV sebesar 50 inci, sofa empuk dan mewah yang tertata rapi bahkan ada tempat tidur empuk lengkap dengan bantal dan gulingnya. 'Apa ini benar2 ruangan kedisiplinan? Lebih terlihat seperti hotel.!' Batin Ran. Ran yang sudah masuk kedalam mencoba mensterilkan ruangan dari suara langkah kakinya. Sembari mengendap-endap seperti pencuri Ran mengedarkan pandangannya mencari sosok yang tak ditemukannya. "kemana si tengil itu?" Tanyanya heran sambil terus mengedarkan pandangannya kepenjuru ruangan, sampai matanya terpaku pada sosok yang sekarang sedang berbaring di sofa dengan buku yang menutup wajahnya. Secara perlahan Ran mendekati sosok yang dia tahu itu adalah si Devil Bintang. Sesampainya di sebelah sofa tersebut, Ran mendudukkan dirinya tanpa membuat suara sedikitpun dan mencoba secara perlahan mengangkat buku yang menutupi wajah cowok itu tanpa berniat membangunkannya. Perlahan demi perlahan diangkatnya buku tersebut yang tanpa sadar membuatnya terpaku melihat wajah polos yang kini berada tepat di depan wajahnya. Seolah imej tengil yang disematkan untuk cowok tersebut lenyap seketika. "kenapa wajah sedamai ini harus berubah menjadi setan saat terbangun! Sangat disayangkan!" bisiknya pelan. Tanpa sadar Ran melirik setiap inci wajah Bintang tanpa terlewat sedikitpun mulai dari rambut, kening, mata, hidung dan tepat pada bagian bibir seketika sekelebat kejadian Ciuman pertama Ran muncul seolah seperti Rol Film yang menampilkan kejadian demi kejadian. Tatapan Ran lama di bibir cowok yang tengah tertidur pulas itu sampai dia tersadar dari lamunannya karena lenguhan kecil yang keluar dari mulut Bintang. tak jelas apa yang digumamkannya, tapi hal itu terlihat lucu dimata Ran. Dengkuran kecil yang ikut keluar dari mulut Bintang membuat Ran tersenyum manis. "dia tampan" ucapnya tanpa sadar dan langsung menutup mulutnya seketika sesaat setelah dia sadar apa yang baru saja dia katakan. Diliriknya Bintang kembali, syukurlah tak ada pergerakan dari cowok itu. Melihat wajah damai Bintang membuat Ran merasakan sedikit desiran aneh di hatinya. Wajah yang kini tengah tertidur itu mampu menghipnotis hatinya dan membuat kerja jantungnya berubah menjadi dua kali lebih cepat dari biasanya. merasa aneh dengan dirinya gadis dengan bulu mata lentik itu langsung berdiri tapi naasnya saat hendak melangkah, Ran terjatuh karena tali sepatu kesayangannya terinjak yang sukses mendaratkan tubuh Ran pada lantai yang dingin di samping sofa. Suara gedebuk dan erangan kesakitan Ran meramaikan ruangan tersebut,. karena sebelum mendarat, Tangan kiri gadis itu terbentur meja. Insiden itu membuat si pangeran setan yang tadi sedang tertidur terbangun walaupun belum sepenuhnya sadar. Ran benar-benar merasakan nyeri dibagian wajahnya, khususnya hidungnya yang ternyata mengeluarkan darah. "Sedang apa kau?" tanya Bintang yang terbangun dari tidurnya. "maaf aku...apa aku.. apa aku mengganggu tidurmu? Maafkan aku..aku...aku terjatuh karena aku menginjak tali sepatuku" ucap Ran gugup tanpa melihat kearah bintang, karena jika dia melihat kearah bintang, sudah pasti dia akan ditertawai karena kecerobohannya yang menyebabkan hidungnya berdarah. Bintang menatap Ran dengan kening berkerut, 'kenapa gadis ini menunduk terus?' tanya Bintang dalam hatinya. "Kau tidak apa-apa?" tanya cowok itu. terdengar ada sedikit nada kekhawatiran di sana. Ran tak menjawab, dia hanya menggeleng dan kembali focus pada hidungnya yang nyeri dan masih mengeluarkan darah. Ran sengaja menutupnya dengan telapak tangan agar darahnya tak menetes. Curiga dengan tingkah laku Ran, tanpa izin terlebih dahulu, Bintang langsung memutar tubuh Ran menghadapnya dan mendapati Ran sedang menutup hidung walaupun dia tak bisa menyembunyikan darah yang meleber kebagian tangannya. Kaget melihat darah yang keluar dari sela jari Ran yang merapat membuat Bintang langsung menyingkirkan tangan Ran yang sedang menutup hidungnya saat itu. "Ya Tuhan, hidungmu Kenapa?" tanyanya panik. Bintang dengan sigap berlari menuju kotak obat yang berada di pojok ruangan didekat TV sesaat setelah dia mendudukkan Ran di sofa tempatnya tidur tadi. Ran yang saat itu tak bisa lagi menahan sakit dihidungnya langsung menangis yang menyebabkan matanya bengkak. Lagian dia benar-benar merasa ceroboh sekali saat itu dan juga merasa bersalah karena sudah mengganggu tidur cowok yang kini tengah duduk didepannya. "Maafkan akuuuu hiksss hikksss!" rengek Ran menahan sakit. "Kenapa kau seceroboh ini. bagaimana kalau hidungmu patah! Kau masih merasakan tulang hidungmu tegak kan? Kau masih merasakan kau punya hidung kan?" tanyanya otoriter yang membuat Ran terdiam tapi tetap sesegukan. "Hey! Kenapa kau diam! Aku bertanya padamu." Ucapnya lagi, tapi kali ini tak seotoriter yang tadi, ini jauh lebih lembut disertakan dengan gerakan tangannya membersihkan darah yang ada di sekitar hidung Ran. "aku menginjak tali sepatuku" ucap Ran sambil menunduk malu. Ada semburat rona merah keluar dari pipinya menambah kesan lucu diwajah Ran apalagi sekarang hidungnya juga memerah. "hahhahaa! Eiiiii,,kau ceroboh sekali" Bintang tertawa tampa berniat menahannya sambil memukul pelan kepala Ran. Mendapatkan perlakuan seperti itu, membuat Ran langsung cemberut dan menggerutu dalam hati. Tapi lagi-lagi ada yang aneh dengam hatinya, Tidak tidak, sepertinya bukan hatinya, melainkan jantungnya. Kenapa degupnya sangat kencang? Apa dia terserang gejala penyakit jantung? Tidak mungkin! Bahkan keluarganya takada yang mempunyai riwayat sakit jantung. Lalu kenapa jantungnya seperti ini. Digesernya sedikit pergerakan matanya agar penglihatannya bisa jatuh pada wajah Bintang yang saat itu masih sibuk membersihkan peralatan P3K. DUG DUG DUG DUG.... Jantungnya kembali berdegup kencang sesaat setelah pandangannya jatuh kembali pada Bintang yang telah kembali dari meletakkan kotak obat tersebut ketepat semula. 'tidak,,ini pasti bohong! Tak mungkin aku menyukainya..tidak tidak tidak' batinnya yang tanpa sadar membuatnya menggelengkan kepala. Bintang yang sadar dengan aksi Ran langsung menatap Ran cemas sambil memegang pipi gadis itu agar kepalanya tak bergerak kesana kemari lagi. Pasalnya itu akan membuat tisu yang tadi diselipkan untuk menghentikan darah dihidungnya bisa saja terlepas. "Kau baik-baik saja? Ada yang sakit?" tanyanya panik. ****** BERSAMBUNG!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD