Dia Pacarku

1650 Words
Sore ini adalah tiga hari kemudian setelah Sari menyanggupi pengalihan tugas dari Mahes. Hari yang dijanjikan oleh Mahes untuk mengenalkan Sari ke orang-orang klinik yang akan Sari urus nantinya. Sari menanti kedatangan kakaknya itu dengan gelisah. Sedikit cemas tapi juga sangat bersemangat untuk memulai pengalaman baru menjadi pimpinan yang mengurus sebuah klinik. Mahes mengatakan akan menjemputnya sepulang dari menyelesaikan urusan di Banyu Harum. Tetapi ternyata sampai jam lima sore Mahes baru tiba di rumah. Sepertinya urusan rumah sakit barunya masih banyak yang belum tuntas sepenuhnya disana. Setelah kakaknya datang tentu saja Sari tak langsung menagih untuk diantar ke klinik. Sari cukup tahu diri untuk memberikan waktu bagi Mahes waktu mandi dan membersihkan dirinya dulu di kamarnya. Beberapa menit kemudian, setelah menyelesaikan ritual pribadinya, Mahes menghampiri Sari yang masih setia menunggunya di ruang keluarga sambil nonton TV dan menikmati evening tea beserta cemilan. "Udah siap Sar?" tanya Mahes ikut duduk di kursi, mengambil sebuah risole keju dan menggigitnya. "Sudah donk. Kita cuma lihat-lihat saja kan acaranya?" Sari menuangkan teh hangat pada secangkir gelas untuk ditawarkan pada kakaknya itu. "Iya kenalan dan lihat-lihat suasana dulu. Besok kamu sudah bisa mulai belajar sendiri bergantian datang ke klinik-klinik itu. Gak usah sering-sering datang, cukup diawasi dan minta laporan berkala dari penanggung jawab klinik aja. Kalau kamu keseringan datang bakal bikin canggung anak-anak. Mereka akan merasa gak bebas dan diawasi." "Oh, Ok. I got it." Sari mengangguk tanda mengerti akan saran dari kakaknya. Terlalu rajin dan terlalu ketat mengawasi juga gak baik ya? Bakal ditakuti dan dimusuhi oleh anak buah? Berarti main selow aja ini seharusnya. "Yaudah, Yuk kita berangkat biar gak kemalaman." Mahes beranjak setelah menghabiskan cemilannya dan meneguk habis secangkir tehnya. Sari menurut saja mengikuti langkah Mahes ke mobil Pajero sport putih yang terparkir di halaman rumah. Kemudian mereka berdua berangkat menuju ke klinik-klinik yang telah ditentukan. Berurutan tour mereka dimulai dari klinik BPJS Perusahaan yang agak jauh lokasinya, karena harus berada di kawasan industri. Kawasan industri yang harus jauh dari perkotaan. Mahes memperkenalkan Sari kepada beberapa pegawai yang sedang bertugas sore itu disana. Mengajak berkeliling klinik untuk mengenalkan dengan setiap ruangan dan bagian klinik. Kemudian mereka beralih ke ruang manager untuk menunjukkan beberapa dokumen dan arsip penting disana. Tujuan kedua adalah klinik BPJS murni yang berlokasi di pinggiran kota. Hampir sama saja dengan apa yang dilakukan tadi di klinik pertama tadi. Pengenalan dengan para crew, tour keliling klinik serta urusan dokumen di kantor. Tour kali ini lebih singkat karena klinik BPJS hanya melayani rawat jalan sehingga lebih simple. Bangunannya juga lebih kecil, berbeda dengan klinik sebelumnya yang harus masuk ke kawasan perusahaan serta melayani rawat inap. Tujuan terakhir mereka adalah klinik swasta murni, yang lokasinya tepat di tengah keramaian kota. Sengaja klinik ini dijadikan tujuan terakhir karena lokasinya yang paling dekat ke kediaman Hartanto. Biar bisa langsung pulang nantinya kalau sudah beres semuanya. "Eh Sar, jadinya siapa dokter pengganti yang jaga di klinik Hartanto Husada?" tanya Mahes sambil melajukan mobilnya. Mahes penasaran juga Sari bisa nemu dokter pengganti dari mana. Karena setahu Mahes adiknya ini belum terlalu banyak mengenal dokter-dokter yang berpraktik atau berdomisili di wilayah kota Genting mereka. Keanggotaan IDI cabang Banyu Harum juga kayaknya belum diurusin. "Ada temen interenship, Mas." Jawab Sari. "Oh temen seputaran sama kamu ya? Siapa namanya? Lulusan mana?" tanya Mahes menyelidik. Bagaimana pun klinik swasta mereka ini termasuk klinik elit dengan target pasien dari kalangan kelas menengah keatas. Fasilitas yang diberikan juga termasuk fasilitas terbaik. Jadi sudah semestinya Mahes menginginkan dokter terbaik juga yang bertugas melayani di sana. "Dokter Jun, Junaedi. Temen kuliah Sari di UNJEM, kami seangkatan." Sari menjawab, tahu benar alasan keraguan Mahes. Sari ingin meyakinkan Mahes bahwa Jun adalah seorang dokter yang cakap dan mumpuni. "Oh, kalau UNJEM si pasti pinter ya? Kayak seseorang lulusan sana tu." Mahes menanyai Sari sambil sedikit menggoda adiknya juga. Tapi memang kalau lulusan universitas negeri begitu biasanya tak diragukan lagi kualitasnya, jelas pintar. Mau masuk kuliah dan mau lulusnya aja susah banget, butuh otak encer. "Iya donk," Sari menjawab dengan bangga. "Tapi Jun ini beneran pinter kok, skill-nya juga bagus." "Kamu kok kayaknya kenal dekat sama dia?" Mahes sedikit curiga mendengar Sari bercerita dengan bersemangat tentang Jun. Jarang-jarang Sari memuji orang lain. Ada rasa tak nyaman juga di d**a Mahes mendengar Sari sepertinya cukup dekat seorang pria. Pria lain selain dirinya dan Ardi, yah selama ini hanya mereka berdua saja pria yang dekat dengan Sari. "Eh? Enggak biasa aja kok." Sari merasa ada desiran aneh di d**a, malu-malu demi membicarakan Jun. 'Kenapa rasanya hangat dan menyenangkan bahkan hanya untuk menyebut nama dan mengingatmu, Jun?' Mahes semakin penasaran dengan reaksi janggal Sari yang terpantul dari kaca spion. Apaan coba? Kenapa Sari sampai malu-malu dan salah tingkah begitu? Mahes semakin penasaran siapa dokter Jun ini, penasaran juga ada hubungan apa dengan adiknya. 'Ada apa ini? Masa iya Sari sudah punya pacar?' Tak lama kemudian Sari dan Mahes sampai di klinik Hartanto Husada. Mereka langsung disambut oleh para crew klinik dengan hangat dan ramah, jelas saja siapa yang gak respek kalau yang datang para owner? Jun yang sedang berjaga sore itu sebagai dokter pengganti, juga ikut menyambut mereka berdua. "Perkenalkan ini adikku, dokter Sari Hartanto. Mulai hari ini dia adalah pimpinan utama klinik ini, pimpinan kalian semua." Mahes mengenalkan Sari kepada lima orang pegawai yang sedang bertugas. Kemudian para pegawai itu memperkenalkan dirinya masing-masing bergantian. Dua orang perawat, satu orang apoteker, satu orang bagian administrasi dan satu lagi cleaning servis. "Salam kenal, mohon kerjasamanya ya semuanya," Sari memberikan sambutan pertamanya. Berusaha ramah tapi juga memberikan kesan berwibawa. Tak ingin terlihat garang tapi juga tak ingin terlihat lemah. "Anda dokter Jun?" Mahes menyapa seorang pria yang belum dikenalnya. Semua crew klinik sudah dikenalnya meskipun tidak akrab, pasti dia ini si dokter Jun. Pria itu terlihat sangat tenang dan misterius, tipe yang tidak begitu disukai oleh Mahes. Tipe yang sulit untuk dibaca jalan pikirannya. Mahes merasa tidak tenang kalau berhadapan dengan tipe orang yang sulit ditebak jalan pikirannya seperti ini. "Benar, dok. Salam kenal." Jun memperkenalkan dirinya sambil menyodorkan tangan pada Mahes. Jadi ini kakak Sari yang katanya best brother? Memang sekilas saja dapat terlihat sangat cerdas dan berwibawa si dia dibalik penampilannya yang terkesan kalem serta santai. Tipe seorang pemimpin besar yang bergaya down to earth. "Salam kenal, dokter Jun." Mahes menyambut perkenalan dari Jun. Sejenak kedua pria itu terlihat saling menggenggam tangan masing-masing dengan erat dan saling berpandangan saling menilai satu sama lainnya. Setelah sesi perkenalan, mereka melanjutkan dengan sesi berkeliling klinik dan bagian-bagiannya. Mahes, Sari, Jun dan Dwiani salah seorang perawat yang membimbing langkah mereka berkeliling klinik. Mahes menjelaskan tentang banyak hal pada Sari dan Jun tentang berbagai hal dari klinik ini. Menjelaskan bahwa untuk klinik swasta mereka harus benar-benar menjaga kualitas pelayanan mereka, servis excellent. "Yaudah kalian bisa melanjutkan pekerjaaan kalian." Mahes mengakhiri sesi tour mereka setelah mencapai ruangan manager. "Baik, dok." Dwiani langsung menurut mohon ijin pamit dari ruangan. Jun juga mengikuti langkahnya dalam diam, bermaksud kembali ke meja dokter jaga. "Dokter Jun, ikut pembicaraan di sini sebentar ya." Pinta Sari sebelum Jun mencapai pintu. "Baik," Jun membalikkan badannya dan kembali berjalan mendekat ke arah Sari dan Mahes berdiri. Tidak menduga juga bahwa Sari akan langsung mengajak dirinya ikut mendengarkan penjelasan Mahes. Bukan menceritakan apa yang nanti akan dikatakan Mahes padanya. "Lho ini masalah internal, Sar. Ngapain dia ikut-ikut? Yang kita bahas ini termasuk keuangan dan sistem managemennya lho." Mahes memprotes tindakan Sari. Kenapa harus melibatkan dokter pengganti baru yang tidak tahu apa-apa untuk masalah internal klinik? "Gak pa-pa, Mas. Jun ini bisa dipercaya kok. Dan satu lagi, dia nanti akan bantuin aku." Jawab Sari santai. "Tunggu-tunggu, Dia ini siapa sebenarnya?" Mahes mulai semakin curiga, pasti ada sesuatu diantara mereka. Tapi masa iya sih? Mahes berusaha menepis pikiran aneh yang berkelebat di kepalanya. Tidak mungkin Sari punya pacar kan? Jun diam saja bingung harus bereaksi bagaimana. Apalagi Mahes adalah kakak Sari. Si putra pertama dan calon pemimpin Hartanto Grup di masa mendatang. Masa Jun mau sok-sokan bilang bahwa dirinya sudah berjanji akan membantu Sari dalam mengurusi klinik mereka? Belagu bener! "Dia pacarku," Sari menjawab dengan mantap. "Haaaaaah?" Mahes langsung terbelalak dan melongo mendengar jawaban Sari, benar-benar kaget. Jadi dugaanya tadi benar, pria ini adalah pacar Sari? Sekali lagi Mahes mengamati Jun dari atas sampai bawah lebih seksama. Secara keseluruhan dokter muda ini terlihat rapi dan bersih. Pembawaannya juga sangat tenang dan kalem. Sepertinya cukup cerdas dan berwibawa juga sebagai seorang lelaki. Tidak ada yang dapat dikeluhkan Mahes dari penampilan Jun. Tetapi tetap saja Mahes penasaran akan pria satu ini secara menyeluruh. Mahes bertekad akan menyelidiki dokter Jun ini sampai sedetail mungkin. Kau tak akan bisa menyembunyikan apapun dariku. Segala track record keseharianmu pasti akan aku telusuri semua. Sementara Jun juga tak kalah kagetnya dengan Mahes. Dalam hati sebenarnya sudah jingkrak-jingkrak kegirangan karena ucapan Sari. Tapi di lain sisi juga tak mau terlalu berharap. Takut kena prank. Masa iya Sari beneran menganggap dirinya sebagai pacar? Apa bukan untuk membohongi kakaknya? Sari memang tak pernah mengatakan suka padanya. 'Harus diperjelas lagi ini. Nanti akan kutanyakan lagi pada Sari apa maksud pernyataannya tadi,' batin Jun. "Pacarmu? Sejak kapan kalian pacaran?" Mahes masih tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tetapi keraguannya segera terjawab dengan melihat reaksi Sari yang sedikit malu-malu. Bahkan Jun juga bereaksi yang sama, wajahnya sudah memerah, cengar-cengir kegirangan. Jadi mereka berdua beneran sudah pacaran? 'Aaarrrgghh, bisa gila!' Mahes benar-benar merasa kecolongan. Sari, adik kesayangannya satu-satunya yang manis. Enak saja pria ini mau merebutnya? Pantesan beberapa waktu belakangan adiknya ini tak pernah bermanja-manja lagi kepadanya. Sari sudah jarang cerita tentang apapun kepadanya. Sari sudah tidak pernah curhat kepadanya, bahkan masalah dengan papa mereka pun tidak cerita. 'Ternyata gara-gara cecunguk ini to? Awas kamu ya, kalau beneran pacarnya Sari harus diospek dulu!' Selanjutnya ketiga dokter itu duduk mengelilingi meja kerja. Mahes menjelaskan segala yang diketahuinya tentang klinik dan sistem management di dalamnya. Sedangkan Sari dan Jun hanya mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Mahes yang sangat jelas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD