“Kalau bukan karena Darren melarangku, aku pasti akan mengacaukan mereka.” gumam Drystan pelan. Ia mengintip mereka sebentar. Usai Edward pergi, ia tidak memiliki urusan lagi selain meninggalkan tempat itu. Demi keamanannya juga. Ia harap Darren sudah pergi dan ia tidak perlu lagi melihat wajah kakunya.
Aaron seperti biasa, menunggu Drystan pulang seperti seorang ayah yang khawatir. Pria besar itu memiliki wajah kejam dengan sorot mata super tajam. Ditambah dengan lengan kekarnya yang penuh tato. Ia bisa menakuti siapa saja hanya dengan berdiri tanpa melakukan apapun. Dia memang kejam, tapi karena Drystan sudah mengenalnya sejak dirinya masih kecil, ia sudah tahu bagaimana sikap Aaron. Ya, lagipula posisi Drystan adalah adik dari bosnya. Andai Darren memerintahkan Aaron untuk membunuhnya, kemungkinan keadaannya pasti akan berbeda. Drystan bergidik memikirkan pengandaiannya sendiri.
“Kau memikirkan hal aneh, hm?” tebak Aaron.
Drystan menggeleng. “Darren sudah pergi?”
“Hm, Bos langsung pergi setelah kau keluar tadi.” Aaron mengusap wajahnya. “Bersikap dewasalah, Drystan. Jangan melakukan hal-hal bodoh dan merepotkan kakakmu.”
Drystan mencebik. “Aku melakukan perintahnya dengan baik, setidaknya berilah aku sedikit kebebasan. Kau sama saja dengannya.”
“Aku melindungimu, bocah.”
“Aku tidak minta.”
“Jangan kekanakan. Aku tahu kau baru bertemu dengan detektif itu lagi.”
Jantung Drystan berdegup dengan cepat. Sial, Aaron memiliki banyak mata di area ini. tapi Drystan benar-benar tidak berniat menemui Edward, kecuali bagian dia mengikuti ke tempat kejadian yang penuh polisi itu. Tapi ia hanya penasaran dan bukannya berniat menguntit Edward. Drystan kembali menggeleng. Intinya saja saja ia mengikuti Edward. Drystan tak berniat menjawab pertanyaan Aaron karena nanti pasti menjadi pembicaraan panjang yang lebih mirip seperti dirinya yang diomeli. Ayolah, Darren baru saja mengomel dan ia harus mendengarkan Aaron juga?
“Edward Hoover bukan orang sembarangan. Dia detektif paling berprestasi di Negara ini dan telah menyelesaikan banyak kasus tanpa kesalahan sedikit pun.”
Drystan memutar bola matanya. Aaron sudah mulai berbicara panjang lebar dan akan menceramahinya.
“Aku mau tidur.”
Aaron menahan pergelangan tangan Drystan. “Kau harus mendengarkanku atau Darren akan kembali kemari.”
Tubuh Drystan menegang. Mau bagaimana pun, ia tetap saja tidak bisa melawan Darren. Drystan menghela napas berat dan duduk dengan tampang malas.
“Sebelum kau mulai ceramahmu, aku akan mengatakan bahwa aku dan Edward tidak memiliki hubungan apapun. Kami tidak berteman dan kau tidak perlu khawatir karena aku tidak pernah berniat bertemu dengannya.”
“Kau mungkin tidak, tapi bagaimana jika Hoover yang berniat menemuimu? Jangan terperdaya olehnya. Dia pandai bicara dan menarik perhatian orang lain. Kau tahu sudah berapa banyak polisi dan detektif yang berusaha menyeretmu ke jalur hukum? Edward Hoover tidak akan ada bedanya dengan mereka.” Aaron terkekeh. “Malahan, akan menjadi prestasi yang sangat besar baginya jika ia berhasil menjeratmu ke jalur hukum. Sesuatu yang tidak pernah bisa dilakukan oleh penegak hukum lainnya.”
“Aku tahu.” Ya. Drystan sudah tahu hal itu bahkan sebelum Darren mengetahui pertemuannya dengan Edward. Drystan tidak memiliki niat apapun dengan Edward dan ia yakin Edward pun begitu. Semua ini sebenarnya hanyalah kebetulan, yang entah bagaimana terjadi berulang kali.
“Ngomong-ngomong Aaron, saat aku membunuh pria yang memesan kalung hari itu, aku melihat isi kopernya dan menemukan banyak gambar-gambar anak kecil tak senonoh. Siapa dia sebenarnya?”
“Salah satu pendiri jaringan p*******a terbesar di New York. Dia kriminal kelas atas yang juga masuk dalam daftar pencarian kepolisian.”
Kening Drystan mengerut samar. “Lalu kenapa aku harus membunuhnya? Bukankah lebih baik menjebaknya hingga ia tertangkap?”
“Cerdas, aku juga berpikiran hal sama. Aku sudah mendiskusikannya dengan Bos Darren sebelum memberikan tugas itu. Ada banyak pertimbangan mengapa kau hanya boleh membunuhnya.”
“Apa itu?”
Aaron mengangkat bahu. “Aku tidak bisa mengatakannya.”
“Cih.” Drystan berdiri dan segera masuk ke kamarnya tanpa peduli panggilan dan keluhan Aaron yang belum selesai menceramahinya.
Ѡ
Bagi Darren dan Drystan, hubungan keduanya tak lebih dari atasan dan bawahan. Setidaknya, itulah yang Drystan pikirkan sejak lama. Drystan hanya menjalankan tugas yang diinginkan Darren, dan Darren menukarnya dengan perlindungan dan uang. Drystan bukannya tidak mampu mencari uang sendiri. Tapi sejak kedua orang tuanya meninggal dalam tugas—yang tentu saja tidak jauh berbeda dengan yang sering dikerjakan Darren atau Drystan, semuanya menjadi semakin ketat. Darren melarangnya berhubungan dengan sembarang orang. Ketika Drystan berniat pergi dan tidak ingin berurusan lagi dengan nama Levin dan Darren, kakaknya itu marah besar dan mengurungnya di ruang bawah tanah markas besar keluarga Levin. Drystan tidak bisa melakukan apapun. Ia juga tidak memiliki kuasa. Sampai saat ini, yang bisa ia lakukan hanyalah menurut.
Hingga sekarang rasanya bertemu Darren adalah tekanan tersendiri untuknya. Kakaknya itu tidak pernah menyiksanya secara fisik, tapi Drystan merasa tersiksa secara psikis. Hubungan persaudaraan keduanya sangatlah rapuh sejak awal. Satu-satunya yang mengikat mereka hanyalah darah yang sama.
Selama menjalankan tugasnya, ia bertemu dengan banyak hal dan beberapa membuatnya penasaran. Satu-satunya yang ia ajak berbicara hanyalah Aaron. Meski begitu, tetap saja Drystan tidak bisa bebas berbicara karena pria besar itu adalah bawahan Darren yang ditugaskan untuk menjaganya. Drystan ingin sekali memiliki teman berbicara yang bebas, atau setidaknya yang bisa ia ajak diskusi. Karena pembicaraannya sensitif, juga Darren yang selalu melarangnya berhubungan dengan orang luar, Drystan benar-benar tidak memiliki kesempatan itu.
Apa yang ia lihat dalam beberapa hari terakhrir benar-benar membuatnya penasaran. Semalam ketika ia bertanya kepada Aaron, ada kaitan antara pria yang ia bunuh dengan kasus yang terjadi belakangan ini di areanya. Edward sudah menunjukkan buktinya. Sekarang, Drystan benar-benar tidak mampu menahan rasa penasarannya. Salah satu sifat merepotkan yang selalu membuatnya berakhir mendengar amukan kakaknya.
Ia tidak memiliki tugas apapun hari ini. Pagi buta bahkan sebelum Aaron bangun, Drystan sudah lebih dulu kabur untuk menemui Edward. Ia tahu apa yang akan terjadi ketika dirinya pulang nanti. Tapi persetan dengan itu semua, memuaskan rasa penasaran jauh lebih penting daripada mendengar omelan Aaron.
Drystan terkekeh dalam perjalanannya. Ia tidak menyangka ada hari di mana dirinya berniat menemui Edward. Pria detektif yang bahkan kemungkinan besar ingin menyeretnya ke penjara.
Drystan tidak tahu jam kerja seorang detektif, apakah sama dengan jam kerja polisi biasa atau tidak. Ia hanya berpegang pada keberuntungannya ketika tangannya menekan bel rumah di ujung area yang pernah sekali ia kunjungi.
“Pagi sekali, apakah ada tugas mendes—Drystan?”
Drystan berkedip bingung, tiba-tiba mendapati Edward membuka pintu dengan kemeja berantakan dan wajah lelah. Belum selesai kebingungannya. Edward segera menarik pinggangnya dan mengunci pintu.
“Aku tidak pernah berpikir kau akan kemari atas kemauanmu.” Kekeh Edward.
Drystan meremat ujung pakaiannya. “Aku….”
“Merindukanku?”
“A-Aku pulang saja.” Drystan berbalik dan hendak menarik kunci pintu tetapi Edward menahan pergelangan tangannya dan menggeleng cepat.
“Kau kemari di pagi buta, bukankah rugi jika pulang begitu saja, hm?”
Edward membawa Drystan dan mendudukkannya di sofa. “Kau berantakan.” Ujar Drystan.
Edward tertawa. “Yah…. Banyak pekerjaan yang harus kuurus. Benar-benar kacau. Berpenampilan seperti ini di hadapan orang lain, aku tidak menyangka bahwa orang itu kau.”
“Hah?”
“Lupakan. Jadi, ada perlu apa?”
Drystan menggigit bibir bawahnya, tiba-tiba ragu untuk mengatakan semuanya. Ada banyak pertimbangan. Meski namanya sudah buruk dan Edward sudah tahu catatan kriminalnya, tetap saja Drystan tidak pernah benar-benar mengakui. Ia ingin sekali menanyakan kejadian semalam, tapi jika ia melakukannya ia juga mau tidak mau harus mengakui pembunuhannya beberapa hari yang lalu.
“Drystan? Kau okay?” Edward menarik dagu Drystan dan membuatnya mendongak.
“Sepertinya tidak jadi.” Drystan buru-buru berdiri.
“No, katakan atau kau tidak pulang.”
Drystan mengumpat dalam hati, mendadak menyesali apa yang ia lakukan. Ia benar-benar ingin tahu kasus semalam dan kemungkinan kaitan dengan pria yang ia bunuh. Masalahnya, ia seorang kriminal dan Edward adalah detektif. Sebuah kontradiksi yang membuat Drystan benar-benar ragu dengan keputusannya.
Sial.
Ѡ