acara setingan untuk memeriahkan acara pernikahanku. "Baik, mari semuanya duduk!" pinta pak penghulu seraya menyiapkan kursinya sendiri lalu mulai membuka-buka berkas lama dan menukarnya dengan berkas yang baru. Terpaksa aku nurut waktu didudukkan di kursi, sementara pakdhe segera mengambil kursi di hadapanku—samping penghulu, sedangkan Budhe mengambil alih duduk di sebelahku, menggantikan ibu yang terlihat lemah dalam rangkulan adekku. Beberapa keluargaku yang lain mulai mengambil kursi-kursi di belakangku saat aku menoleh pada mereka. Aku masih diam menunggu, belum sepenuhnya paham atas apa yang terjadi hari ini. "Ini gimana sih, Pak?" lontar Wildan, akhirnya mewakili rasa penasaranku atas pengumuman pengantin yang datang. Lihat saja, kalau sampai Arman datang ke hadapanku, aku janj

