Peralihan Tugas

1604 Words
"Nah sekarang tinggal masukin ikannya." Jun memamerkan hasil karyanya merangkai aquarium lengkap dengan filternya. Membuat aliran oksigen di dalam aquarium berjalan lancar untuk hajat hidup para ikan. Sari membantu menghiasi isi aquarium sehingga menjadi lebih cantik dan enak untuk dilihat mata. Menaburkan pasir di dasar aquarium, menata terumbu karang untuk tempat bermain dan persembunyian ikan. Juga tak ketinggalan meletakan berbagai hiasan lain yang menurut Sari untuk mainan para ikan. "Goldy, sekarang kamu punya rumah yang lebih layak." Sari mengambil mangkuk berisi ikan emas di atas meja dan memasukkan ikan emas itu ke aquarium. "Ikan yang lain mau dikasih nama juga?" tanya Jun pada Sari. Bisa-bisanya si Sari ngasih nama ikan emasnya Goldy. Nama yang berat yang sok Inggris dan terlalu bagus untuk seekor ikan mas. Dan pastinya gadis itu sudah memikirkan nama-nama untuk ikan-ikan barunya yang lain. "Tentu saja," Sari sudah bersemangat mengambil plastik berisi ikan yang tadi mereka beli. Kemudian Sari memasukkan keempat ikan itu ke dalam aquarium. Keempat ikan itu langsung berenang dengan lebih leluasa dan gesit di tempat yang lebih luas serta besar. "Yang Merah namanya Diamond, yang biru Zircon, yang hijau Opal dan yang hitam Jasper." Sari mengangguk puas setelah menamai keempat ikannya. "Hahahaha bagus-bagus bener nama ikannya?" Jun takjub demi mendengar nama-nama yang disebutkan oleh Sari. Bisa-bisanya kan dia mikir nama yang ribet dan sulit diucapkan begitu? "Iya donk. Nama-nama batu permata hehe," jawab Sari dengan bangganya. "Kenapa kok dikasih nama batu permata?" tanya Jun penasaran. "Karena mereka indah, enak dipandang mata layaknya batu permata." "Kasih makan tu para ikan permatanya biar kenyang." Jun lanjut memberikan sebungkus makanan ikan pada Sari. "Kalian makan yang banyak ya, biar cepet gede. Hei Diamond, jangan nakal! Aduh kamu kok godain Goldy terus?" Sari menaburkan beberapa butir makanan ikan kedalam aquarium, memberi makan kelima ikannya. Mengajak ngobrol mereka dengan riangnya. Jun hanya memandangi wajah Sari yang terlihat kegirangan bermain-main dengan ikannya di aquarium. Ikutan tersenyum sendiri, senang melihat tingkah Sari, gemes. "Kalau kamu suka ngeliatin mereka, bawa pulang aja mereka. Buat nemenin kamu di kamar," Jun menyarankan. "Jangan..." Sari menolak. "Papa, papa gak bolehin aku buat punya peliharaan." "Kok gitu?" "Pokoknya gak boleh. Beliau itu orangnya ribet, no hewan peliharaan di rumah pokoknya. Dan gak ada yang berani menantang lagi." "Beliau begitu juga ada alasannya kan?" "Iya, karena aku..." "Heeem? Kamu kenapa?" "Dulu waktu masih kecil aku punya kucing peliharaan kesayangan. Aku mainan sama kucing itu sampai keluar halaman rumah. Gak liat jalan, akhirnya sampai keserempet pengendara motor. Gak parah si cuma lecet-lecet saja, tapi papa sangat marah karenanya. Heboh banget seluruh rumah dibuatnya." Jun kembali tertegun mendengar jawaban Sari. Jun dapat menebak bahwa papa Sari adalah orang yang otoriter dan dominan. Reaksi papa Sari menurut Jun sangat protektif bahkan berlebihan. Mungkin beliau ingin melindungi putrinya, mungkin beliau tak ingin putrinya celaka. Tapi menurut Jun terlalu banyak larangan dan batasan malah dapat menghambat perkembangan mental putrinya. Jun jadi tahu bahwa Sari sejak kecil begitu tertekan hidupnya. Terlalu banyak aturan mengekang, mengikat dan memaksanya untuk begini begitu atau tidak boleh begini begitu. Kasian sekali gadis ini. Mungkin karena inilah Sari tumbuh menjadi gadis yang terlihat sangat kuat. Lebih tepatnya dia pura-pura kuat di luar, mungkin untuk memenuhi segala tuntutan papanya. Tapi nyatanya gadis ini rapuh, fragile inside. Sari penuh keraguan dalam setiap memutuskan sesuatu atau bertindak. Tidak percaya diri. 'Kamu harus jadi wanita kuat, Sar. Pasti kamu bisa!' Jun bertekad untuk membantu Sari menemukan kebanggan dirinya, rasa percaya dirinya. Karena Jun percaya Sari mampu, Sari dengan keteguhan hatinya dan kesungguhannya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Nyayian sebuah lagi dari Sia, Unstopable tiba-tiba menggema di seluruh ruangan. Ponsel Sari yang sedang berdering menandakan panggilan masuk. Sari melihat nama yang terpampang di layar ponselnya, Maheswara. Kenapa mas Mahes menelpon? Pasti ada hubungannya dengan masalah tadi. Sejenak Jun kaget mendengar ringtone Sari, lagu yang seakan menggambarkan dirinya sendiri. Dirinya yang ingin selalu terlihat kuat, Unstopable. "Halo Mas Mahes," Sari menerima panggilan dan mengubahnya ke dalam mode load speaker. Sari ingin Jun ikut mendengarkan pembicaraannya dengan kakaknya itu. Biar gak perlu jelasin lagi. "Sar, kamu dimana sekarang?" tanya Mahes dari sana. "Di rumah teman." "Kamu gak pa-pa?" nada suara Mahes terdengar sedikit cemas. Takut adiknya ini bersedih atau galau karena pertengkaran dengan papa mereka. "Aku kenapa?" Sari balik bertanya memastikan. "Papa barusan ngasih tahu aku kalau kamu mau mengambil alih klinik yang aku pegang. Kamu yakin? Papa maksain kamu ya? Kamu gak usah repot-repot, aku masih bisa mengurus semuanya." "Yakin donk. Mas Mahes juga sudah kebanyakan urusan. Biar aku bantuin sedikit." Sari mencoba bicara seriang mungkin. Sari merasa kasian juga kepada kakaknya itu. Beban dan tanggung jawab yang diurusi Mahes sudah terlalu banyak. Pembangunan dan pembukaan rumah sakit baru di Banyu Harum, serta belasan klinik lainnya. Sudah begitu Mahes masih saja ingin melindungi dirinya sebagai adik satu-satunya. Tak mau merepotkan atau membuat Sari kesusahan. 'Aku sudah dewasa sekarang mas, aku juga bisa mengurusi urusanku sendiri'. "Hmmm...Ok deh." Mahes akhirnya mengalah juga. "Tiga klinik dulu ya, Sar. Sisanya biar ikut aku saja. Kamu nanti pegang klinik swasta murni, klinik BPJS perusahaan dan klinik BPJS murni. Biar kamu tahu bagaimana bedanya menangani tipe-tipe klinik yang berbeda begitu." "Boleh, klinik yang dimana saja?" "Nanti aku kirimkan profil lengkap ketiga klinik itu dan dokumen-dokumen tentang kelengkapan klinik itu ke email-mu. Kamu pelajari dulu, kalau ada yang gak ngerti bisa tanya sama aku." "Kapan aku bisa mengunjungi kliniknya?" tanya Sari. "Tiga hari lagi, aku masih nginep di Banyu Harum dulu beresin urusan rumah sakit sebelum grand opening." Mahes menjawab setelah memperkirakan jadwalnya. "Oke deh," Sari menyetujui. "Oiya Sar, aku lupa bilang. Kita kekurangan dokter buat jaga sore di klinik yang swasta. Dokter Olvy masih cuti melahirkan, biasanya si aku yang gantiin jaga di sana. Sementara tolong kamu cariin ganti dulu ya buat tiga bulan kedepan." "Iya mas nanti aku carikan dokter pengganti." Sari menyanggupi permintaan Mahes. "Sar...kamu jangan maksain diri ya." Ujar Mahes mengungkapkan kecemasannya pada Sari. Merasa bersalah juga karena akhir-akhir ini terlalu sibuk sehingga tidak sempat untuk mendengarkan keluh kesah atau memberi saran pada adiknya itu. "Apaan si Mas Mahes? Aku gak pa-pa kok." "Kalau ada masalah apa-apa kamu kabari aku. Kamu harus ingat, aku masih kakakmu yang selalu siap mendukung dan membantu kamu." "Kalau mas Mahes ngurusin aku terus kapan cari ceweknya?" Sari mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menggoda Mahes soal cewek. "Asyem malah nanyain cewek! Gampang lah itu ntar juga nongol sendiri hahaha." "Yaudah aku kirim email ya abis ini ya. Nanti pulang dari rumah temenmu jangan sore-sore." "Ok, siap bos!" Sari menutup panggilan telponnya. Sari terdiam sejenak setelah panggilan berakhir. Memikirkan perkataan Mahes barusan, tiga hari lagi. Tiga hari lagi Sari harus memulai tugas barunya, peralihan tugas sebagai pimpinan beberapa klinik. "Kakakmu kayaknya baik," Jun mengomentari, tak enak juga dengan suasana yang tiba-tiba sunyi. "Best brother malah," Sari membenarkan. Tak lama kemudian Mahes mengirimkan email yang dijanjikannya kepada Sari. Sari segera membukanya, membaca dan mempelajari bersama Jun. Banyak banget aturan dan segala urusan administrasi klinik yang dijabarkan. Bikin pusing asli, harus benar-benar dibaca dan dihayati satu persatu. "Hmmm... Jun, kamu mau kerja sambilan gak?" tanya Sari tiba-tiba. "Kerja sambilan gimana?" Jun sedikit kebingungan dengan pembicaraan Sari yang tiba-tiba membahas kerja sampingan. "Seperti tadi kamu denger, kami lagi butuh dokter pengganti buat jaga di salah satu klinik. Jangan khawatir ntar aku gaji kamu hehe." "Sore saja?" tanya Jun. Masalah gaji si urusan kesekian. "Agak susah ya jadwalnya? Karena kamu masih di UGD?" Sari menyadari perputaran jadwal UGD memang tidak menentu. Sift pagi, siang dan malam. "Kalau masih di UGD agak ruwet. Tapi setelahnya aku bisa." Jun menyanggupi permintaan Sari. Gak ada salahnya juga kan kerja sambilan, selain bisa bantuin Sari juga bisa dapat uang ceperan juga. "Aku bisa mengcover jadwal jaga waktu kamu sift sore di UGD. Gimana? Biar aku yang jaga waktu itu?" Sari memberikan kemudahan untuk Jun. "Bisa kalau begitu." Jun tidak keberatan. "Makasih ya, Jun." Sari memberikan senyuman terindah pada Jun sebagai ucapan terima kasih. "Buat apa?" "Buat hari ini, buat nemenin beli ikan, buat dengerin aku curhat ngalor ngidul, buat ngasih nasehat, buat ngasih semangat, buat semuanya." "Sama-sama," jawab Jun. Kemudian keduanya saling melemparkan senyuman masing-masing. Saling bertukar pandangan seolah keduanya dapat saling memahami satu sama lain. "Wah ada tamu ternyata," sebuah suara tiba-tiba merusak suasana indah yang sudah terbentuk diantara mereka. Roni memasuki ruang tamu dengan cueknya, tanpa tahu suasana. Kapan datangnya ini orang? Kayak hantu aja datang tanpa suara? 'Duh ganggu aja kamu, Ron.' Umpat Jun dalam hati. "Halo, Sar. Sudah lama?" Roni menyapa Sari. "Eh, iya Ron lumayan." Sari sedikit kaget mengetahui kedatangan Roni. Segera mengambil jarak sedikit menjauh dari Jun. Pura-pura mencari kesibukan dengan memberi makan ikan di aquarium. "Kayaknya si Goldy lapar lagi, mangap-mangap aja dia daritadi." Ujar Sari sekenanya. "Kasih makan, Sar" Jun berkomentar. "Waduh baru sebentar kalian udah punya anak aja, anak ikan, hahaha," Celetuk Roni ikut senang melihat hubungan Jun dan Sari yang sepertinya lancar. "Iiiihhh apaan si, Ron." jawab Sari malu-malu. "Iri bilang bos," Jun ikutan menyindir. "Ampun booos, jiwa jombloku meronta." Roni semakin menggoda dan tertawa membuat kedua temannya ikutan tertawa juga bersamanya. "Coba liat deh Ron, lucu banget kan mereka warna warni." Sari memamerkan ikannya. "Coba kamu tanyain Ron siapa nama ikannya," usul Jun pada Roni. "Siapa memangnya?" Roni penasaran. "Goldy, Diamond, Jasper, Opal dan Zircon," jawab Sari dengan sangat bersemangat menyebutkan nama-nama ikannya di aquarium. "Whaaat? Ikan bule mereka ternyata?" Roni langsung ngakak mendengar jawaban tak punya dosa Sari. Nama apaan coba itu? Bisa-bisanya si Sari kepikiran ngasih nama ikan dengan nama-nama seribet itu. Bahkan Jun juga ikutan tertawa riang bersama Roni. Sementara Sari jadi keheranan kenapa kedua pria itu tertawa seperti itu. Emang kenapa dengan nama mereka? Kan bagus namanya? batin Sari kebingungan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD