something confusing

1132 Words
Drystan terbangun ketika dirinya mendengar suara gemerisik dan langkah kaki di sekitarnya. Ia tertidur seperti orang mati ketika sehat, tetapi mudah terbangun ketika sakit. Ia mengernyitkan dahi, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Ia merasa lemas, tetapi cukup bersyukur saat merasakan gemuruh di perutnya sudah hilang dan tidak mengganggu seperti sebelumnya. Edward tengah berdiri membelakanginya, entah apa yang ia lakukan. Pria itu sepertinya tidak sadar jika Drystan sudah terbangun karena suara-suara yang ia timbulkan. “Apa yang kau lakukan? Berdiri seperti itu?” Edward sedikit berjengit ketika mendengar suara serak Drystan. Ia berbalik. Satu-satunya yang menjadi perhatian Drystan adalah kondisi pakaian Edward. Jasnya sudah ia tanggalkan entah kemana, kemeja putih yang pas di tubuhnya juga tampak tidak rapi. Dua lengannnya tergulung sampai siku, dan kancing teratasnya sudah terlepas, rambut pirang Edward yang selalu disisir rapi tampak turun menutupi dahinya. “Tunggu, memangnya sudah berapa lama sejak aku tertidur?” Drystan membatin bingung. Jika Edward sudah kembali dalam keadaan yang cukup berantakan seperti itu, maka Drystan harus mengasumsikan bahwa pekerjaan entah apa yang dilakukannya sudah selesai. “Kapan kau kembali?” Tanya Drystan lagi. Edward mendekat dan menyentuh dahi Drystan dengan telapak tangannya. “Kau masih panas, kembalilah tidur.” Drystan berkedip bingung. “Aku merasa lemas, tapi aku tidak pusing, dan obatmu juga cukup membantu karena mual yang kurasakan sudah hilang.” Edward duduk di pinggiran ranjang sembari membantu Drystan ketika pemuda itu bersusah payah untuk duduk. “Sudah kubilang kembalilah tidur.” “Kau masuk ke sini dan kau berharap aku tidur? Oh, memangnya pekerjaan yang kau lakukan tadi sudah selesai? Apa sekarang sudah malam?” Drystan meraih ponsel yang tergeletak di samping bantalnya. Baru dua jam sejak Drystan pergi dan ia sudah kembali lagi. Rasanya terlalu singkat. “Baru dua jam sejak kau pergi, memangnya apa yang kau lakukan? Dan Pedro? Bagaimana dengannya?” “Aku menyerahkannya kepada temanku, sisanya apa kata kepolisian.” “Hah? Kenapa kau lepaskan dia? Kau bilang kita akan merahasiakan misi ini sampai mendapatkan informasi yang akurat. Jika dia sudah berada di tangan kepolisian, kau tidak akan bisa bebas mengorek informasi darinya. Lagipula—hmmfff.” Edward membekap mulut Drystan sebelum pemuda itu semakin banyak berbicara yang di telinga Edward intinya hanya kenapa kau melepaskan buruan kita. Edward sudah memperkirakan jika Drystan akan memprotes keputusannya. “Puaah! Kau, jangan seenaknya membekap mulutku, sialan.” “Nah, kau memang butuh dibekap agar berhenti mengeluarkan kata-kata kasar.” Dystan memutar bola matanya. “Cih, seperti tidak pernah berkata kasar saja. Jadi, kenapa kau melepaskan Pedro kepada kepolisian?” “Karena aku tidak mendapatkan informasi yang kuinginkan. Kurasa dia jujur ketika mengatakan bahwa memang ia sama sekali tidak tahu siapa sebenarnya bos yang ia layani. Ada satu informasi yang kudapatkan sebelum kuserahkan dia kepada temanku, karena itulah aku kemari saat pulang.” “Huh? Ada hubungannya denganku kah?” Edward mengangguk, ia memelintir jemarinya sendiri, tampak ragu untuk menanyakan hal itu kepada Drystan. “Siapa nama kakakmu?” “Huh? Ada apa dengan kakakku?” “Jawab saja Drystan.” “Darren Levin.” Sesuai dengan apa yang dikatakan Pedro. Meski anak tertua Levin itu dikatakan berkali-kali berurusan dengan pihak hukum untuk mengamankan status adiknya dari kriminalitas yang ia perbuat, Edward sama sekali belum pernah bertemu atau mengetahui namanya. Ia hanya sekadar mendengar cerita dari senior-seniornya yang kebetulan terlibat dengan hal itu. “Tunggu, kau mencurigai kakakku sebagai pelakunya?” Edward mengangkat bahu. “Bukan hal yang tidak mungkin ‘kan? Kenapa? Bukankah kau membenci kakakmu?” “Aku tidak. Aku tidak terlalu suka dengan sifat pengaturnya, tapi aku tahu dia tidak mungkin melakukan hal itu. Lagipula untuk apa kakakku melakukan hal itu? Jika alasannya hanya uang, hanya dengan bisnis-bisnisnya yang legal mau pun ilegal tidak akan pernah membuatnya miskin sampai ia tua!” “Kau membelanya?” “Kau mencurigainya hanya dari satu kesaksian yang bahkan belum tentu benar. katakan, apa Pedro menunjukkan bukti bahwa Darren yang melakukannya?” Edward menghela napas dan mengacak surai pirang Drystan yang kemudian langsung ditepis dengan kasar oleh si empunya rambut. “Kau marah karena aku mencurigai kakakmu, sebenarnya kau menyayangi kakakmu yang pengatur itu ‘kan?” Wajah Drystan terasa panas, entah karena memang ia sakit atau sebab lain. Jika ditanya apakah ia menyayangi Darren, maka dengan tegas Drystan akan menjawab tidak. Ia sudah berkali-kali mengingatkan dirinya bahwa mereka berdua tidak dibesarkan untuk saling menyayangi seperti saudara pada umumnya. Mereka bahkan tidak tumbuh bersama. Sama sekali tidak ada ikatan batin semacam rasa sayang antar saudara di hatinya, apalagi di hati Darren. Tetapi, entah mengapa Drystan tidak terima jika Darren disalahkan hanya dengan dasar kesaksian seseorang yang bahkan sama sekali tidak ada buktinya. “Drystan?” “AKU TIDAK! Jangan menyimpulkan hal yang memalukan seperti itu!” “Woah, woah, aku hanya bertanya Drystan. Tidak perlu semarah itu.” Drystan mengerucutkan bibirnya dengan beragam gerutuan tidak jelas. Memang bahasan tentang ia dan kakaknya terasa cukup sensitif dan lebih sering membuatnya panas hati hingga tidak sengaja meninggikan suaranya. “Okay, jadi kenapa kau tiba-tiba percaya jika kakakku terlibat? Tidak mungkin juga Pedro tahu siapa kakakku, kau bahkan tidak pernah bertemu dengannya meski kau bagian dari kepolisian ‘kan?” “Aku tidak mempercayainya Drystan, tapi bukan berarti dia berbohong ‘kan? Dia bilang, dia mengenalmu ketika tidak sengaja melihatmu, dia bahkan tahu bahwa kau adik dari Darren Levin. Apakah tidak aneh jika orang sepertinya tahu tentangmu? Identitasmu bahkan dirahasiakan dan hanya beberapa pihak saja yang mengetahuinya.” “Mu-Mungkin dia hanya mendengar rumor saja.” “Ya, ya, mendengar rumor.” Sindir Edward. “Bagaimana bisa dia mendengar rumor tentangmu jika pihak kepolisian saja tidak tahu tentangmu? Dia bahkan mengenali wajahmu.” Edward mengacak surai pirangnya. “Cih, aku benar-benar bingung sekarang.” Drystan terdiam. Ia tidak bodoh, dan ia bukannya membela Darren. Mengingat apa yang ia perintahkan kepada Drystan di tugas-tugasnya yang lalu, membunuh rasanya bukan hal yang mustahil. Tapi Darren tidak pernah memerintahkannya untuk membunuh anak-anak. Lebih dari itu, Darren yang pertama kali memberikan jarum untuk membunuh itu kepada Drystan. Katanya, agar targetnya tidak perlu berlama-lama merasakan sakit dan juga tidak meninggalkan jejak yang menghebohkan. Memang benar, jarum itu jika ditusukkan dengan benar akan membuat korbannya mati seketika bahkan sebelum ia sempat berkata apa-apa. Sekarang, Drystan merasa ikut bingung dan menerka-nerka apakah benar kakaknya terlibat dalam kasus itu. “Aku tidak tahu.” Cicit Drystan. “Jika memang kakakku yang melakukannya, aku sama sekali tidak tahu. Tapi, kujamin kakakku tidak terlibat oleh pembunuhan anak-anak kecil.” Edward menghela napas, berusaha mengulas senyum seramah mungkin. Ia mengarahkan telapak tangannya kearah kepada Drystan dan memberinya elusan lembut. Untuk pertama kalinya, Drystan tidak menepis telapak tangan Edward yang mengusap kepalanya. Drystan hanya diam, merasakan bagaimana telapak tangan besar itu menari-nari di kepalanya. “Tidurlah, dan segera sembuh.” Ѡ
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD