bc

Ada yang Marah

book_age18+
1.0K
FOLLOW
6.7K
READ
billionaire
possessive
forced
dare to love and hate
CEO
heir/heiress
sweet
bxg
icy
city
like
intro-logo
Blurb

Kadang teman jadi cinta dan cinta jadi sengketa, saat dia menjadi lebih berarti dari hanya sekedar teman dan sabahat saja, bisakah diri ini mempertahankan kata yang namanya 'cinta'?

"Gak nyangka kamu mau membunuhku dari belakang seperti ini"

"Aku cinta" Pandu hanya akan mengatakan itu karena tidak memiliki kalimat lainnya meski ribuan kata yang lebih indah dan meyakinkan berjubel di dalam kepala, semua karena Tari yang terlalu sering mengganggunya

"Makan saja cintamu, aku gak butuh"

Cinta antara dua pria dan satu wanita, siapa yang lebih mampu bertahan? Atau persahabatan memang lebih penting dari semuanya? Atau dia tidak berjuang karena lebih mencintai jenisnya dengan kelam in sama?

Ide 9 Agustus 2021

ASLI karya Jenang Gula

chap-preview
Free preview
Prolog
Halo, Pembacaku sayang. Ketemu lagi dengan cerita dari Jenang Gula. Follow Thor, tap love, baca, dan komen. Selamat membaca, Kesayangan... Wajah yang tampan tidak membuatnya menjadi play.boy atau bahkan penjahat kelam in. Saat ini saja pria bernama Pandu ini malah duduk diam saat mama dan papanya selalu menanyakan hal yang sama, pacar, pacar, dan pacar saja. Sampai rasanya Pandu sangat jengah dan malas menjawab semua pertanyaan yang seakan terus mengejarnya itu. “Mama capek, kamu sudah kepala tiga dan gak punya pacar? Anak mama yang satu ini normal kan, Pa? Papa jangan cuma diam saja!” teriakan yang seperti angin ribut di musim hujan, dan tak menggentarkan pria bernama Pandu itu untuk membela dirinya atau bahkan menenangkan mamanya itu. “Papa yakin Pandu normal, ya kan?” tanya papanya ke Pandu, “masak badan gede begini suka sama petungan, mau jadi apa?” tanyanya lagi. Pandu hanya menyandarkan punggungnya ke kursi nyaman di belakangnya itu, dan membiarkan mama dan papanya memiliki pendapat mereka sendiri. “Pokoknya besok Mama mau ngajak anak teman Mama, trus kamu harus mau kenalan sama dia.” “Ma?” Pandu mulai malas kalau sudah seperti ini. “Kenapa? Kamu takut Mama kenalin sama wanita? Itu lebih bagus dari pada kamu keluyuran gak jelas.” “Pandu bisa cari kenalan sendiri, Ma.” sanggah Pandu. “Gak, Mama gak mau tahu, besok awas kamu kalau sampai kabur, Mama gak mau lagi ngakuin kamu jadi anak Mama, denger gak?!” teriak mama Pandu. Pandu pun segera berdiri, mengambil kunci mobilnya dan pergi ke kafe milik sahabatnya yang akan membuat pikirannya lebih segar dari pada harus berada di rumah dan bisa membuat telinganya benar-benar tuli nanti oleh teriakan mamanya itu. “Mama jangan terlalu keras sama Pandu.” ucap papa Pandu. “Mama cuma gak mau Pandu salah pergaulan, Pa. Sudah masalah Pandu biar Mama yang ngatur titik, Pa.” sedikit sewot, mama Pandu pun segera beranjak dari ruangan yang terasa sedikit panas menurutnya itu. Sedangkan di tempat lain... Pandu yang baru saja sampai di kafe temannya, Rizky, hanya bisa diam di dalam mobilnya, antara masuk ke kafe atau tidak. Semua kebimbangan karena dirinya sedang melihat Rizky bersama dengan kekasihnya, bukan b******u, tapi karena Rizky terlihat marah dan membentak wanita itu. “Kamu buta ya? Aku sudah bilang kan, pake warna biru, kamu gak tau warna biru, hah?” “Rizky, apa bedanya sih biru sama biru tua? Aku juga gak ada maksud apa pun juga, gak masalah dan gak ada artinya apa-apa.” “Bagus ya, kamu sudah berani membangkang kayak gini sama aku? Apa karena ada pria lain yang sudah janjian pake warna itu, iya?” Pandu melihat wanita itu menghela napasnya panjang, mungkin lelah. Pandu pun memutuskan untuk ke luar dari mobilnya dan berjalan mendekati pasangan yang sedang bertengkar itu, “Bro.” sapanya agar setidaknya Rizky menahan emosinya. “Dari mana? Rumah?” tanya Rizky yang bersikap seperti tidak ada apa pun juga. “Iya, sibuk gak, ke luar yuk, cari angin.” ajak Pandu. Rizky pun segera menoleh ke pada kekasihnya, “kamu pulang sendiri, aku sibuk.” segera berbalik dan merangkul Pandu, “yuk! Ke tempat biasa aja.” ajaknya ke Pandu. “Siapppp.” jawab Pandu dengan tawanya yang sedikit mengembang. Ke mana lagi jika bukan ke tempat yang mengasyikkan, musik yang keras, lautan manusia yang sedang berjoget, serta minuman yang sedikit membuat beban ke duanya pergi. Pandu juga suka ke tempat ini, suntuknya akan hilang dan pulang dengan keadaan yang lebih baik. “Turun yuk!” ajak Rizky ke temannya yang lebih banyak diam itu. “Turun aja, aku masih haus.” tolak Pandu. “Okey deh.” tanpa menghiraukan temannya itu, Rizky lebih suka turun ke lantai dansa dan mulai bergoyang sesukanya, Rizky merasa, dengan bergoyang seperti ini marahnya dengan pacarnya tadi akan hilang dan membuat perasaannya menjadi lebih baik lagi. Berbeda dengan Pandu, dia hanya suka menenggak minuman yang akan membuat kepalanya sedikit puas dan membuat semua beban hidupnya hilang. Bahkan wanita yang mendekatinya saja Pandu akan menolaknya, bukan karena dia tidak menyukai wanita, hanya saja Pandu merasa wanita di tempat ini pasti kotor karena beka dari banyak orang, dan dia tidak menyukai itu. Entah sudah jam berapa, meski ke dua sahabat itu berangkat bersama, tetap saja ke duanya seperti orang asing di tempat ini. Sampai mungkin merasa bosan sampai Rizky kembali dan mengajak Pandu untuk pulang karena merasa perasaannya sudah membaik kembali. “Kenapa cewekmu?” tanya Pandu iseng. “Biasalah, dia suka lola kalo diajak ngobrol.” jawab Rizky singkat. Pandu pun terkekeh, “tiap hari lola?” “Aku gak suka aja kalau dia ke kafe pake baju yang gak sama kayak bajuku.” “Memangnya apa hubungannya?” “Kamu kan tahu, banyak laki-laki di kafe, dia pasti mau tebar pesona itu. Pandu pun terkekeh kembali, “udah gede, tetep aja gitu kamu mikirnya.” “Mangkanya cari cewek, biar kamu tahu kalau mereka itu suka seenaknya sendiri kalo gak dikerasin.” Pandu hanya menggeleng, tidak paham dengan pemikiran temannya itu. Setelah menurunkan temannya di kafenya, karena rumah tinggal temannya itu jadi satu dengan kafe, bangunan yang berlantai tiga membuat kafe sengaja difungsikan di lantai satu dan teras serta melebar, sedangkan lantai dua dan tiga menjadi hunian. Tapi Pandu suka dengan kegigihan temannya itu yang tak kenal lelah saat membangun usahanya, tidak seperti dirinya yang selalu dibayangi oleh orang tuanya saja. Pandu pun segera masuk ke kamarnya dan mengistirahatkan tubuhnya itu setelah mengganti pakaiannya dengan kaos longgar dan celana pendek saja. Tidur akan membuat otaknya bisa berpikir untuk menghadapi hari esok. *** Pandu sangat yakin ini sudah cukup siang, buktinya suara mamanya sudah memenuhi rongga telinganya saat ini. “Apa sih, Ma?” jawabnya yang merasai tubuhnya terguncang begitu hebat. “Bangun, di bawah ada cewek yang Mama bicarakan kemarin.” Pandu sangat malas mendengar kalimat seperti itu, “masih pagi, Ma. Dia gak kerja memang?” jawab Pandu tanpa membuka matanya. “Pagi? Ini jam sebelas siang. Cepat bangun, Mama tunggu di bawah.” Seperti tidak ada pilihan lain, Pandu pun segera bangun dan mencuci mukanya untuk memastikan tidak ada hal yang menjijikkan, dan turun setelah menggosok giginya juga. Tapi apa? Wajah yang menurutnya cukup dia kenal malah tersenyum sambil bercanda dengan mamanya saat ini, “mampus aku.” lirihnya saat netra mereka bertemu dan membuat dunia baru yang bisa saja membuat mati berdiri setelah ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

My Secret Little Wife

read
95.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook