Pernikahan, bukanlah sesuatu yang akan selalu indah. Seperti roller coaster, hidupmu tidak akan selalu baik-baik saja. Jika kamu iri kepada pasangan suami istri yang tampak mesra, maka kamu belum pernah melihat percekcokan yang terjadi.
Pernikahan, menyatunya dua orang yang sebelumnya tak saling kenal, tak ada hubungan darah, namun harus mampu menciptakan sesuatu yang membahagiakan.
Nikah muda, tidak seindah yang kamu fikirkan. Ketika teman-temanmu sibuk dengan teman barunya, membicarakan tentang lelaki atau perempuan yang disukainya, kamu harus sibuk memikirkan makan malam suamimu atau baju yang menumpuk karena belum dicuci. Atau...anakmu yang tiba-tiba terbangun, dikala kamu sibuk dengan sosial media melihat kehidupan menyenangkan teman seumuranmu.
Sudah dua bulan Ranum dan Rama berada diatas yang sama, tidur diranjang yang sama karena hanya ada satu kamar di rumah kecil mereka.
Pagi ini, Ranum terbangun setelah matahari bersinar. Dia telat, sudah biasa. Sedangkan Rama, masih sibuk dengan mimpi indahnya, maklum saja dia baru tidur dua jam lalu sekitar pukul 6 pagi, karena harus membuat cv untuk melamar kerja. Ditambahlagi, dia harus melatih anak-anak lari.
Perempuan itu, ya...Dia sudah bisa disebut perempuan. Tidak gadis lagi. Dia melihati Rama yang tertidur nyenyak sebentar, kemudian bangkit perlahan karena perutnya semakin membesar dan memberatkan. Rencananya, hari ini ibu mertua akan datang untuk menemaninya ke dokter kandungan. Rama tak bisa menemani, dia harus melamar pekerjaan dan wawancara ditempat.
Perlahan tapi pasti Ranum menuju dapur, tempat yang sudah biasa ia kunjungi. Seperti surganya para wanita, namun belum untuk Ranum. Mungkin bisa dikatakan neraka, buktinya jarinya terluka beberapa hari lalu saat akan memotong buah, tangannya melepuh karena terkena air panas dan hampir saja kakinya juga kena karena air rebusa terjatuh. Dia benar-benar tidak bisa memasak.
Keahliannya adalah membuat telur ceplok, itupun tidak seprofesional orang diluar sana, tidak menarik nafsu untuk menyantapnya. Tapi, ada penikmat setia yang akan selalu melahapnya habis. Ya, Rama.
"Aw....!!!" Teriak Ranum, kali ini tangannya terkena pinggiran panas penggorengan. Dia kesal, telur yang dibuatnya pun mendadak hancur. Sial!
Ranum langsung menjongkok di dapur, membenamkan wajahnya lalu menangis. Dia merasa tak berguna. Namun, tiba-tiba ada tangan yang menyentuh punggungnya lembut, mengisyatatkan semua akan baik-baik saja.
Rama mengambil tangan Ranum yang terluka dan membalutinya dengan perban. Perempuan itu hanya melihatinya sambil terisak. Tak ada kata yang keluar dari mulut Rama, tapi hal itu adalah hal teromantis yang selalu dilakukan Rama. Melakukan hal yang membuat Ranum, seakan semuanya baik-baik saja.
"Hari ini mami kemari kan?" Tanya Rama, seakan tidak peduli dengan masakan Ranum yang hancur lebur.
"Iya" Jawab Ranum, sambil berusaha untuk berdiri disebelah Rama yang tengah memindahkan telur dari penggorengan ke piring.
"Titip salam sama mami..." katanya, berjalan menuju meja makan sambil membawa sepiring telur ceplok.
"Aku lupa memberinya garam..." sesal Ranum, saat satu suapan penuh sudah masuk kemulut Rama.
"Gak apa..." katanya, tersenyum sambil menahan rasa hambar dan entah apalah.
Jam 9 pagi, Rama sudah berangkat pergi. Ranum pun bersiap sebelum ibu mertua datang. Membereskan rumah dan sebagainya. Walau, dibereakan sekalipun rumah kecil itu tetap terlihat berantakan. Ranum sangat berharap, hari ini Rama bisa mendapatkan pekerjaan. Rencananya, Rama akan melamar disalah satu coffe shop ternama. Gajinya cukup besar.
*toktoktok
Terdengar ketukan, Ranum yang sedang sibuk melihati sosial medianya langsung berlari menuju pintu.
"Mami...." peluknya. Pelukan hangat dari ibu mertua.
"Rama udah pergi?" Tanyanya, sembari membuka sepatu dan menenteng tas bekal.
Ranum yakin, makan siangnya dan Rama hari ini terselamatkan. Dia juga tidak perlu masak dan makan masakan tidak enak buatannya.
-
-
-
Disisi lain, Rama sangat bahagia. Hasil dari wawancara singkat itu, sangat baik. Dia langsung diterima bekerja, walau harus training selama 3 bulan dan mendapat gaji setengah dari normal. Setidaknya, ada tambahan.
"Rama, aku dan mami tadi udah ke rs dan hasilnya baik, normal"
Pesan masuk dari Ranum, membuat Rama yang tengah berjalan menuju parkiran tersenyum. Hingga dia bertabrakan dengan seseorang dan ponselnya terjatuh.
"Eh, so-rry...." ucap Rama.
"Rama...?"
"Lo Vin..." ucap Rama, sambil mengambil ponselnya yang jatuh.
"Ngapain lo disini?" Tanya Kevin, yang tampak keren ala mahasiswa.
"Mau tau aja lo..."
"Idih...lo selalu gitu. Ohya, lo darimana nih? Pake hitam putih segala?" Tanya Kevin, menelisik Rama dari atas sampai bawah.
Sampai saat ini, setelah dua bulan berlalu Kevin masih belum tahu tentang Rama. Kisahnya bersama Ranum, padahal mereka cukup dekat. Sebegitu hebatnya Rama menjaga rahasianya dari teman dekatnya itu.
Rama fikir, belum saatnya menceritakan hal 'ini' kepada Kevin. Lagipula, apa pedulinya dia.
"Lo udah makan?" Sambung Kevin, karena tak mendapat jawaban dari Rama di pertanyaan sebelumnya.
Tentu belum, Rama mulai sadar. Ia baru sarapan telur ceplok acak adut buatan Ranum tadi pagi. Sekarang, sudah 5 jam berlalu dan perutnya sudah keroncongan.
"Ehmmm....." Rama berpikir lama, jika dia bilang belum. Pasti Kevin akan mengajaknya makan. Ah...ribet!
"Udah, nih gue mau pulang..." kata Rama.
"Lo songong amet, mentang-mentang udah jadi mahasiswa...lo kuliah dimana sih? Sejak perpisahan lo gak bekabar. Gue cariin lo sampe ke rumah....tapi, gak ada orang. Gue fikir lo pindah ke Belanda..."
"Ntar deh gue jelasin, buru-buru nih...balik luan ya..." kata Rama, menepuk pelan bahu Kevin dan berjalan cepat menuju motornya.
Lapar sudah sampai ke ubun-ubun, Rama tak sabar sampai di rumah. Berharap bisa langsung makan dan tiduran. Lelah sekali rasanya. Namun, apa dikata. Saat sampai di rumah dia tak mendapati sosok Ranum.
Rumah juga berantakan, dia hanya mampu menggeleng. Mencoba sabar, setiap kali sampai di rumah pikirannya langsung mumet, barang berserekan dimana-mana. Dia sadar, rumah ini cukup kecil untuk menampung barang mereka berdua. Tapi...seharusnya Ranum bisa membereskannya, dia kan 24 jam di rumah.
Lelaki bertubuh tinggi dan berkulit putih itu, langsung mengganti bajunya. Melemparnya sembarang karena sangat kesal dan lapar. Mengambil kemeja flanel miliknya yang tergeletak di sofa lusuh depan televisi. Berjalan menuju lemari makanan di dapur dan berucap syukur karena ada makanan kesukaannya.
"Mami tahu aja...aku kangen masakan mami" batinnya.
Setelah selesai makan, Rama langsung merebahkan tubuhnya diatas sofa yang tergeletak banyak baju disana. Dia tak peduli, yang penting bisa berbaring dan menonton tv.
Siaran tv berputar-putar, tak ada siaran yang mendidik. Apalagi sore hari seperti ini, Rama memutuskan untuk tidur dan mematikan tv.
Jarum jam berputar cepat, seakan ingin segera waktu berlalu. Keadaan rumah gelap seperti tak berpenghuni.
Ranum yang baru saja sampai, langsung stres. Melihat pakaian Rama yang berantakan dilantai. Melihat Rama yang tertidur pulas diatas sofa tepat diatas pakaian yang baru dicucinya kemarin dengan susah payah, membuat Ranum jengkel. Tapi, yang dilakukannya hanyalah menarik nafas dalam berkacak pinggang sambil melihati Rama.
"Dia pasti sangat lelah...." batinnya.
Kehidupan pernikahan tidak seindah yang dipikirkan banyak orang, jika orang lain diluar sana merengek ingin segera menikah diusia muda. Lebih baik persiapkan fisik dan mental, karena ini adalah pertarungan yang sebenarnya.
Ketika kamu harus bersabar dengan sifat pasanganmu yang tak kamu sukai, agar tak timbul perselisihan. Melakukan hal yang belum pernah kamu lakukan sebelumnya demi orang lain yang tiba-tiba saja masuk ke dalam hidupmu.