Part 1

1015 Words
"Mbak itu yang suka nyinyir dibelakang tolong lihat keatas, di lambai sama malaikat tuh." Alfani Devina Ŕanźœ ***** Devon menyandarkan tubuh tegapnya dibawah tiang bendera sambil menatap enam orang yang sedang berdiri didepannya, ia kini sedang menghukum murid paling teladan seantero SMA Garuda lantaran kelakuan mereka yang harus dipikir diluar nalar. "Push up! 50!" perintahnya membuat enam orang didepannya menjerit tak terima. "Penolakan! Tambah 25!" Devon merapikan sedikit jas almamaternya yang sedikit kusut karena bersandar. "Bang, lo kok jahat banget sama gue, gue adek--" "Kelas," sambung Devon tajam. "PUSH UP 100 KALI! Lalu keliling lapangan 20 kali dan silahkan bersihkan kolam renang," ucap Devon menekankan kata disetiap kalimat pertamanya lagi-lagi membuat 6 orang yang sedang dihukum lebih memilih bermain dengan malaikat Izrail. Alfatih Devon Ŕanźœ ketua OSIS SMA Garuda, otaknya yang cerdas membuat ia lebih dahulu naik kelas dari pada 2 adik-adiknya. Devan menatap abangnya dengan sebal, lalu mengomando teman-temannya melakukan push up. "Abang laknat," geram Devan kesal kepada kakak sulungnya. "Pulang sekolah gue aduin ke mama," omel Fani mengikuti abang keduanya. "Tangan mengepal! Kalian laki-laki atau banci?!" "Maaf, Kak, saya perempuan," balas Fani ketus. "Kamu bersihkan toilet saja! Istirahat saya tunggu diruang OSIS," balas Devon meninggalkan lapangan saat sang wakil menggantikannya. "Sumpah abang lo k*****t banget, Van," ucap Adit memaki saudara kembar temannya. "Iya dia abang gue, tapi kalo dirumah, disini, dia musuh kita." "Sumpah dulu mama ngidam apa pas hamil kita bertiga? Kayaknya cuma bang Devon aja yang gesrek." Fani ikut menimpali ucapan kembarannya. "Gue masih inget, Dek. Mama dulu ngidamnya sama om Zafran terus, jadi gilanya om Zafran ketularan dia," sambung Devan. "KALIAN CEPAT PUSH UP! Dan kamu, Fani, sudah ditunggu kak Erla dikamar mandi lantai bawah." "Awas lo ya, besok gue bakal pastiin rumah lo jadi rata," ancam Fani menatap Bagas dengan tajam. "ALFANI DEVINA ŔANŹŒ! CEPAT!" "Gue sumpahin keselek durian lo, Bang," gumam Fani saat sang abang yang notabenya menjadi ketua OSIS sudah menyuarakan namanya. ****** Setelah acara hukum menghukum menjadi satu yang dilaksanakan oleh Fani and the gang dimana terdiri dari 6 orang yang diketuai olehnya sekaligus cewek satu-satunya disana. "Apapun yang terjadi tetaplah bernapas, santai aje, ini mah baru hukuman si ketos belum hukuman malaikat Malik," ucap Fani menyenderkan tubuhnya ditubuh Devan. Kini mereka berada dikantin sekolah menikmati jam istirahat setelah penghukuman tadi. "Padahal kalo dipikir-pikir yang salah dia, kan kita manjat pager juga karena dia yang ngunci pintu gerbang," timpal Risky ikutan kesal. "Besok kita janjian jam 6 sampe sini, kita kunci gerbangnya biar gada yang masuk," usul Adit membuat semua terdiam sejenak memikirkan usulan Adit yang bisa jadi membuat mereka di DO dari sekolah. "SETUJU!" ucap semua serempak. Jam 06:00 memang di SMA Garuda sangat sepi, karena masuk Sekolah jam 8 pagi dan mayoritas sampai disekolah jam 7 pagi. "Terus pak satpamnya gimana?" tanya Adit mencari jalan utama agar rencana mereka berhasil. "Kunci aja didalam kantor guru," balas Eza meminum es teh milik Fani. "Besok Adit bawa alatnya, btw itu minum gue, Ez," ucap Fani santai, Eza hanya mengangguk lalu memberikan kaleng minuman berwarna biru bergambar bintang pada Fani. Fani hanya tersenyum sambil merebahkan tubuhnya disandaran Devan yang menyandarkan tubuhnya ditembok. "Bawa baju ganti gak, Bang?" tanya Fani melihat bajunya yang sudah basah membuat baju itu memperlihatkan baju bagian dalam tubuh Fani. Devan yang melirik Fani sebentar lalu mendorong tubuh Fani agar tegap. Dengan cepak Devan melepas seragamnya dan memakaikannya pada Fani. Yah, You know. Seluruh siswi yang berada dikantin menjerit histeris melihat Devan yang telanjang d**a memperlihatkan ABS-nya yang sangat menggoda. "Makasih," balas Fani santai dan kembali menyandarkan tubuhnya di d**a bidang sang abang. "Jangan grepe-grepe, Fan," gurau Eza membuat Fani tertawa ringan. "Lo napsu kagak bang sama gue?" tanya Fani menatap Devan yang masih santai mengelus kepala Fani sambil meminum kaleng bergambar bintang warna kuning. "Seharusnya iya tapi nyatanya nggak, lo terlalu triplek, eh terlalu sexyy soalnya," balas Devan santai. "Ya udah, gue mau ganti baju dulu, anterin ke mobil," ucap Fani menarik Devan agar mengantarnya menuju parkiran. Devan hanya mengikuti langkah sang adik tanpa memperdulikan sekitarnya yang berteriak histeris karena ia telanjang d**a. Fani membuka mobilnya mengambil seragam cadangan yang selalu ia bawa. "Nih ada sweater lo," ucap Fani melemparkan sweater warna putih milik Devan yang ada di mobilnya. ******** "Maaf, Kak," ucap seorang gadis saat tak sengaja menabrak kakak kelasnya. "Jus gue tumpah, jilatin sepatu gue sampai bersih!" "Ta--" "Jilat!" Gadis itu tersungkur kebawah dengan kasar membuat lututnya berdarah dan kakinya keseleo karena serangan tiba-tiba. "GUE--" "Kamar mandi gedung C masih kotor. Kalian bersihkan," ucap seseorang dengan tajam. Devon membantu gadis dengan nametag 'Inasya Ayunda' agar berdiri. "Shhhh," desis Inas merasakan seluruh kakinya yang sakit. "Kalian cepat bersihkan kamar mandi lalu keruang osis!" perintah Devon lalu membantu Inas agar duduk dilantai yang bersih. "Kamu gak apa-apa kan? Ku panggilkan anak PMR dulu," ucap Devon mengambil ponsel disaku dan menelfon anak PMR. "Kok kamu bisa berurusan sama mereka kenapa?" tanya Devon setelah memasukkan ponselnya disaku jas. "Inas gak sengaja nabrak mereka, Kak. Tapi Inas udah minta maaf kok," jawab Inas sambil menganggukkan kepalanya membuat poni se alisnya berantakan. "Eh? Namamu Inas? Kamu bukannya sekelas sama kembaran ku kan?" "Iya, Kak. Inas sekelas sama kak Fani dan kak Devan," jawab Inas. Devon menarik sedikit ujung bibirnya lalu kembali mendatarkan wajahnya kembali saat melihat petugas PMR datang untuk mengobati luka Inas. "Bawa ke UKS," ucap salah satu petugas UKS saat melihat luka Inas yang terus mengeluarkan darah. "Saya akan mengizinkan nya dikelas," ucap Devon berjalan menuju kelas 11 IPA 3 karena 1 menit lagi waktu istirahat akan habis. "Permisi, Pak," ucap Devon menyelonong masuk kelas 11 IPA 3 yang terbuka. "Eh, Devon. Mau hukum Fani dan Devan ya?" tanya sang guru yang sudah hafal betul tabiat dari Fani And the frends. Fani dan Devan memelotot kan matanya saat mendengar balasan sang guru dan melihat sang abang yang sudah menatap mereka dengan tajam, setajam silet. "Tidak," jawab Devon membuat kedua adiknya bernapas lega. "Saya mau izinkan Inas, dia sakit," ucap Devon santai, tapi matanya menatap tajam kedua adiknya. "Dan untuk Fani and the gang, surat kalian ada dimeja saya diruang OSIS." Deg Duar Pyarrr....... Gubrakkk ####
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD