Chapter 25

1310 Words
“Tetapi, dengan Hani, aku berharap dia tertarik padaku.” Keanu yang sedang asyik memakan buah potong kontan tersedak usai mendengar ucapan Rendra tersebut. Hampir saja ia menyemburkan buah di mulutnya ke wajah orang di depannya ini. ‘Atau mungkin memang seharusnya aku semburkan saja ke dia.’ batin Keanu agak kesal karena temannya itu mengucapkan kalimat picisan seperti itu di saat dirinya sedang menelan makanan. Rendra sendiri melihat Keanu tersedak, dengan sigap meminta pegawai di dekatnya untuk segera membawakan air putih. Keanu tidak tahu, apakah karena itu permintaan bos mereka atau karena Keanu terlihat seperti di ujung maut, sebab tidak butuh waktu lama sebotol air mineral tersedia di depannya. Rendra membukakan tutup botol tersebut lalu menyodorkannya ke Keanu. “Minum secara perlahan.” saran Rendra. Keanu, masih terbatuk-batuk, mengangguk lalu segera meminum air di hadapannya. Ia meminumnya secara perlahan, bukan karena saran Rendra, melainkan karena akhir-akhir ini rasanya ia cukup sering tersedak sehingga sedikit banyak ia sudah tahu harus berbuat apa.  Setelah mendeham beberapa kali, barulah Keanu merasa tenggorokannya lebih baik. “Jarang-jarang aku melihatmu tersedak.” ujar Rendra dengan nada tak berdosa. Setidaknya bagi Keanu, Rendra terdengar seperti itu saat ini. Dengan mata sinis, Keanu menyahut, “Kau pikir ini salah siapa? Ini salahmu.” “Salahku? Bagaimana bisa?” tanya Rendra dengan kening berkerut, tidak mengerti mengapa dirinya disalahkan. “Kau tiba-tiba menyatakan perasaanmu kepada Hani saat aku sedang makan. Tentu saja aku terkejut.” “Menyatakan perasaan? Rasanya aku tidak mengatakan hal yang seperti itu.” “Kau mengatakannya.” “Kapan?” “Tadi.” “Yang mana? Coba kau reka ulang kalimatku seperti apa.” “Kau gila?! Seumur hidup aku tidak akan mau mengulangi kata-katamu itu!” Keanu bergidik membayangkan dirinya mengatakan kalimat picisan seperti itu. Lalu entah angin dari mana, tahu-tahu, Rendra tertawa. Jenis tawa lepas karena melihat sesuatu yang lucu. Keanu menduga, pasti ekspresinya barusan terlihat komikal sampai Rendra tertawa seperti itu. Menggelengkan kepalanya mengingat debat tak berguna mereka tadi, Keanu pun ikut tertawa bersama Rendra. Bersamaan dengan redanya tawa mereka, nasi goreng kambing pesanan Keanu pun datang. Keanu tak dapat menyembunyikan kegembiraannya dan langsung menyuap sesendok nasi ke mulutnya. “Ah, nasi pertamaku hari ini.” seloroh Keanu menikmati bumbu rempah dan daging kambing berpadu sempurna. Ia melirik Rendra yang diam lalu menyahut, “Omong-omong, ini pertama kalinya aku melihatmu tertarik kepada seorang perempuan sampai seperti ini.” pancing Keanu.   Tampak Rendra tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengangguk. Sepertinya Rendra sedang larut dalam pikirannya sendiri. Keanu yang tak ambil pusing pun memilih untuk menikmati nasi goreng kesukaannya itu. “Kean.” panggil Rendra setelah diam cukup lama. “Ya?” “Mengapa Hani menolak ajakanku?” Oh-ho. Pertanyaan yang ditunggu-tunggunya sedari tadi akhirnya muncul juga. Bagaimana pun juga, sahabatnya itu pasti mati penasaran mengapa Hani menolaknya. Apalagi tadi Rendra dengan gamblang mengaku jika ia cukup percaya diri Hani akan menerima ajakannya. Menyeruput kopi Americano miliknya, Keanu membalas, “Karena dia tidak mau. Sesederhana itu, Ren.” Satu hal yang pasti, Keanu tidak akan memberi tahu Rendra alasan sesesungguhnya mengapa Hani menolak ajakan Rendra. “Tak ada alasan lain? Misalnya mungkin karena dia tidak nyaman denganku dan sebagainya, Hani tidak mengatakan apapun soal itu?” Pertanyaan tepat sasaran dari Rendra itu mengingatkan Keanu kembali jika Rendra itu bukanlah orang bodoh. Sulit untuk membohongi Rendra. Bak detektif, Rendra acapkali membuat keputusan atau menilai seseorang berdasarkan hasil pengamatan dan hasil obrolan. “Dia tidak mengatakan apapun soal itu.” Bohong. “Hani memang sedang menikmati waktunya sendiri, Ren.” papar Keanu. Keanu bisa melihat Rendra tampak tidak puas dengan jawaban yang diberikannya. Mata Rendra menatap Keanu lama, seakan-akan berusaha mendeteksi kebohongan di sana. Namun, Keanu berpura-pura tidak melihatnya dengan mengalihkan pandangannya ke pemandangan Jakarta di depannya sembari menyeruput kopi. Langit sudah semakin gelap, membuat gedung-gedung di Jakarta mulai menyalakan pijarnya, termasuk rooftop tempat Keanu dan Rendra berbincang. “Baiklah. Terima kasih banyak untuk bantuanmu, kawan. Maaf aku pasti sangat merepotkanmu.” tandas Rendra. Keanu tidak menduga Rendra akan berujar seperti itu secepat ini. Dipikirnya, Rendra akan terus berusaha mencari tahu alasan sebenarnya dengan melemparkan pertanyaan tajam lainnya. Keanu tidak mengerti dengan jalan pikiran Rendra. “Ya, sangat merepotkan. Traktir aku kalau begitu.” todong Keanu tidak mau melewatkan kesempatan emas untuk mendapatkan makanan gratis. Rendra mengacungkan jempolnya. “Silahkan kalau kau mau menambah.” Keanu pun melanjutkan makannya dengan hati gembira. Ketika ada seorang pegawai di dekat mereka, Keanu segera memesan kudapan manis untuk disantap setelah nasi gorengnya habis. Sebuah gagasan picik terlintas di pikiran Keanu, jika Hani benar-benar berpacaran dengan orang di depannya ini, maka besar kemungkinan baginya untuk kerap mendapatkan makan gratis. Tetapi Keanu segera menepis gagasan tersebut. ‘Kalau sampai ketahuan oleh Shaina atau Hani aku berpikir seperti ini, habislah aku.’ batin Keanu. “Kau mau minum?” tanya Rendra membuyarkan lamunan Keanu. Keanu menoleh ke Rendra dan menggeleng. “Aku ada penerbangan besok siang, jadi tidak.” Rendra mengembuskan napas kasar. Ia menyisir rambutnya dengan tangan kanannya dengan ekspresi pahit di wajahnya. Keanu bingung melihat mengapa sahabatnya memasang wajah seperti itu. “Memangnya kau tidak ada pekerjaan besok?” tanya Keanu polos. Lagi-lagi, Rendra mengembuskan napas lalu membalas. “Ada, tapi… aku baru saja ditolak, ingat?” Oh. OH. Bodohnya Keanu. Bagaimana mungkin ia bisa langsung melupakan nestapa hati orang di depannya ini? Padahal sudah jelas, Keanu adalah agen yang membawa kabar tak menyenangkan itu ke Rendra. Keanu meringis. “Maaf, aku lupa. Ya sudah, sebagai teman yang baik, akan kutemani dirimu yang baru saja ditolak itu, mwahahahaha…” “Sialan.” umpat Rendra ke Keanu lalu ia menyambung perkataannya, “Tapi, bukankah besok kau ada penerbangan?” “Bisa kuatur. Aku juga tidak akan minum sampai mabuk.” balas Keanu. “Apa kau membawa mobil?” Rendra mengangguk. “Bawa. Kau?” “Aku juga bawa. Kalau begitu, kita minum di tempatmu, ya.” tandas Keanu. “Kalau soal mobil, kau ‘kan biasa menitipkan mobil di sini lalu memesan taksi. Tumben sekali, mengapa minum di tempatku?” “Antisipasi kau mabuk berat. Aku malas harus memesan taksi untukmu, apalagi bila harus menggotongmu. Aku ini kurus tak bertenaga, tidak sepertimu yang rajin berolah raga.” ucap Keanu yang disambung dengan tawa Rendra. “Sepertinya terakhir kali kita minum, yang mabuk berat dirimu.” papar Rendra dengan senyum menyebalkan di wajahnya.     Keanu mengangkat bahu. “Kau tidak akan tahu hal apa yang akan dilakukan orang mabuk pasca ditolak.” celetuk Keanu yang dengan sengaja mengulang-ulang kata ‘ditolak’. “Kau akan terus-menerus mengejekku, huh?” decak Rendra seraya menyisir rambutnya ke belakang. Seperti ada rasa penyesalan di mata Rendra karena meminta pertolongan Keanu sebelumnya. Melihat ekspresi menahan kesal dan menyesal dari Rendra bersatu padu menjadi helaan napas yang panjang, Keanu tidak segan untuk tertawa terbahak-bahak. Di tengah-tengah tawanya, seorang pegawai datang mengantarkan kudapan manis, yakni kue potong, pesanan Keanu tadi. Keanu menyambutnya dengan hati terbuka lalu memesan kudapan lainnya untuk dibawa pulang. Rendra geleng-geleng. “Kau benar-benar memanfaatkan kesempatan, ya?” lontar Rendra setelah pegawainya pergi. “Itu cemilan untuk kita minum nanti, bodoh.” “Bijaksana sekali dirimu. Terima kasih.” Sembari menunggu pesanan Keanu itu selesai, keduanya mengobrol ngalor ngidul membicarakan berbagai macam hal mulai dari pekerjaan, hobi, dan sebagainya. Sesekali keduanya terlibat dalam debat tak berujung yang akan diakhiri dengan tawa. Di saat berbincang-bincang seperti itu, tidak nampak kerisauan dari Rendra karena baru ditolak. Kue potong Keanu habis tepat ketika seorang pegawai datang membawakan pesanan desainer interior itu. Setelah itu keduanya mengangkat p****t dan berpisah di lahan parkir. Mereka mengendarai mobil masing-masing tetapi menuju satu tempat yang sama, yakni apartemen Rendra. Dalam perjalanannya menuju apartemen Rendra, Keanu tak sabar untuk melihat Rendra yang mabuk sehabis ditolak. Dan satu hal lagi. Wine. Keanu ingat Rendra memiliki wine mahal di apartemennya. Motivasi Keanu untuk singgah ke tempat Rendra berubah. Bukan lagi untuk menemani sahabatnya, melainkan untuk mencicipi wine mahal.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD