bc

HIDDEN

book_age12+
3.1K
FOLLOW
10.5K
READ
drama
bxg
coming of age
tricky
spiritual
affair
naive
like
intro-logo
Blurb

Sebuah pernikahan karena amanat. Sahabat masa kecil Alia. Amira meninggal bersama calon bayinya. Sebelum kepergiannya, Amira meminta suaminya untuk menikahi Alia. Entah apa alasannya.

Alia berniat menolak mati-matian sebelum ia tau kalau suami Amira adalah Rafa Fauzan Kamil. Orang yang Alia cintai selama hampir delapan tahun lamanya. Sejak SMA bahkan sampai lulus dari Universitas ternama seperti Oxford.

Ada puluhan pria yang datang untuk mengkhitbah Alia. Tapi sosok Rafa selalu ada di hatinya. Sudah Alia coba singkirikan tapi nihil. Dan sekarang Tuhan seolah menyatukan Alia dan Rafa dalam takdir rumit.

Alia memutuskan menerima pernikahan amanah itu, meski Alia tau Rafa pasti masih sangat mencintai Amira.

Pernikahan adalah ikatan yanvg suci, hubungan yang indah. Pernikahan Alia adalah pernikahan tak terduga. Banyak tekanan batin, banyak hal yang tersembunyi. Terutama setelah Alia memutuskan berniqab. Pernikahan Alia dan Rafa, tak seindah surga yang Allah janjikan.

#Rank 1 -luka on w*****d

#Rank 1- Islam on w*****d

#Rank 2 -Cadar on w*****d

#Rank 1- Agama on w*****d

#Rank 1- Religi on w*****d

#Rank 30- Romance on w*****d

chap-preview
Free preview
Permintaan Terakhir
Punten semua.. Ini genre yang jauh dari genre yang biasanya aku tulis, like teen fiction to litle bit religius and romantic. Biasanya aku nulis novel dengan genre teen fiction as you guys know. Tapi kenapa si mbak Swakangur ini tiba-tiba hedon bikin cerita beginian. Rahasia guys aku nggak mungkin bilang alasannya. Karena yaa...ada deh pokoknya. Why judulnya Hidden? Sebenarnya kalimat ini sendiri menggambarkan pertanyaan terbesar aku, seperti cara Tuhan mempertemukan semua hambanya masing-masing dengan cerita yang nggak mungkin sama tapi tetap indah. Entah kenapa aku selalu terpukau dengan takdir. __HIDDEN__ "Perasaanku enggak enak" Amira berkata begitu bukan karena ia akan segera melihat alat-alat persalinan yang menyeramkan. Bukan sekedar perasaan Ibu hamil yang masuk masa hamil tuanya. Hanya saja perasaan Amira benar-benar mengganjal. Seolah akan ada sesuatu hal yang akan terjadi. Amira sendiri tak mengerti. Perasaan itu datang tiba-tiba. Membuatnya gelisah, tidurnya tak nyenyak, Amira selalu terbangun tengah malam. Hanya merenung, dan anehnya memikirkan Alia, sahabat masa kecilnya yang sekarang tengah menempuh pendidikan di Oxvord University dengan gelar sebagai dokter. Amira sudah lama tak bertemu Alia. Bahkan saat Amira menikahpun Alia tak sempat hadir. Berkomunikasi saja sudah jarang. Tapi kenapa? Nama Alia tiba-tiba terlintas difikiran Amira. "Itu cuma perasaan kamu sayang, kamu terlalu khawatir dengan proses kelahiran bayi kita kan?" Rafa terkekeh sambil mengelus perut Amira sebelum tidur, seperti biasa. Amira menggeleng pasti, kini ia manatap Rafa serius "perasaan ini sudah lama Mas, aku enggak paham kenapa, kamu tau kan aku selalu bangun tengah malam belakangan ini..." Amira menelisik raut wajah Rafa yang masih bisu, mungkin masih mengira kalau itu hanya kehaluan Ibu hamil "entah kenapa aku mikirin sahabat kecil aku" "Udahlah Ra, aku nggak mau karena banyak fikiran kamu jadi stres dan malah menganggu kehamilan kamu" Amira menghela nafas pelan" tapi aku bermimpi dia memakai gaun pengantin dan kamu sebagai calon suaminya" Rafa melotot tak percaya"kamu gila ya, aku bahkan enggak kenal sama sekali siapa sahabat masa kecil kamu itu. Udah ya Ra. Mas mau kamu tidur" Ada perasaan bersalah saat Rafa sedikit membentak Amira tadi, Rafa sangat jarang sekali memarahi Amira. "Maafin Mas karena ngebentak kamu tadi. Mas khilaf. Sekarang Mas mohon kamu tidur ya" Amira tersenyum tipis, Rafa menaikan selimut sampai batas leher Istrinya. Jujur saja Rafa heran bisa-bisanya Amira bermimpi seaneh itu. Sampai kapanpun Rafa tak akan pernah mau menikahi wanita lain. __HIDDEN__ Aroma nasi goreng dipagi hari menyapa indra penciuman Rafa, ia heran. Yang pasti bukan Amira yang memasak karena Istrinya itu sedang berkutat di kamar mandi, dan biasanya kalau Amira sudah masuk kamar mandi, dia akan menghabiskan waktu yang tidak sebentar. "Bunda" Sekarang Rafa tau siapa yang tengah sibuk didapur rumahnya. Fatma, dia adalah Ibunda Amira. Segera Rafa menyalimi Fatma, mengucap salam kemudian memeluk Fatma erat, bagi Rafa Fatma sudah seperti Ibunya sendiri, karena Rafa adalah anak yatim piatu jadi ia sudah menyayangi Fatma selayaknya almarhum Fatimah- ibunya. "Bunda kok enggak bilang mau kesini, kan bisa Rafa jemput. Jauh-jauh dari Bandung langsung ke sini terus masak" Rafa cenderung memanjakan Amira dan Fatma. Baginya wanita adalah perhiasan dunia. Yang kodratnya harus dijaga dan dikasihi dengan baik. Fatma tertawa"udahlah Nak, Bunda tidak capek sama sekali. Terlalu semangat malah, kan mau nyambut kelahiran cucuku" Rafa terkekeh" Bunda sampai Jakarta jam berapa?" "Habis solat subuh Bunda langsung kesini, semalam nginep di rumah Budenya Amira" "Kamu sarapan saja dulu, Bunda mau nemuin Amira" Rafa mengangguk, Fatma hendak berjalan menuju tangga. "Mas Rafa!" Jeritan kesakitan itu terdengar setelah bunyi gedebum yang cukup keras. Rafa memundurkan kursinya dengan cepat kemudian berlari secepat mungkin, jantungnya berdebar tak karuan. Hatinya berdoa semoga Amira tidak jatuh atau apaun itu. Rafa tak bisa membayangkan hal yang lebih buruk. Rafa membatu, dibelakangnya Fatma sudah gemetar sambil beristigfar. "Pak Amir siapkan mobil!!" Rafa tak pernah berteriak sekencang itu sebelumnya, ia mengambil khimar yang diletakan Amira diatas kasur, khimar senada dengan gamis yang dikenakan Amira, jantungnya seakan berhenti berdetak melihat darah mengalir dan membasahi gamis Amira. Rafa mengenyahkan segala fikiran buruknya, mencoba menenangkan diri meski seluruh persendiannya sudah terasa lemas. Amira menangis, sementara tangannya meremas perutnya yang terasa dililit. Rafa menggendong Amira dengan hati-hati. Syukurnya pak Amir mendengar teriakan Rafa, sehingga mereka bisa langsung menuju rumah sakit. ___HIDDEN__ Rafa mengusap wajahnya kasar, Rafa menyalahkan dirinya karena tak berada disamping Amira, sepertinya Amira baru selsai keramas, Rafa melihat tetesan air dilantai kamarnya, Amira pasti terpeleset karena itu. "Rafa" suara Fatma menyadarkan Rafa dari segala fikiran buruk yang mungkin menimpa Amira. Wajah Fatma nampak sendu, Rafa tau Bundanya itu juga pasti sangat khawatir. "Amira ingin bicara sesuatu" Rafa mengangguk, tangannya mengusap pundak Fatma pelan, berusaha menenangkan. Meski Rafa sendiri sudah hampir mati berdiri rasanya. Membayangkan istrinya yang tengah mengandung jatuh bahkan sampai pendarahan. Amira nampak pucat, bibirnya terlihat kering hampir seputih kapas, Rafa menarik kursi kemudian duduk, Rafa mengambil tangan Amira untuk digenggam"maaf" Amira tersenyum lemah"bukan salah kamu Mas" Mungkin ini alasan Rafa bertahan dengan Amira, sosoknya sabar, selalu lapang d**a dan mencoba ikhlas. "Mas, aku punya satu permohonan" "Apapun sayang, apapun" "Aku mau Mas Rafa menikah sama Alia" Rafa diam membisu, mencoba untuk meredam amarahnya. Ia benar-benar tak suka dengan ucapan Amira yang selalu membahas teman masa kecilnya yang bernama Alia itu. Rafa bahkan tak tau sifat dan wataknya sama sekali. "Mimpi itu bukan sekedar mimpi Mas, itu terasa nyata. Seperti perintah" "Stop Amira! Sampai kapanpun Mas tidak akan memenuhi keinginan kamu yang satu ini" Amira menahan sakit ditenggorokannya setiap ia bicara "meski ini permintaan terakhir aku?" Jantung Rafa terasa diremas sedemikian rupa, ia menatap Amira antara marah sekaligus sedih. Marah karena Amira sempat-sempatnya berkata demikian, dan sedih karena fikiran itu sempat terlintas di otak Rafa. Bagaimanapun, Amira dan kandungannya itu lemah. Dokter Sarah pernah bilang kalau mungkin saja kehamilan Amira bisa membahayakan Amira sendiri, Amira punya pinggang yang kecil, pernapasannya pun sering terganggu. Tapi dasarnya Amira, dia malah keras kepala dan tetap ingin melahirkan secara normal. "Amira tolong, jangan pernah bilang begitu" "Dengar Mas, kondisiku lemah. Mas juga tau kalau kemungkinan aku mati di persalinan ini besar. Mas juga tau kalau aku penyakitan. Jadi tolong hargai permintaan terakhir aku" Amira nampak marah sekarang. Rafa menghela nafasnya tak habis fikir"permintaanmu itu yang aneh, mana ada istri yang minta suaminya menikah lagi" "Aku tau Alia baik buat kamu mas, kamu tidak akan menyesal" Rafa mengusak rambutnya frustasi"katakan kamu bersedia menikahi Alia Mas" "Bagaimana kalau Alia Alia itu tidak mau?" "Dia mau. Aku yakin" sorot mata Amira sepertinya menunjukan keputusan final yang tentunya tak bisa dibantah. Rafa hanya berdoa semoga gadis bernama Alia itu menolak mentah-mentah keinginan Amira itu. Tok tok Dokter Sarah masuk bersama dengan dua suster dibelakangnya. "Maaf Pak Rafa, Bu Amira harus segera ke ruang operasi. Waktu kita tidak banyak" Rafa mencelos dia menatap Amira horor "Aku maksa mereka ngasih waktu untuk kita bicara" Rafa bagai dicambuk belati, jadi sedari tadi Amira kesakitan dan Rafa tidak tau. "Demi Allah kamu udah gila Amira" Dokter Sarah memerintahkan kedua suster itu untuk memindahkan Amira ke ruang operasi. Rafa diam bagai patung, lebih tepatnya ia tak habis fikir dengan apa yang dilakukan Amira. Perempuan itu baru saja membahayakan dirinya dengan anak mereka. Rafa ingin marah. Tapi melihat Amira yang lemah dan tak beradaya. Rafa memilih menenangkan diri. Dia keluar dari ruangan yang telah kosong, bersandar didinding. Fikirannya kosong sementara hatinya tak tenang. __HIDDEN__ Bayi yang selama ini Rafa harapkan telah pergi, Bayi itu telah meninggal didalam rahim Amira, dan Amira menyusul karena kehabisan darah. Terlebih jantungnya tiba-tiba melemah, membaut pernafasan Amira sulit diatur, apalagi Amira dalam kondisi lemah setelah pendarahan hebat. Rafa menutup pintu kamarnya pelan, tubuhnya merosot tak bertulang, Rafa sudah berandai-andai menjadi ayah, berandai-andai membesarkan anak mereka bersama Amira. Namun takdir Tuhan memang kejam. Tuhan merenggut keduanya dari hidup Rafa. Menyisakan hatinya yang kosong tak berpenghuni. Membiarkan Rafa hidup dalam penyesalan dan imajinasi gilanya yang mulai menguar. "Maaf Ra, maafin Mas" Rafa berdiri, manatap pantulan dirinya dicermin rias Amira, tanganya mengepal kuat, emosi itu tak terbendung. Rafa melampiaskannya dengan memukul kaca didepannya mengabaikan tetesan darah yang langsung mengotori lantai. Tak ada rasa perih. Tak ada rasa sakit. Satu-satunya rasa sakit itu sekarang berasal dari hatinya. Menggerogoti semua bagian dirinya. __HIDDEN__ Alia Meira Atmaja, gadis itu tersenyum. Menanggapi bagaimana setiap pasang mata menatap aneh dan risih padanya. Padahal gadis itu tengah di Indonesia yang sebagian penuh populasinya beragama Islam. Pertanyaannya, lalu kenapa masih ada yang memandang niqab Alia sebagai sesuatu yang tabu. Alia melangkah anggun dengan gamis berwarna hitam dan niqab berwarna senada. Hanya bulu matanya yang lentik dan bola mata berwarna coklat madunya yang bisa dilihat. Alia menatap sekeliling bandara, ia menghela nafas. Alia tau keluarganya tentu tak akan menjemput Alia. Alia menatap sosok wanita paruh baya yang ia kenali sebagai Ibu dari sahabat kecilnya, Amira. Alia menarik kopernya menuju Fatma. Alia terkekeh, ekspresi Fatma nampak bingung. Mungkin kaget ketika wanita berniqab tiba-tiba menghampirinya. "Ini Alia tante" Fatma menutup mulutnya tak percaya. Tentu saja Fatma kaget. Dulu Alia tak berjilbab. Bajunya masih suka pendek-pendek, Alia dulu sangat jauh dari penampilannya sekarang apalagi Alia bukanlah seorang muslim. Fatma fikir Alia akan terbawa pergaulan selama dia menempuh pendidikan di Oxford. "Ya Allah ini kamu Al!" Fatma hampir menjerit sementara Alia sudah tertawa. "Iya ini Alia tante. Kabar tante gimana?" "Baik Al, Oh iya Al. Kamu bisa ikut tante sebentar. Kita ngobrol di luar ya?" Alia mungkin bingung namun ia tak kuasa menolak. Tadinya Alia fikir Fatma akan menjemput kerbatnya. Lalu kenapa Fatma malah mengajak Alia berbicara diluar sekarang. Apa mungkin kedatangan Fatma sejak awal adalah untuk menemuinya. Alia dan Fatma singgah di sebuah restoran dekat bandara. Fatma memesan dua jus alpukat, katanya Alia tidak ingin makan jadi Fatma tidak memesan makanan. "Tante mau ngomong apa sama Alia?" Fatma berdehem"Kamu tau Al, Amira sudah meninggal" "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Alia kok enggak di kabarin Tan?" "Maaf ya, kamu pasti sibuk. Amira meninggal bersama bayi dalam kandungannya Al" Alia merasa amat bersalah. Amira sangat berarti bagi Alia, Amira itu sudah seperti kakak sendiri"Ya Allah tante kalau untuk Kak Amira Al pasti sempatkan" "Iya Al tante tau. Tapi Al, bukan cuma itu yang mau tante sampaikan" Alia mengeryit"lalu apa tante?" Fatma berdehem"kita tunggu Rafa dulu ya" Alia familiar dengan nama itu. Namun kembali ke fakta kalau nama Rafa itu pasti banyak bukan cuma satu orang. "Bunda" Entah ini perasaan Alia atau apa. Suara itu sama, meski sudah delapan tahun tak bertemu. Namun Alia tak menampik hatinya yang bereaksi sama pada sosok di hadapannya. Dia Rafa, kakak kelasnya dulu. Sosok yang merubah Alia spenuhnya. Yang membuat Alia tertarik pada agama Islam, yang membuat Alia mau terlihat pantas berdiri disampingnya. Dia Rafa, Rafa yang sama. Yang masih Alia cintai dalam diam selama hampir delapan tahun lamanya. Note: Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun ( Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali) (Al-Baqarah 2:156)

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

My Devil Billionaire

read
94.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook