Drystan membatu, berdiri tepat di depan pintu rumah mewahnya. Aaron berdiri di hadapannya, memandangnya prihatin. Sejak tadi Drystan sudah memikirkan kasur empuknya, berbaring nyaman dan segera tidur. Tapi sepertinya tak akan semudah itu.
“Darren….”
Darren melirik Drystan sengit, sama sekali tak beranjak dari tempat duduknya. Beberapa pengawal yang dibawa Darren berdiri di samping kiri dan kanannya. Sial, Drystan merasa ini tak akan cepat berlalu.
“Duduk, Drystan.”
“Okay.”
Darren menyilangkan kaki kanannya, tatapannya benar-benar tajam. Drystan sudah melewati hal seperti ini berulang kali, namun sekali pun ia tidak pernah terbiasa. Darren selalu berhasil membuatnya menunduk takut. Meski mereka bersaudara, mereka sama sekali tidak akrab layaknya saudara pada umumnya. Oh, mungkin pernah ketika mereka masih kecil, tapi Drystan bahkan sudah melupakan bagaimana rasanya perhatian seorang Kakak karena Darren sudah benar-benar berubah. Daripada seperti Kakaknya, Darren lebih tepat disebut seperti Tuannya. Darren menyuruhnya melakukan beberapa pekerjaan, dan sebagai gantinya ia mendapatkan bayaran juga perlindungan. Tidak ada hubungan sentimental seperti saudara sedarah pada umumnya. Well, mereka berdua bahkan bukan orang-orang secara ‘umum’.
“Ku kira aku sudah memperingatkanmu untuk tak bergaul secara sembarangan.”
Drystan menghela napas. “Sepertinya kau lupa jika aku bahkan tidak pernah memiliki teman.”
Darren melemparkan beberapa gambar Drystan dengan Edward yang tengah menggandengnya, gambar mereka yang saling berhadapan, juga ketika tubuh Edward seolah menempel dengannya ketika Mr. Smith tak sengaja berpapasan.
“Ini….”
“Ya! Aku memperingatkanmu untuk tak sembarangan bergaul dan kau malah menggoda seorang detektif?”
“Dia detektif?”
Darren mendecih. “Kau bahkan tidak tahu jika dia seorang detektif? Astaga Drystan, apa yang salah denganmu?”
Drystan mengepalkan tangannya erat-erat. Ia sudah curiga sejak awal mereka bertemu dan Edward yang mengetahui nama aslinya. Tapi Drystan menolak kecurigaan itu dan sama sekali tak berpikir jika orang itu, Edward Hoover adalah seorang detektif. Ia bahkan pernah mengunjungi rumah Edward—meski dengan paksaannya.
“Oh, aku kurang waspada.”
“Hanya itu tanggapanmu?” Darren mengusap wajahnya. “Aku menempatkanmu di Upper East Side agar kau aman dan orang-orangku bisa mengawasimu. Lihat, kau malah hang out dengan seorang detektif.”
“Aku dalam bahaya karena melaksanakan tugas darimu.”
Darren melebarkan kedua matanya. “Oh? Kau sedang membela diri?”
Drystan menggeleng. “Aku tahu, aku tidak akan bertemu dengannya lagi. Tenang saja.” Drystan berdiri dan meninggalkan Darren begitu saja.
“Drystan!”
Aaron membungkuk berulang-ulang, memohon maaf untuk Drystan. “Sorry, Bos. Aku akan lebih mengawasinya.”
Darren kembali menghela napas dan menepuk bahu Aaron. “Jaga adikku.” Dan Darren segera pergi bersama orang-orangnya.
Ѡ
Drystan benar-benar tidak pulang ke rumah malam itu. Ia mengirimi pesan kepada Aaron untuk tak mencarinya, ia hanya akan berada di area Upper East Side dan tak akan kemana-mana. Darren membuatnya badmood seketika. Ia tak menyangkal bahwa dirinya ceroboh, tapi melihat Darren seolah menumpahkan segala kesalahan kepadanya cukup membuat kebencian yang becokol di hatinya semakin besar. Sungguh, Drystan tak berharap hubungan persaudaraan mereka menjadi semakin asing seperti ini.
Lagi-lagi Drystan malah berakhir membawa dirinya untuk mampir ke bar mungil itu alih-alih ke Red Hand yang jelas-jelas lebih mempesona.
“Kau datang lagi, Tuan. Mojito?”
Drystan mengangguk dengan senyum kecil. Ia benar-benar ceroboh karena tidak membawa maskernya. Tapi malam hari rasanya tak terlalu mencolok baginya untuk keluar tanpa menutupi wajah.
Drystan meneguk mojitonya cepat, bayangan wajah Darren dan kalimat-kalimatnya menyeruak masuk dan membuatnya dongkol setengah mati. Ia nyaris memecahkan gelasnya karena menggenggamnya terlalu erat.
“Ternyata kau kembali kemari.”
“Uhuk… uhuk…” Drystan meletakkan gelas mojito miliknya dan mengusap bibirnya yang basah.
Edward Hoover menarik selembar tisu dan mengusap mulut Drystan—yang tentu saja langsung ditampik begitu saja. Mungkin benar apa yang dikatakan Darren bahwa dirinya benar-benar ceroboh. Ia sudah berjanji tidak akan kembali kemari, tapi apa yang ia lakukan sekarang? Edward Hoover tidak sepenuhnya bersalah, Drystan sadar jika ia lah yang memancing pria itu.
Drystan merogoh saku jaketnya dan meletakkan uang di meja kemudian beranjak pergi begitu saja. Ia tidak mau lagi repot-repot berbicara dengan Edward karena memang tidak perlu. Darren sudah memperingatkannya, dan ia mau tidak mau harus menuruti semua itu.
“Drystan, tunggu!” Edward memegangi pergelangan tangannya erat, membuat Drystan berhenti dan berbalik untuk menatapnya.
Drystan benar-benar ingin memaki Edward dan tingkah lakunya, tapi ia benar-benar tidak bersemangat kali ini. Agaknya amukan Darren cukup membebani pikirannya. Ia melepaskan genggaman tangan Edward dan menghela napas berat.
“Mr. Hoover, ku harap kau tidak menemuiku lagi. Demi keselamatanmu.” Drystan tak perlu mengatakan apa-apa lagi. Ia segera pergi, meninggalkan Edward Hoover yang bediri diam mencerna kalimatnya.
“MINGGIR!!!”
Buk!
“What?”
Drystan mendesis merasakan bokongnya menghantam tanah dengan keras. Edward berlari mendekat dan membantu Drystan berdiri. Seorang pria berperawakan tinggi besar dengan banyak tato di kedua lengannya menatap nyalang kepada Drystan. Baru saja Drystan ingin memakinya namun pria itu sudah keburu berlari pergi.
“Cih, tidak sopan.” Drystan mendengus kesal.
“Aneh, apa yang dia lakukan hingga harus berlari terburu-buru seperti itu?”
Drystan mengangkat bahu cuek. “Mencuri? Ada banyak orang kaya raya di area ini. Bukan hal yang baru.”
Edward tak menanggapi ucapan Drystan dan merogoh ponselnya di saku celana. Drystan melihat bagaimana ekspresi Edward yang biasanya tampak jahil dan licik tiba-tiba berubah serius.
Sebuah helaan napas lolos. “Sorry, Drystan aku harus pergi.” Edward berlari terburu. Drystan tak mampu menghilangkan rasa penasarannya. Ia memang tak mengenal Edward Hoover dengan baik, lagipula mereka hanya bertemu beberapa kali dan dengan interaksi yang buruk pula.
Drystan tidak memiliki maksud untuk melakukan ini, tapi Drystan juga tidak bisa mengabaikan rasa penasarannya begitu saja. Ia adalah manusia dengan rasa penasaran tinggi sejak dulu. Drystan diam-diam mengikuti kemana Edward pergi dengan arah yang berbeda, ia sudah tahu area Upper East Side dan Upper West Side dengan baik.
Ketika Edward berbelok ke ujung Upper East Side, rumah di ujung jalan itu tengah ramai oleh beberapa orang berpakaian rapi dengan lencana polisi. Drystan beringsut menyembunyikan tubuhnya di antara tanaman semak-semak dan mengintip dari sana.
“Lagi-lagi, seorang anak kecil.”
“Bagaimana bisa?”
“Jasadnya ditemukan tergeletak begitu saja di lantai ruang tamu. Dia sedang sendirian di rumah.”
“Apakah lukanya sama?”
“Ya. Bekas kekerasan seksual dan jantungnya menghilang.”
Drystan meremat tangkai tanaman yang digunakannya untuk bersembunyi. Beberapa percakapan cukup membuat dadanya panas bergemuruh. Sepertinya yang dikatakan Edward soal kasus anak-anak itu benar adanya.
Drystan harus segera melaporkan informasi ini kepada Darren. Sejak Edward memberikannya salinan data pembunuhan kepada gadis kecil itu, tidak ada berita sama sekali yang beredar. Seolah sengaja ditutupi. Ada yang aneh dengan kasus itu, dan Edward juga terlibat dalam penyelidikannya.
Drystan menelan ludah gugup. Ia mundur perlahan, sesegera mungkin dirinya harus pergi sebelum para polisi itu menemukan keberadaannya.
“Hmmp!” Drystan membelalak. Sebuah telapak tangan besar membekap mulutnya, mencegahnya bersuara, sebelah tangan orang itu melingkari pinggang Drystan dan menariknya menjauh.
“Lepas—kan? Edward!”
“Shhh…” Edward menekan telunjuknya pada bibir Drystan.
“Ap—Bagaimana mungkin kau ada di sini? Bukannya kau tadi?”
Edward terkekeh. “Aku tahu kau mengikutiku.”
Wajah Drystan merona. Ia memalingkan wajahnya karena malu kepergok tengah memata-matai Edward. Jelas sekali bahwa Edward bukanlah orang sembarangan seperti apa yang dikatakan Darren.
“Beruntung yang memergokimu adalah aku. Pikirkan bagaimana nasibmu jika kau ketahuan oleh salah satu rekanku. Aku ingat beberapa polisi berpangkat tinggi mengenali dirimu.” Edward terkekeh. “Kau ternyata bisa ceroboh juga.”
Drystan mendecih. Ia mengacak surai pirang keriting miliknya. Kesal bukan main karena ia tahu, apa yang dikatakan Edward adalah kebenaran.
“Ku peringatkan satu hal, kau harus menjauhi mereka. Bukan karena catatan kriminalmu, tapi untuk kebaikan dirimu sendiri.” Edward melangkah, seulas seringai tipis tercipta. Ia mengusap pipi kanan Drystan pelan dan berlalu meninggalkannya.
Ѡ